Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kronologi Pencoretan 3 Penceramah Versi Jama'ah Shalahuddin UGM
25 Mei 2018 15:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Nama Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, mantan Jubir HTI Ismail Yusanto, dan dosen UGM ditolak untuk menjadi penceramah dalam acara Ramadhan di Kampus (RDK) di Masjid Kampus UGM. Ketua Lembaga Dakwah Kampus Jama'ah Shalahuddin (LDK JS) KUGM iki Dwi Setiabudi mengatakan, penolakan berasal dari pihak rektorat.
ADVERTISEMENT
Padahal, nama-nama penceramah yang dibuat oleh lembaganya bertujuan untuk menyandingkan penceramah dari berbagai latar belakang, tanpa motif politik tertentu.
"Kesemuanya tersebut panitia hadirkan untuk memberikan gambaran bahwa ada banyak mazhab pemikiran dan ekspresi keagamaan dari masing-masing pembicara," ucap Kiki dalam keterangan tertulisnya yang berjudul "Melawan Ketakutan yang Berlebihan: Tentang JS, RDK, dan Masjid Kampus UGM" yang dikutip Jumat (25/5).
Dalam rilis tersebut, Kiki juga menuliskan kronologi penetapan pembicara RDK UGM, yang berujung pada pencoretan tiga nama pembicara. Berikut garis besar kronologi versi LDK JS:
Februari 2018
Konsep proposal kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK) UGM yang disusun LDK JS selesai. Konsep itu meliputi desain rangkaian kegiatan mulai dari sebelum, sedang, dan sesudah Ramadhan 2018. Termasuk, soal tema dan pembicara di setiap kegiatan.
ADVERTISEMENT
Proposal itu telah diterima dan disetujui oleh Direktorat Mahasiswa (Dirmawa) dan jajaran rektorat UGM.
Awal April 2018
Jajaran pengurus JS bersama koordinator kepanitian RDK mengadakan pertemuan dengan Dirmawa dan pimpinan universitas di Balairung UGM. Salah satu pembahasan dari pertemuan itu yakni soal pembicara yang akan mengisi ceramah selama Ramadhan.
Dalam pertemuan itu, akhirnya diputuskan semua nama yang diajukan untuk menjadi penceramah disetujui, termasuk nama 3 orang yang saat ini batal mengisi acara.
17 April 2018
Wakil Rektor Bidang Akademik UGM dan Kemahasiswaan mengundang pengurus JS untuk membahas acara selama Ramadhan di ruang rektor. Pertemuan itu juga dihadiri Badan Pengelola Masjid UGM dan pengelola musala masing-masing fakultas.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, rencana kegiatan selama Ramadhan masih sesuai rencana.
22 April 2018
Wakil Rektor Bidang Akademik UGM dan Kemahasiswaan kembali memanggil salah seorang panitia RDK, Yusuf Maulana. Hasilnya, pihak rektorat meminta agar Ismail Yusanto harus dicoret dari daftar penceramah.
15 Mei 2018
Kiki sebagai Ketua LDK JS dan Ketua Takmir Masjid UGM dipanggil oleh pihak rektorat, untuk meluruskan pemberitaan di media soal nama-nama yang batal mengisi ceramah. Namun, Kiki dan panitia lainnya berkukuh untuk tetap mempertahankan nama-nama tersebut. Ia menjamin, para penceramah dapat memberi materi yang menyejukkan.
16 Mei 2018
Kiki menyebut, pihak rektorat diperingatkan pihak Kemenristekdikti untuk tetap membatalkan Ismail Yusanto menjadi penceramah. Kiki berargumen, Yusanto diundang sebagai alumni UGM, mantan Ketua Ramadhan di Kampus, dan Sekjen Jama’ah Shalahuddin di tahun 1980-an, dan akan memberikan materi tentang pendidikan Islam.
ADVERTISEMENT
16 Mei 2018 malam
Rektorat menggelar rapat istimewa bersama dengan pengurus JS dan takmir masjid, di ruang Takmir Masjid UGM. Dari rapat tersebut, diputuskan pembatalan pembicara menjadi tiga orang, yakni Ismail Yusanto, dosen UGM Nopriadi, dan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.
17 Mei 2018
Pihak rektorat memanggil Ketua RDK dan pengurus JS untuk menggelar konferensi pers, terkait dicoretnya tiga nama penceramah tersebut.
Sementara itu, Kabag Humas UGM Iva Ariani yang dikonfirmasi kumparan pada Jumat (25/5) mengatakan, nama-nama penceramah yang dicoret itu didasarkan pada banyak pertimbangan, salah satunya reaksi dari masyarakat.
"Alasan pencoretan memang karena ada pro kontra di masyarakat. Yang perlu kami tegaskan tidak ada tekanan (terkait pencoretan Fahri) dari pihak mana pun, baik dari kementerian mana pun maupun Istana mana pun. Seperti yang disampaikan di beberapa media itu sama sekali nggak (tidak benar)," jelas Iva.
ADVERTISEMENT