Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kronologi Protes Gen Z di Bangladesh Berhasil Gulingkan Eks PM Sheikh Hasina
7 Agustus 2024 16:06 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Protes di Bangladesh meletus sejak Juli lalu akibat sistem kuota pekerjaan pemerintah yang kontroversial. Kebijakan itu berubah menjadi kerusuhan nasional usai tanggapan keras pihak berwenang.
ADVERTISEMENT
Hampir 300 orang di Bangladesh tewas dalam beberapa minggu menjadi salah satu fase paling keras dari pemerintahan eks Perdana Menteri Sheikh Hasina selama 15 tahun.
Pada 21 Juli, Mahkamah Agung mengurangi kuota pekerjaan pemerintah—pekerjaan tersebut semacam Aparatur Sipil Negara (ASN). Mereka mengalokasikan sepertiga dari pekerjaan tersebut untuk keturunan veteran Perang Pembebasan Bangladesh tahun 1971.
Namun, retorika anti-protes Hasina yang dibantu tindakan keras polisi itu berakibat pada gerakan massa melawan pemerintahan Hasina.
Pada 4 Agustus, hampir 100 orang tewas akibat tindakan keras polisi. Aksi itu menyebabkan kemarahan besar para pengunjuk rasa.
Sehari kemudian, Hasina dipaksa mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu. Kemarahan warga begitu besar hingga patung ayahnya, ikon kebebasan Sheikh Mujeebur Rahman, dirobohkan dan dirusak.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Al Jazeera, ini kronologi peristiwa dan perkembangan protes di Bangladesh selama satu bulan ke belakang.
5 Juni
Pengadilan Tinggi memberlakukan kembali sistem kuota pekerjaan pemerintah dan membatalkan keputusan 2018 PM Hasina untuk menghapusnya.
Putusan pengadilan memicu protes awal yang dipimpin oleh para mahasiswa, generasi Gen Z.
Situasi memanas setelah Hasina menyebut mereka sebagai "rajakaar" (kolaborator pro-Pakistan), yang memicu serangan oleh Liga Chhatra Bangladesh dan polisi. Batalyon Aksi Cepat, dikenal dengan tindakan ekstrayudisialnya, juga dikerahkan.
1 Juli
Para mahasiswa memulai protes menuntut diakhirinya kuota pekerjaan.
15-20 Juli
Pada pertengahan Juli, protes berubah menjadi kekerasan setelah Liga Chhatra Bangladesh, sayap mahasiswa dari partai yang berkuasa, bersama dengan polisi menyerang para pengunjuk rasa di ibu kota Dhaka.
ADVERTISEMENT
Pemerintah segera menutup universitas dan memutus internet. Setidaknya 187 orang tewas dan seribu orang ditangkap dalam kekerasan dan tindakan keras pemerintah antara 10-20 Juli.
17 Juli
Video dari 17 Juli, yang diverifikasi oleh Kantor Berita Sanad, menunjukkan para pengunjuk rasa disergap oleh tembakan di Universitas Dhaka.
18 Juli
Menurut NetBlocks, sebuah organisasi pengawas yang memantau keamanan siber dan tata kelola internet, internet di Bangladesh diputus oleh pihak berwenang untuk meredam protes nasional.
Video dari 18 Juli menunjukkan Batalyon Aksi Cepat (RAB) menyelamatkan polisi yang terlantar di Universitas Kanada Bangladesh. Polisi terjebak di sana selama tiga jam usai mahasiswa memblokir pintu masuk.
19 Juli
Jam malam nasional diberlakukan. Angkatan bersenjata terekam menembaki kerumunan besar pengunjuk rasa yang menolak untuk mundur. Mereka terlihat melempari batu ke arah mobil yang sedang mundur.
ADVERTISEMENT
Pengguna X sekaligus peneliti Bangladesh, Zulkarnain Saer, mengunggah video polisi Bangladesh membuang mahasiswa yang terluka ke jalan dari sebuah kendaraan pengangkut personel lapis baja.
Mahasiswa tersebut diidentifikasi sebagai Shykh Yamin, seorang mahasiswa Institut Sains dan Teknologi Militer (MIST). Yamin dibiarkan mati di jalanan.
21 Juli
Mahkamah Agung akhirnya membatalkan sebagian besar peraturan sistem kuota. Kuota 30 persen dikurangi menjadi 5 persen, dan 2 persen diperuntukkan bagi etnis minoritas, sehingga 93 persen pekerjaan yang tersisa dapat diberikan kepada warga Bangladesh lainnya yang diputuskan berdasarkan prestasi.
23 Juli
Sebagian konektivitas internet telah pulih. Sebuah video diunggah di X yang memperlihatkan dua polisi menembaki seorang pengunjuk rasa yang terluka dan diseret oleh pria tak bersenjata lainnya di Dhaka selatan.
ADVERTISEMENT
Polisi, salah satunya berpakaian sipil, terlihat menembaki mereka dari jarak dekat.
Para pemimpin mahasiswa mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan protes hingga 24 Juli, batas waktu yang kemudian diperpanjang.
25 Juli
Para pengunjuk rasa memperbarui tuntutan mereka, jadi meliputi pembebasan para pemimpin protes, pencabutan jam malam, dan pembukaan kembali universitas.
Sementara mereka menyetujui peraturan baru yang ditawarkan Mahkamah Agung untuk mereformasi sistem kuota.
Dikutip dari AP, aksi itu memakan lebih dari 150 pengunjuk rasa mahasiswa dan terjadi hampir 2.700 penangkapan.
29 Juli
Protes kembali terjadi, seruan agar Sheikh Hasina mengundurkan diri sebagai perdana menteri pun semakin gencar. Pasukan bersenjata lengkap mulai mengambil posisi di berbagai bagian kota.
Video yang beredar menggambarkan sekelompok besar pengunjuk rasa damai di kota Chattogram tampak berlarian mencari perlindungan setelah mendengar ledakan.
ADVERTISEMENT
4 Agustus
Ribuan pengunjuk rasa Bangladesh memadati alun-alun pusat Dhaka untuk melakukan protes massal, menuntut Perdana Menteri Sheikh Hasina mundur.
Sementara, tentara turun tangan untuk membantu memulihkan ketertiban. Beberapa mantan perwira militer bergabung dengan gerakan mahasiswa.
Hampir 100 orang tewas, termasuk 13 petugas polisi. Puluhan warga terluka saat polisi menembakkan gas air mata dan melemparkan granat kejut.
Kematian tersebut dilaporkan polisi dan dokter pada Minggu (4/8) dari data di berbagai wilayah.
5 Agustus
Ketegangan meningkat di ibu kota saat pengunjuk rasa menyerukan mobilisasi massa.
Atas serangan massal mengejutkan itu, Hasina mengundurkan diri dan meninggalkan Bangladesh dengan helikopter.
Partai Nasionalis Bangladesh mengunggah sebuah video mengenai helikopter militer milik perdana menteri yang terlihat terbang dari rumahnya menuju sebuah pangkalan udara. Ia kemudian dilaporkan berangkat ke India.
ADVERTISEMENT