Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kudus Wakili RI, Rilis Survei Global OECD soal Keterampilan Sosial-Emosional
13 Desember 2024 20:28 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Sistem pendidikan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Banyak anak yang sampai saat ini harus berjuang untuk sekadar menguasai keterampilan akademik dasar. Di tengah masalah tersebut, ada satu hal yang masih kerap terlupakan, yaitu kecakapan sosial -emosional pada anak. Padahal, keterampilan ini merupakan fondasi penting yang bisa membantu anak menghadapi tantangan hidup dan berdampak pada kesuksesannya di masa depan.
ADVERTISEMENT
Hal ini sejalan dengan temuan survei yang dilakukan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tentang Survey on Social Emotional Skills (SSES) tahun 2023. Survei ini dilakukan untuk mengetahui gambaran keterampilan sosial-emosional siswa di berbagai lokasi dunia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Di Indonesia, OECD bekerja sama dengan Djarum Foundation dalam pelaksanaan SSES serta melibatkan 300 sekolah dengan siswa berusia 10 dan 15 tahun di Kudus, Jawa Tengah. Seperti apa hasil temuannya?
Temuan OECD tentang Keterampilan Sosial-Emosional di Kudus dan Kaitannya dengan Kecerdasan Anak
Laporan OECD terkait PISA 2022 Results menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-70 dari 81 negara dengan skor 366 untuk matematika. PISA sendiri merupakan bentuk penilaian internasional yang mengukur tiga aspek, yaitu literasi membaca, matematika, dan sains.
ADVERTISEMENT
Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD, Andreas Schleicher, kemudian mencoba untuk membandingkan skor PISA Indonesia dengan dua negara, yaitu Jepang dan Denmark. Dari segi prestasi akademik, Jepang dan Denmark berada di atas Indonesia. Namun, Jepang disoroti karena kesejahteraan psikologisnya jauh berada di rata-rata OECD. Sementara skor kesejahteraan psikologis Indonesia menunjukkan skor yang cukup tinggi dan di atas rata-rata OECD. Akan tetapi, hasil yang menarik ditunjukkan oleh Denmark.
"Sebagai contoh, di Denmark, punya prestasi akademik yang baik tapi keterampilan sosialnya juga baik. Inilah yang harus kita kejar, di mana prestasi akademik dan sosial-emosional bukan dua kutub yang berbeda, melainkan satu kesatuan," ungkap Andreas.
Hasil Survei Global Keterampilan Sosial dan Emosional (SES) oleh OECD menunjukkan bahwa pembelajaran sosial-emosional berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan, kesejahteraan, dan kesehatan anak-anak, termasuk di Kudus, Jawa Tengah. Survei ini melibatkan 16 lokasi global, seperti Dubai (UEA), Delhi (India), hingga Jinan (China), menyoroti Kudus sebagai salah satu wilayah dengan penerapan SES terbaik.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan PISA 2022, Indonesia berada di peringkat ke-70 dari 81 negara dalam kemampuan matematika, jauh di bawah Jepang dan Denmark. Namun, survei OECD menunjukkan kesejahteraan psikologis anak-anak Indonesia melampaui rata-rata global, meskipun prestasi akademik tertinggal. Andreas pun menekankan pentingnya mengintegrasikan SES dan akademik, seperti yang telah berhasil dilakukan di Denmark.
"Inilah yang harus kita kejar, di mana prestasi akademik dan sosial-emosional bukan dua kutub yang berbeda, melainkan satu kesatuan," ungkap Andreas.
Andreas turut mengapresiasi praktik baik yang terlihat di Kudus dalam memprioritaskan keterampilan sosial-emosional, di antaranya:
Tantangan tetap ada, ucap Andreas. Sebanyak 17% siswa di Kudus masih melaporkan perundungan fisik, sementara hanya 1% kepala sekolah menyadari adanya kasus ini. Hal ini berdampak pada kepercayaan, optimisme dan kontrol emosi siswa, menjadikan intervensi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman sebagai prioritas ke depan.
ADVERTISEMENT
Fokus Pemerintah dan Djarum Foundation untuk Lebih Meningkatkan Keterampilan Sosial-Emosional di Institusi Pendidikan
Koordinator Nasional Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Ananto Kusuma Seta, mengapresiasi hasil survei OECD yang menyatakan Kudus memiliki praktik pembelajaran SES yang baik, bahkan mengalahkan beberapa kota di dunia. Ia sepakat bahwa keterampilan sosial-emosional perlu menjadi fokus perhatian dan pendekatan yang berbeda dalam setiap aspek pembelajaran.
"Sosial-emosional harus menjadi hard skill. Akademik penting, tetapi aspek sosial-emosional lebih penting. Peran guru bukan hanya untuk transfer knowledge, tetapi bagi murid, guru adalah teman. Dengan guru-guru yang baik, bisa menciptakan atmosfir belajar yang baik, yang akhirnya memungkinkan deep learning terjadi," tutur Ananto.
Temuan ini selaras dengan arahan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, tentang pentingnya keterampilan sosial-emosional bagi siswa sejak usia dini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Ananto menilai survei OECD di Kudus keluar di waktu yang tepat. Sebab, saat ini Kemendikdasmen sedang menyusun peta jalan (road map) untuk dilaksanakan dalam lima tahun ke depan. Beberapa program dalam rencana strategis tersebut adalah penguatan pendidikan karakter dan penguatan kompetensi guru. Dan hasil survei di Kudus akan menjadi salah satu acuannya.
"Menarik yang disampaikan Pak Mu'ti. Beliau bicara pembelajaran sosial-emosional adalah kurikulum yang mindful, meaningful, dan joyful. Kuncinya adalah guru yang merupakan DNA dari institusi pendidikan. Sehingga, kementerian kami menganggap penting untuk berinvestasi pada guru untuk masa depan anak-anak," jelas Ananto.
Sementara itu, Deputy Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation Felicia Hanitio menjelaskan bahwa Kudus menjadi tempat yang tepat untuk pengembangan praktik baik SES, mengingat kota ini memiliki tradisi panjang dalam pendidikan karakter dan toleransi antar-agama.
ADVERTISEMENT
"Sejauh ini, inisiatif pengembangan guru dan sekolah yang menitikberatkan pada sosial-emosional telah menjangkau 42 sekolah di Kudus secara langsung, mencakup jenjang SD dan MI hingga SMP dan MTs. Ke depannya, kami akan terus memperkuat hubungan antara guru dan murid, menangani isu perundungan, serta memperluas praktik baik ini ke lebih banyak sekolah," tutur Felicia.
Bupati Kudus Dr. Muhammad Hasan Chabibie pun turut mengapresiasi hasil survei ini. "Kami berharap praktik baik dari Kudus dapat terus dikembangkan dan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain secara nasional," ujarnya.
Acara peluncuran laporan global OECD di SD Masehi Kudus juga diramaikan dengan panel yang, selain diisi oleh Bapak Andreas dan Bapak Ananto, turut menghadirkan psikolog klinis anak dan remaja Anastasia Satriyo. Acara ini dilanjutkan dengan workshop untuk 240 guru jenjang SD dan SMP, yang membahas teknik mengasah keterampilan sosial-emosional anak hingga pemanfaatan AI dalam pembelajaran. Booth showcase dari enam sekolah terpilih menampilkan praktik baik serta karya kreatif siswa.
ADVERTISEMENT