Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kwik Kian Gie: Infrastruktur Asal Bangun, Uangnya Kurang Tak Peduli
26 September 2018 20:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Politikus senior PDIP Kwik Kian Gie turut mengomentari pembangunan infrastruktur pemerintah yang pembiayaannya melalui utang luar negeri. Menurut Kwik, ia sudah berbicara jauh hari sebelum menjadi penasihat Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bahwa pembangunan infrastruktur saat ini asal dibangun.
ADVERTISEMENT
“Yang sekarang dilakukan dan sudah berkali-kali saya katakan, adalah bahwa infrastruktur itu asal dibangun. Sampai uangnya kurang pun tidak peduli, utang ke luar negeri. Ketika utang ke luar negeri, saya juga sudah bilang sebelum menjadi penasihatnya Pak Prabowo sudah mengatakan bahwa ini akan mengakibatkan pembayaran bunga dalam valuta asing,” kata Kwik usai berdiskusi dengan Sandi, di media center pemenangan Prabowo-Sandi, di Jalan Sriwijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (26/9).
Mantan Menteri Koordinator Ekonomi itu mengatakan, hal itu juga yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Namun, Kwik mengatakan, pemerintah tetap tidak peduli dan tetap membangun infrastruktur yang selalu jadi bahan pidato Presiden Jokowi.
“Mengakibatkan permintaan dolar yang melonjak dan akan mengakibatkan turunnya nilai tukar rupiah, dan nyatanya (pemerintah) tidak peduli. Dan ternyata benar kan. Nah, ketika benar baru kelabakan, lalu menjalankan perpolitikan yang sifatnya panik. Oleh kerena panik, masyarakatnya ikut panik. Jadi uangnya nganggur rupiah pun dibelikan dollar, lebih parah lagi,” terang Kwik.
ADVERTISEMENT
Menurut Kwik, untuk menstabilkan nilai tukar rupiah mestinya pemerintah mengerti bagaimana membangun infrastruktur dengan baik. Memang, kata Kwik, infrastruktur sangat penting. Sebab Kwik pernah menjabat sebagai kepala Bappenas selama tiga tahun.
“Kebutuhan infrastruktur untuk negara yang sedemikian besarnya dan luasnya itu tidak asal membangun infrastruktur di mana saja. Infrastruktur itu dibangun di mana dan yang dibangun apa dan kapan,” ujar Kwik.
“Kalau infrastruktur itu dibangun di tempat yang salah, berarti akan nganggur. Padahal biayanya besar. Kalau infrastruktur itu dibangun terlampau pagi, tidak akan relevan untuk jangka waktu lama. Kalau dibangun terlampau terlambat, segala-galanya akan macet,” tutupnya.