Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pemerintah Latvia menetapkan Rusia sebagai negara pendukung terorisme.
Negara pecahan Uni Soviet itu juga mengatakan, operasi militer khusus Rusia di Ukraina yang mengorbankan orang-orang Ukraina merupakan tindakan genosida.
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini dideklarasikan oleh anggota parlemen Latvia pada Kamis (11/8). Mereka menganggap kekerasan yang dilakukan Rusia terhadap penduduk Ukraina untuk mengejar tujuan politiknya adalah sebuah aksi terorisme.
“Parlemen mengakui Rusia sebagai negara sponsor terorisme dan menyerukan kepada negara-negara lain yang berpikiran sama untuk menyatakan pandangan yang sama,” bunyi isi pernyataan tersebut, seperti dikutip dari AFP.
Parlemen Latvia sepakat untuk mengutuk penggunaan amunisi klaster oleh Rusia yang dianggap bertujuan menyebarkan teror dan membunuh warga sipil tanpa pandang bulu.
“Rusia menggunakan penderitaan dan intimidasi sebagai instrumen dalam upayanya untuk menurunkan moral rakyat dan angkatan bersenjata Ukraina serta melumpuhkan fungsi negara untuk dapat menduduki Ukraina," sambung pernyataan itu.
Menyusul pernyataan tersebut, parlemen Latvia mendesak Uni Eropa untuk berhenti mengeluarkan visa turis bagi orang-orang berkewarganegaraan Rusia dan Belarusia.
ADVERTISEMENT
Belarusia ikut terlibat dalam kecaman tersebut, sebab Riga menilai operasi militer khusus Moskow juga didukung oleh Minsk. Maka dari itu, Latvia menyerukan masyarakat internasional untuk turut menjatuhkan sanksi serupa terhadap Belarusia.
Rusia Kecam Pernyataan Provokatif Latvia
Pernyataan Latvia langsung ditanggapi oleh Rusia dengan dingin. Kementerian Luar Negeri Rusia menyampaikan kecamannya terhadap tudingan Latvia, mengatakan mereka memiliki ketidaksukaan terhadap orang-orang asing tertentu (xenofobia).
“Mengingat tidak ada substansi, kecuali xenofobia, di balik keputusan ini, maka perlu untuk menyebut para ideolog tidak lebih dari neo-Nazi,” tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova di Telegram, seperti dilansir oleh Reuters.
Menurut Rusia, pihaknya harus mengerahkan angkatan militernya ke Ukraina untuk melakukan denazifikasi. Pasalnya, pemerintahan Ukraina dinilai telah dipimpin oleh neo-Nazi. Rusia juga menerapkan istilah serupa kepada para kritikus di negara-negara Baltik.
ADVERTISEMENT
Selama ini, Ukraina dan Barat telah menepis istilah ‘denazifikasi’ itu, menyebutnya sebagai propaganda Rusia.
Sebab menurut Ukraina dan Sekutu, istilah itu digunakan Rusia hanya untuk membenarkan kejahatan perang yang dilakukannya dengan cara menyamakan Ukraina dengan penjajah Nazi Jerman pada Perang Dunia II.