Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Lika-Liku Kurikulum Merdeka Hapus Jurusan IPA-IPS-Bahasa di SMA
18 Juli 2024 19:53 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka resmi diberlakukan sebagai kurikulum nasional mulai tahun ajaran baru 2024/2025 atau tahun ini. Dengan demikian tidak ada lagi jurusan IPS, IPA dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA).
ADVERTISEMENT
Sebaga contoh, di SMA Negeri 5 Surabaya telah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak dua tahun lalu. Sehingga tidak ada lagi penjurusan IPA-IPS-Bahasa untuk kelas XI dan XII.
Kepala Kurikulum SMA 5 Surabaya, Ari Damari mengungkapkan bahwa ada beberapa kendala dalam penerapan Kurikulum Merdeka yang menghapuskan jurusan IPA-IPS-Bahasa.
"Sebetulnya kendalanya dengan bebas anak itu akan milih, sak karepe dewe (seenaknya sendiri). Itu juga ada efek jeleknya juga ke perguruan tinggi itu kan harus linier juga," ujar Ari saat ditemui di SMA 5 Surabaya, Kamis (18/7).
Dengan adanya kendala seperti itu, kata Ari, pihaknya pun memberikan arahan kepada para siswa sejak kelas X sebelum menentukan mata pelajaran pilihan.
"Makanya ada namanya kelompok-kelompok mapel. Contohnya kalau di perguruan tinggi teknik itu dibutuhkan Matematika dan Fisika. Akhirnya kita arahkan beri penjelasan kalau pengin ke teknik arahnya harus milih Fisika dan Matematika pilihan lanjut, keduanya apa kan gitu," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau pengarahannya mulai kelas 10, awal ini sudah ada bibit-bibitnya ingin ke mana di sepanjang tahun," tambahnya.
Keinginan Ortu dan Siswa Beda
Kendala lainnya dari penghapusan jurusan IPA-IPS-Bahasa ini, kata Ali, terkadang keinginan antara orang tua dengan siswa tidak sama. Misalnya siswa minat pada bidang ekonomi, tetapi orang tua ingin ke bidang medis.
Di SMA 5 Surabaya, permasalahan itu diselesaikan oleh guru Bimbingan Konseling (BK) dengan memanggil orang tua dan siswa.
"Ada (kebingungan antara siswa dan orang tua). Itu biasanya ke BK ditangani BK orang tuanya dipanggil. Kadang-kadang itu siswa ingin A, ortunya ingin B, padahal kemampuannya A," terangnya.
"Kalau psikotes IPA, tapi ngotot IPS. Terus orang tuanya ngotot jurusan IPA. Ternyata rapotnya cenderung mapel IPS-nya yang tinggi, ini kan harus ada pertemuan. Ada itu," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA 5 Surabaya, Sukirin Wikanto menyampaikan, untuk mengatasi permasalahan itu, pihaknya mengadakan psikotes terhadap para siswa sejak kelas X agar tahu potensi siswa.
"Ada kriteria menuju ke mapel pilihan. Tidak sekadar pengin Fisika, Kimia, misal. Jadi kemampuan fisik harus ada, itu kan menjadi kendala, bakatnya," katanya.
Guru Wajib Ikut Pelatihan
Penerapan Kurikulum Merdeka juga sudah diterapkan di SMA Negeri 101 Jakarta. Kepala Sekolah SMA Negeri 101 Jakarta, Satya Budi Aprianto mengatakan sekolahnya telah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak 2021 lalu.
Dampak kurikulum baru ini, para guru di sekolah sering diberikan pembekalan dan pelatihan agar metode belajar-mengajar yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka ini dapat tersampaikan dengan baik.
"Kita selalu juga memberikan pembekalan-pembekalan lah. Guru kita kirimkan ke pelatihan mana pun juga. Supaya dia bisa betul-betul menjalankan Kurikulum Merdeka," ungkap Satya.
Menurut Satya, banyak pelatihan yang diberikan kepada guru-guru di sekolahnya. Mulai pelatihan dari Kemendikbud seperti PMM (Platform Merdeka Mengajar) maupun dari komunitas-komunitas dan sekolah.
ADVERTISEMENT
Sehingga salah satu yang menjadi kendala adalah waktu. Guru menjadi lebih sibuk harus ikut pelatihan di samping mengajar dan menyiapkan bahan-bahan ajaran.
"Ya mungkin waktu ya. Jadi pelatihan itu banyak sekali ya," katanya.
"Sekolah mengadakan juga, online-online juga. Kalau guru-guru saya pas lagi kosong-kosong silahkan ikut pelatihan-pelatihan online. Itu banyak banget," imbuhnya.
Dari pelatihan-pelatihan yang sudah diikuti, para guru mendapatkan sertifikat. Bahkan ada yang sudah mengumpulkan hingga belasan.
"Ada yang sampai 3, 4, sampai belasan sertifikasi sudah dapatkan," katanya.
"Ya intinya fokus untuk gimana supaya guru-guru Kurikulum Merdeka itu nyaman banget bisa dijalankan. Dan membuat happy semuanya. Kan intinya itu. Banyak yang bisa dikejar," ujar dia.