Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Luhut: Materi Bahaya Sampah Plastik Masuk Kurikulum Sekolah
11 Desember 2018 21:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Pemerintah terus berupaya menyelesaikan permasalahan sampah yang berpengaruh pada pemanasan global. Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yakin masalah bahaya sampah plastik dapat diatasi berkat kerja sama antarelemen masyarakat.
ADVERTISEMENT
Demi mendukung hal ini, Luhut mengungkapkan pemerintah telah memberlakukan kurikulum pendidikan tentang bahaya sampah kepada anak-anak sejak dini.
“Kami sudah masukkan (materi bahaya sampah plastik) ke dalam kurikulum dari kindergarden (TK) sampai SMA dengan cara-cara bermain,” jelas Luhut di sela-sela Konferensi Iklim PBB atau Conference of Parties (COP) ke-24 di Katowice, Polandia, Selasa (11/12).
Luhut mengatakan, materi bahaya sampah plastik diberikan kepada anak-anak melalui berbagai permainan yang mengedukasi. Sehingga, anak-anak dapat dengan mudah memahami dampak negatif dari sampah plastik bagi lingkungan, khususnya yang berada di laut.
“Itu sudah dibikin pakai kartun dan permainan itu dibuat, misal puzzle. Sehingga dibuat gimana caranya mengurangi sampah plastik dan memberi pelajaran betapa bahayanya sampah plastik itu,” ungkapnya.
Ia berharap anak-anak Indonesia turut terlibat dalam mengurangi pencemaran laut dari sampah plastik . Luhut juga tak ingin anak-anak menjadi stunting akibat memakan ikan yang tercemar sampah plastik.
ADVERTISEMENT
“Kita tahu kan mikro plastik itu kalau dimakan ikan, terus ikan dimakan manusia, bisa-bisa melahirkan anak yang tak sehat. Anaknya bisa kena stunting. Nah kita enggak mau melihat stunting generation di Indonesia,” ujar Luhut.
Selain itu, Luhut menjelaskan permasalahan sampah plastik juga mulai fokus ditangani oleh pemerintah daerah. Ia mencontohkan Pemprov Bali yang membuat kebijakan larangan penggunaan kantong plastik dan menggantinya dengan plastik dari singkong dan rumput laut. Namun, menurut Luhut, penggantian kantong plastik itu masih terkendala minimnya bahan baku.
“Kenapa selama ini belum jalan karena jumlah kecil, kalau jumlah kecil harga tinggi, kalau sudah besar kan harga turun. Jadi bagaimana caranya kita dorong itu,” pungkasnya