Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dua cawapres diumumkan dalam sepekan. Satu, Mahfud MD sebagai pendamping Ganjar Pranowo yang diusung PDIP dan koalisinya. Dua, Gibran Rakabuming sebagai cawapres Prabowo Subianto yang diusung koalisi gemuk Gerindra-Golkar cs.
Mahfud dideklarasikan PDIP tanpa kehadiran Jokowi, dan Gibran dideklarasikan koalisi Prabowo setelah secara de facto menyeberang dari PDIP ke Golkar. Keduanya punya misi elektoral masing-masing. Mahfud bertugas meraup suara Nahdliyin; Gibran bertugas menggerogoti suara pendukung Ganjar. Siapa bakal unggul?
***
Mohammad Mahfud Mahmodin alias Mahfud MD mampir ke rumah ibunya, Siti Khadijah, di Pamekasan, Madura, di sela agendanya di Surabaya, Senin, 16 Oktober 2023. Ia tak cuma meminta doa restu, tapi juga mengambil kemeja putih yang ia titipkan kepada sang ibunda.
Lima tahun lalu, kemeja itu disiapkan Mahfud ketika diminta menjadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019. Namun, ketika itu ia urung maju karena di saat-saat terakhir, cawapres yang dipilih koalisi Jokowi adalah Ma’ruf Amin.
Sampai Senin itu, Mahfud mengambil lagi kemeja tersebut saat mendapat kabar dari PDIP bahwa ia kemungkinan besar dipilih mendampingi Ganjar sebagai cawapres.
Sehari setelahnya, 17 Oktober, kepastian itu datang setelah Mahfud bertemu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jl. Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Di situ, ia diminta menandatangani surat kesediaan menjadi cawapres Ganjar.
Dalam surat itu, Mahfud ditugasi memimpin penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Esoknya, 18 Oktober, ia dideklarasikan di kantor DPP PDIP, Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat.
Kamis, 19 Agustus, kemeja putih Mahfud yang bersejarah itu akhirnya dipakai saat Mahfud mendaftar ke KPU bersama Ganjar sebagai pasangan capres-cawapres untuk Pilpres 2024.
Penjajakan PDIP ke Mahfud sebagai cawapres sudah berlangsung sejak akhir April 2023, setelah deklarasi Ganjar sebagai capres pada 21 April. Ketika itu, nama Mahfud bersanding dengan 9 nama lain.
“Saya punya banyak [nama kandidat cawapres], apa 10 yo? Nanti kan ngerucut sendiri oleh pikiran saya,” ujar Megawati, 30 April.
Saat itu, Megawati tak menyebut siapa 10 nama itu. Baru sebulan setelahnya, putri Megawati yang juga Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, mengungkap 6 nama di antaranya, termasuk Mahfud MD.
“Pencawapresan nama kan banyak, ada 10. Kalau boleh saya sebut yang ada di media, Pak Mahfud masuk namanya, lalu Pak Erick Thohir, Pak Ridwan Kamil, Pak Sandiaga Uno, Pak AHY, Pak Airlangga. Nama-nama itu masuk dalam peta yang ada di PDIP,” ujar Puan pada 6 Juni.
Nama Mahfud masuk lagi ke pengerucutan bulan September, bersama Ridwan Kamil dan Khofifah Indar Parawansa. Namun, peluang Mahfud lebih besar. Kode-kodenya sudah mulai terlihat.
Ganjar misalnya mengunggah foto berdua dengan Mahfud. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pun berpantun khusus untuk Mahfud. Setelahnya, nama RK dan Khofifah tak lagi terdengar gaungnya di bursa cawapres Ganjar.
Benar saja, Mahfud akhirnya terpilih.
Misi Mahfud: Raup Suara Nahdliyin
Alasan PDIP menggaet Mahfud lebih karena faktor ideologis ketimbang pragmatis. Sosoknya sudah dikenal Megawati selama bekerja bersama di Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Ia juga punya pengalaman lengkap di lembaga eksekutif (sebagai menteri), legislatif (sebagai anggota DPR), sampai yudikatif (sebagai Ketua MK). Sebagai pujian, Megawati menyebut Mahfud “pendekar hukum dan pembela wong cilik”.
Jelas bahwa Mahfud tidak dipilih karena elektabilitasnya yang rata-rata saja alias berada di papan tengah dalam berbagai survei.
LSI memotret elektabilitas Mahfud sebagai cawapres Ganjar di angka 6,7% pada Agustus, Litbang Kompas 3,7% pada Agustus, Indikator Politik 5,7% pada September, dan Poltracking Indonesia 6,6% pada September.
Elektabilitas Mahfud agak lebih baik di survei SMRC pada Mei 2023. Kala itu ia berada di posisi ketiga cawapres ideal Ganjar dengan elektabilitas 13,2%.
Peneliti SMRC Saidiman Ahmad berpendapat, dipilihnya Mahfud mendampingi Ganjar berdasarkan 3 faktor. Pertama, kualitas personal Mahfud yang berintegritas.
“Di masyarakat, salah satu kualitas personal yang dianggap itu dekat dengan rakyat dan berintegritas. Nah, dekat dengan rakyat sudah dimiliki Ganjar. Munculnya Mahfud yang memliki rekam jejak berintegritas, jadi melengkapi,” kata Saidiman.
Kedua, Megawati cenderung memilih wakil dari Nahdlatul Ulama. Dari 4 kali Pilpres sejak 2004, capres yang diusung PDIP selalu berpasangan dengan tokoh NU, kecuali di Pilpres 2009 saat Megawati maju bersama Prabowo.
Tradisi maju bersama tokoh NU itu kini dilanjutkan dengan menggandeng Mahfud. Sang cawapres ditugaskan untuk mengoptimalkan perolehan suara di kantong-kantong NU dan massa Islam.
Ketiga, PDIP ingin memperkuat basis pemilih di Jawa Timur dan Jawa Tengah, sebab ada upaya dari kubu Anies Baswedan mengganggu basis tersebut dengan menggaet Muhaimin Iskandar yang notabene tokoh NU asal Jawa Timur.
Belakangan, Prabowo pun mencoba mengusik suara PDIP di Jawa Tengah dengan menggandeng Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi yang kini secara de facto bermigrasi ke Golkar.
Strategi mengamankan lumbung suara di Jateng dan Jatim juga dilakukan Jokowi pada Pilpres 2019. Ketika itu, Jokowi yang menggandeng Rais Aam PBNU Ma’ruf Amin berhasil menebalkan kemenangan di Jatim dari 53,17% di Pilpres 2014 menjadi 65,79% di Pilpres 2019. Adapun di Jateng, suara Jokowi dari 66,65% pada Pilpres 2014 naik menjadi 77,29% di Pilpres 2019.
Mahfud pun ditugasi menebalkan perolehan suara dari Nahdliyin walau Ganjar sudah unggul di kolam tersebut. Dari sigi Litbang Kompas pada Agustus 2023, sebanyak 34,5% pemilih NU memilih Ganjar, 31,3% memilih Prabowo, dan 19,3% memilih Anies.
“Strategi mempertahankan basis itu bisa memenangkan [Pilpres]” ujar Saidiman.
Menurut orang dekat Ganjar, Mahfud juga diincar karena jejaringnya di Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam. Di KAHMI, Mahfud menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Majelis Nasional.
Jejaring Mahfud di KAHMI disebut bakal berguna untuk menggaet suara dari kubu Anies apabila Pilpres 2024 berlangsung dua putaran. Mahfud dianggap bisa mengantisipasi limpahan suara kubu Anies agar tak seluruhnya beralih ke Prabowo apabila masuk putaran kedua.
Antisipasi tersebut muncul karena dari beberapa hasil survei, Anies-Muhaimin kerap berada di posisi buncit. Dalam survei Indikator pada Oktober misalnya, Anies-Muhaimin meraih 22,7%, Ganjar-Mahfud 32,2%, dan Prabowo-Gibran 37,5%.
Begitu pula pada survei LSI pada Oktober, Anies-Muhaimin mendapat 19,6%, di bawah Ganjar-Mahfud sebanyak 26,1%, dan Prabowo-Gibran 35,9%.
Presidium Majelis Nasional KAHMI Ahmad Yohan mendoakan Mahfud dan siap membuat posko pemenangan.
Saat ini, menurut sumber kumparan di internal KAHMI, mayoritas anggota KAHMI mendukung Anies yang pernah menjabat sebagai Presidium Majelis Nasional KAHMI periode 2012–2017.
Dukungan tersebut tak lepas dari faktor mentor politik Anies yang juga Ketua Dewan Etik KAHMI, Jusuf Kalla. Walau demikian, Jusuf Kalla menegaskan posisinya netral di Pilpres 2024.
Presidium Majelis Nasional KAHMI Muhammad Rifqinizamy Karsayuda menyatakan, organisasinya tidak condong terhadap calon tertentu di Pilpres 2024. Menurutnya, sekitar 10 juta anggota KAHMI bebas mendukung dan memilih capres-cawapres yang mana saja.
“Kami bukan organisasi politik. Kami bersepakat tidak membawa KAHMI pada kepentingan politik elektoral,” ujar Rifqi pada kumparan, Jumat (20/10).
Meski demikian, Rifqi tak menampik kemungkinan suara KAHMI bisa condong ke salah satu paslon apabila Pilpres masuk ke putaran kedua. Apalagi, Mahfud merupakan alumni HMI yang dihormati dan peduli terhadap organisasinya.
“Jadi, kalau nanti pilihannya tinggal satu [tokoh dari KAHMI], bisa jadi akan menguat,” kata Rifqi.
Misi Gibran: Curi Suara Pemilih Ganjar
Dua cawapres jadi jelas dalam sepekan. Ada Mahfud, ada pula Gibran yang telah ditetapkan sebagai cawapres Prabowo.
Elektabilitas Gibran di berbagai survei tak buruk-buruk amat. Sama seperti Mahfud, ia berada di papan tengah. LSI memotret elektabilitas Gibran sebagai cawapres Prabowo di angka 6,1% pada Agustus, Indikator 8,3% pada September, dan Poltracking 7,3% pada September.
Elektabilitas duet Prabowo-Gibran pun cukup mumpuni: 37,5% di survei Indikator pada Oktober, dan 35,9% pada survei LSI pada bulan yang sama.
Strategi menggandeng Gibran jelas memperluas basis Prabowo di pemilih Jokowi. Hasil survei LSI menunjukkan basis pemilih Jokowi di Pilpres 2019 yang kini mendukung Prabowo berada di angka 35,5%, tak jauh berbeda dengan Ganjar di angka 42,5%.
Survei LSI juga menyebut responden menilai Prabowo sebagai capres yang lebih didukung Jokowi (39,3%) ketimbang Ganjar (36,9%).
Gerindra beralasan, Gibran dipilih bukan semata karena atribusinya sebagai anak presiden, tapi juga karena kinerjanya yang baik sebagai Wali Kota Solo.
Pertumbuhan ekonomi di Solo mencapai 6,25% pada 2022, lebih tinggi dari capaian tahun pertama Gibran pada 2021 sebesar 4,01%. Tingkat kepuasan warga Solo terhadap Gibran juga meyakinkan, mencapai 96%.
“Jangan terlalu berburuk sangka, menganggap Mas Gibran mendompleng bapaknya. Memang ada, tapi tidak semua benar, karena tanpa kinerjanya yang benar, juga gak bakal melejit,” ujar legislator Gerindra Bambang Hariyadi.
Selain itu, menurut Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Gibran bisa menggaet suara pemilih muda yang jumlahnya mencapai 56% atau 113 juta pemilih. Menurut Airlangga, usia muda bukan ganjalan untuk bisa memimpin negara. Ia menyinggung Sutan Sjahrir yang menjadi perdana menteri pada usia 36 tahun.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanudin Muhtadi, menilai Gibran seperti pisau bermata dua. Ia bisa menjadi keuntungan atau beban elektoral bagi Prabowo.
Menjadi keuntungan bila Gibran bisa mencuri suara pemilih Jokowi dari kubu Ganjar di Jateng dan Jatim, sebab sejauh ini mayoritas suara pemilih Jokowi masih dikuasai Ganjar.
“Ini mengasumsikan Gibran sebagai aset elektoral, senjata rahasia untuk menggerogoti Ganjar,” ucap Burhanudin.
Namun, Gibran juga bisa jadi beban politik bagi Prabowo. Burhanuddin menjelaskan, 56% pemilih Prabowo merupakan pengikut loyalnya di Pilpres 2019. Jika dibedah lebih dalam, 56% pemilih itu merupakan kelompok yang cenderung tidak puas dengan kinerja Jokowi.
Artinya, strategi Prabowo menggaet Gibran bisa juga jadi blunder dan membuat pemilihnya lari ke Anies Baswedan.
Analisis tersebut tak jauh beda dengan pendapat Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda. Bagi Hanta, Gibran memang sangat terasosiasi dengan Jokowi yang basis pemilihnya tengah dibidik Prabowo. Sehingga dengan menggandeng Gibran, Prabowo bisa mendapat berkah elektoral dari pemilih Jokowi.
Prabowo juga perlu mengukur kemungkinan pemilihnya, terutama di Jawa Barat, malah jadi hengkang dengan keputusan menggaet Gibran. Pada Pilpres 2019, Prabowo mengantongi 16 juta suara atau 59,93% di Jabar. Ini adalah provinsi yang jadi lumbung suara Prabowo.
“Semisal di [pemilih Prabowo] Jabar berkurang 1–2 orang, tapi di Jateng dan Jatim bertambah 6 orang, ini potensial melentingkan elektabilitas Prabowo,” jelas Hanta.
Dari hasil survei LSI pada Oktober, elektabilitas Prabowo naik jika Gibran menjadi cawapresnya dan ia mendapat dukungan penuh dari Jokowi. Di situ, elektabilitas Prabowo naik dari sebelumnya 35,8% menjadi 39,2%, sedangkan elektabilitas Ganjar justu turun dari 30,9% menjadi 25,4%.
Sumber dekat Ganjar berujar, pihaknya telah siap head to head dengan Gibran dan Jokowi di Pilpres 2024. Mereka yakin bisa memenangi pertarungan jika proses pemilu berjalan adil.
“Kalau bermain fair, oke. Yang berat kalau Jokowi menggunakan aparatur untuk pemenangan anaknya. Saksi [bisa] diintimidasi,” ucap sumber itu.
Jawa Tengah Jadi Battleground
Pengamat politik UIN Jakarta, Adi Prayitno, menyebut bahwa publik kini menunggu narasi besar Gibran sebagai cawapres Prabowo. Sejauh ini, Gibran belum pernah berbicara mengenai gagasannya sebagai pemimpin muda.
“Ada waktu sekitar 3 bulan bagi Gibran untuk membuktikan apakah ia yang hanya bermodalkan pengalaman politik 3 tahun di Solo, bisa berkompetisi, bersaing, bahkan selevel dengan nama-nama seperti Ganjar, Mahfud MD, Cak Imin, dan Anies Baswedan,” kata Adi.
Pembuktian itu jadi tanda tanya banyak orang di tengah anggapan bahwa ia bisa melaju mulus lantaran statusnya sebagai anak Presiden—dengan paman Ketua MK pula.
Penunjukan Gibran sebagai cawapres Prabowo juga diyakini membuat Jokowi akan head to head dengan Megawati atau PDIP di Pilpres 2024. Apabila terjadi demikian, potensi keuntungan bisa didapat Anies-Muhaimin, sebab pertarungan bisa berpusat di Jawa Tengah.
“Karena battleground berubah dari Jawa Timur ke Jawa Tengah. Maka ketika pusat pertarungan berubah, lawan yang tidak terlibat di dalam pertarungan lebih leluasa melakukan konsolidasi-konsolidasi,” ujar Direktur Eksekutif Politika Research & Consulting Rio Prayogo.
PKB meyakini Muhaimin sebagai pendamping Anies mampu memenangkan Pilpres di Jatim yang dihuni 31 juta pemilih. Muhaimin yang merupakan cicit pendiri NU, KH Bisri Syansuri, sudah dikenal oleh masyarakat Jatim.
“Cak Imin itu NU sejak di kandungan, sementara yang lain itu belum NU sejak kandungan. Kalau sebut Cak Imin, sudah melekat di benaknya orang Nahdliyin,” kata Sekjen PKB Hasanuddin Wahid.
Ia tak khawatir penunjukan Mahfud MD sebagai cawapres Ganjar membuat suara Anies-Muhaimin di Jatim berkurang. Ia menegaskan, Jatim merupakan kandang PKB di pileg dan pilpres.
“Jatim itu kandangnya PKB. Suara PKB di sana 4 juta lebih dan hampir setiap pemilu kami menjadi pemenang pemilu di Jawa Timur. PKB tidak punya kekhawatiran [dengan Mahfud]” tutup Hasanuddin.