'Manusia Baja' Pembuka Jalur Air dari Galunggung

24 Januari 2017 13:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tebing yang curam bukan penghalang (Foto: Adeng Bustomi/Antara Foto)
zoom-in-whitePerbesar
Tebing yang curam bukan penghalang (Foto: Adeng Bustomi/Antara Foto)
Pagi tampak malu menyapa bumi Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, saat sosok-sosok dengan bambu, besi cangkul, linggis, dan perabot makanan telah menapaki hutan dan sungai menuju tebing dinding Gunung Galunggung.
ADVERTISEMENT
Sosok mereka dijuluki manusia baja oleh warga setempat, karena nekat membuka saluran air dari sumber mata air yang ada di kaki Gunung Galunggung untuk dialirkan ke lahan sawah yang berada di kampungnya.
Membuka jalur irigasi sedikit demi sedikit (Foto: Adeng Bustomi/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Membuka jalur irigasi sedikit demi sedikit (Foto: Adeng Bustomi/Antara)
Mereka yang tergabung dalam Paguyuban Cinila Sariwangi telah berhasil membuat dua saluran air yakni Saluran Air Ciparay yang mampu mengairi lahan sawah Desa Cidugaleun lebih dari 100 hektar, kemudian Saluran Air Leuwi Anyar yang mengairi 100 hektar lahan sawah di Desa Sukaharja dan Jayaratu.
"Masing-masing saluran air selesai dibangun dengan jangka waktu lebih dari 20 tahun, karena memang hanya menggunakan peralatan seadanya seperti linggis dan cangkul. Kalau disebut gila dan hinaan lainnya saya sudah biasa, tetapi kami tidak gentar dan terus melakukan penggalian hingga saluran air itu selesai," ungkap Muhlisin (75), warga Kampung Malaganti, Desa Sukaharja.
ADVERTISEMENT
Sungai di Gunung Galunggung (Foto: Adeng Bustomi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sungai di Gunung Galunggung (Foto: Adeng Bustomi/kumparan)
Dalam praktiknya pembuatan saluran air tersebut, mereka tidak mendapatkan dukungan apapun dari pemerintah setempat ataupun Pemkab Tasikmalaya. Bekal sendiri mereka bawa, bahkan hingga harus mengabaikan kepentingannya sendiri di rumah. Bahkan saat membuat saluran air Leuwianyar, lima orang tertimbun saat membuat terowongan air menembus gunung sepanjang 100 meter dan satu orang di antaranya meninggal dunia.
Membuka jalur air untuk sawah (Foto: Adeng Bustomi/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Membuka jalur air untuk sawah (Foto: Adeng Bustomi/Antara)
Sukses dua kali menggali saluran air tersebut, mereka kembali membuat saluran air yang dinamai Cinila untuk pengairan di Desa Linggawangi, Sukaharja, Sukamulih,dan Jayaratu dengan lahan sawah lebih dari 200 hektar.
Jalur irigasi yang dibuka dari mata air Galunggung (Foto: Adeng Bustomi/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Jalur irigasi yang dibuka dari mata air Galunggung (Foto: Adeng Bustomi/Antara)
Saluran itu dikerjakan secara rutin oleh 20 orang dengan panjang saluran air mencapai enam kilometer dan baru selesai sepanjang 700 meter, sejak mulai dibuat pada hari Kamis tanggal 6 Desember 2007.
ADVERTISEMENT
Berteduh di kala hujan (Foto: Adeng Bustomi/Antara Foto)
zoom-in-whitePerbesar
Berteduh di kala hujan (Foto: Adeng Bustomi/Antara Foto)
"Paling sulitnya itu membuat saluran di tebing sepanjang 100 meter, karena harus memangkas tebing dan kami hanya bergelayutan menggunakan tali plastik saja. Selama tiga tahun itu dilakukan, sekarang tinggal mudahnya saja jalurnya karena berupa tanah datar saja. Saya harapkan pembuatan saluran air ini bisa segera selesai dibangun, sehingga warga bisa menikmati hasilnya nanti”, ujar Ketua Paguyuban Cinila Sariwangi Supriyadi.
Foto dan Teks: Adeng Bustomi