Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Maskapai Thailand Langsung Selidiki Dugaan Suap Rolls-Royce
19 Januari 2017 15:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Maskapai Thailand, Thai Airways International, langsung menyelidiki dugaan suap oleh perusahaan Inggris Rolls-Royce terhadap pejabat mereka. Thailand adalah satu dari banyak negara yang menjadi sasaran suap Rolls-Royce.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari media Thailand, The Nation, Kamis (19/1), Wakil Direktur Eksekutif Thai Airways, Kanok Thong-purk, mengatakan mereka telah membentuk komisi penyidik untuk mencari tahu dugaan suap tersebut. Hasil penyelidikan itu, kata Kanok, akan diketahui dalam waktu 30 hari.
Thailand adalah satu dari tujuh negara yang disebut kantor penyidik Inggris, Serious Fraud Office (SFO), telah menerima suap dari broker Rolls-Royce untuk pengadaan mesin pesawat.
Ketujuh negara itu adalah Indonesia, Thailand, India, Rusia, Nigeria, China dan Malaysia. Penyelidikan juga dilakukan oleh Amerika Serikat dan Brasil, memunculkan nama-nama negara yang diduga tujuan suap Rolls-Royce untuk sektor lainnya, salah satunya energi.
Di Thailand, SFO mengatakan Rolls-Royce memberikan suap sebesar 18,8 juta Dolar AS melalui broker di kawasan Asia kepada beberapa pejabat Thai Airways dan di pemerintahan Thailand. Suap ini untuk memuluskan penjualan mesin T800 buatan Rolls Royce untuk Thai Airways.
ADVERTISEMENT
Kasus ini di Indonesia memuat nama Garuda Indonesia. Broker Rolls-Royce disebut telah menyuap beberapa pejabat Garuda Indonesia. Menurut dokumen SFO, hubungan Rolls-Royce dengan broker di Indonesia terjalin sejak tahun 1980-an di Orde Baru.
Kasus ini juga mengemuka di tengah dugaan suap senilai jutaan dolar terhadap Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar.
Pihak Rolls-Royce memutuskan membayar biaya penangguhan tuntutan sebesar 800 juta Dolar AS kepada pengadilan Amerika, Inggris, dan Brasil secara bertahap hingga tahun 2021. Namun SFO menegaskan penyelidikan masih akan dilakukan di tataran individu.