Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Melihat Data Kebakaran Hutan di Kanada, Penyebab Langit New York Berwarna Kuning
10 Juni 2023 11:34 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan di Kanada sendiri terjadi hampir setiap tahun. Berdasarkan data dari situs resmi pemerintahan Kanada, setiap tahun terjadi 7.300 kali kebakaran hutan. Kanada memang memiliki wilayah hutan yang luas. Sebanyak 9 persen hutan yang ada di dunia berasal dari Kanada.
Tak hanya hutan, lahan hingga padang rumput juga juga biasa dilahap si jago merah. Biasanya, kebakaran hutan hingga lahan di sana terjadi akibat petir yang tak terkendali, cuaca panas, hingga kecerobohan manusia.
Lantas, mengapa kebakaran hutan di Kanada bisa terus terjadi?
Kebakaran Hutan Biasa Terjadi di Kanada
Dilansir Reuters, kebakaran di Kanada khususnya yang terjadi di bagian barat saat ini, menjadi peristiwa yang lumrah terjadi. Menteri Keamananan Publik dan Kesiapsiagaan Darurat Kanada, Bill Blair, menyebut ada 3,8 juta hektare hutan yang terbakar saat ini. Kebakaran tahun ini pun jadi yang paling parah sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
"Di seluruh negeri (Kanada) hingga hari ini, ada 414 kebakaran hutan. 239 di antaranya dipastikan tidak terkendali. Provinsi Quebec di Timur jadi salah satu yang paling parah terkena dampaknya," kata Bill, seperti dikutip Reuters, Rabu (7/6).
Berdasarkan data yang dilaporkan Statistia, luas kebakaran hutan di Kanada bisa mencapat jutaan hektare per tahun. Kebakaran paling luas terjadi pada tahun 2014 yang mencapai 4.545.655 hektare
Penyebab kebakaran hutan di Kanada pun berbeda-beda. Mulai dari petir, aktivitas manusia, hingga kebakaran yang direncanakan. Namun porsi aktivitas manusia sangat mendominasi.
Posisi kedua penyebab terbanyak kebakaran adalah faktor alam seperti petir. Dalam kurun tahun 2019, sebanyak 1.477 petir telah berhasil melenyapkan hutan berhektar-hektar di Kanada. Hal serupa juga terjadi di tahun 2020, sebanyak 1.102 petir telah menjadi pemicu berkobarnya api di tengah hutan Kanada.
ADVERTISEMENT
Sementara pada tahun ini, dikutip dari Reuters, salju turun sedikit pada musim salju lalu dan diikuti dengan musim semi yang sangat kering. Kota terbesar di Provinsi Nova Scotia, Halifax, bahkan hanya menerima 120 mm hujan sepanjang Maret dan Mei. Jumlah tersebut hanya sepertiga dari rata-rata.
Selain itu, kota tersebut juga mendapat gelombang panas hingga temperatur mencapai 33 derajat Celsius. Ini merupakan 10 derajat di atas normal pada tahun ini.
Sebagian besar kebakaran hutan kali ini dipercaya tak sengaja disebabkan oleh aktivitas manusia. Meski demikian, sejumlah kebakaran di Quebec, provinsi terbesar di Kanada dengan dampak terparah, justru disebabkan oleh petir.
Seorang peneliti dari Canadian Forest Service, Ellen Whitman, mengungkap ada spekulasi bahwa pohon-pohon yang terserang hama hutan maupun yang jatuh karena badai Fiona, bisa memercik kebakaran hutan. Namun, spekulasi ini masih membutuhkan riset lanjutan.
ADVERTISEMENT
Peneliti itu, dikutip dari Reuters, menjelaskan sulit untuk menentukan efek perubahan iklim pada satu musim kebakaran hutan. Yang pasti, Provinsi Atlantik (Kanada Atlantik) terus semakin panas dari biasanya. Temperatur di daerah tersebut pun diperkirakan masih terus naik dalam beberapa tahun ke depan.
Di daerah pesisir, perubahan iklim diprediksi membawa hujan lebih banyak–yang bisa mengurangi risiko kebakaran hutan. Tetapi atmosfer yang kian hangat malah menarik kelembaban dari tanah yang membuat risiko kebakaran lebih tinggi.
Pemerintah Kanada dalam peraturannya, Wildfire Act menjelaskan, petugas lingkungan hidup bakal melakukan investigasi ketika kebakaran hutan sudah pasti disebabkan oleh manusia. Mereka akan menentukan apakah insiden kebakaran merupakan akibat dari aktivitas ilegal.
Nah, orang yang terbukti melakukan aktivitas ilegal hingga menyebabkan kebakaran hutan akan dikenai tanggung jawab atas biaya pemadaman, menanggung kerugian dari kerusakan hutan, dikenakan penalti administrasi, serta biaya reboisasi.
ADVERTISEMENT
Sebelum menentukan besaran penalti, pemerintah akan mempertimbangkan sejumlah hal. Misalnya, apakah pelaku pernah membuat pelanggaran yang sama, besar kecilnya dampak, apakah tindakannya disengaja, seberapa besar keuntungan yang didapat pelaku, hingga seberapa besar usaha pelaku mengoreksi pelanggaran.
Mangapa Asapnya Bisa Membumbung Tinggi hingga New York?
Jarak dari Quebec ke New York mencapai 712 km. Asap dari kebakaran hutan itu melayang-layang dan menyeberang ke AS selama berminggu-minggu. Menyebabkan langit Amerika berubah warna menjadi kuning. Gedung pencakar langit sampai Patung Liberty samar terlihat di New York City.
Angin kencang yang berhembus membawa asap kebakaran ke tempat yang jauh. Kebakaran yang besar dan hebat biasanya mengepulkan asap hingga ratusan kilometer jauhnya dari sumber api.
ADVERTISEMENT
Bob Henson, ahli meteorologi dari Yale Climate Change Connections, mengatakan udara bersirkulasi berlawanan arah jarum jam di sekitar atmosfer di langit dekat Nova Scotia. Kondisi ini mengirim angin ke selatan melewati kebakaran di Quebec.
Di sana angin menjemput asap, lalu berbelok ke timur melewati negara bagian New York. Asap kemudian terbawa ke pesisir timur AS.
"Ini masalah lintasan yang sederhana. Asap pergi ke mana angin membawanya," ujar Henson.
Sampai Kapan Ini Akan Terjadi?
Berdasarkan perkiraan AccuWeather, kabut asap yang membuat langit New York berwarna kuning akan bertahan hingga Jumat (9/6). Namun, jika melihat Lembaga pengawas kualitas udara yang berbasis di Swiss, IQAir, menempatkan tingkat kualitas udara di New York pada peringkat 134 per Kamis (8/6).
ADVERTISEMENT
Poin antara 101 dan 150 menunjukkan kualitas udara yang tidak sehat bagi beberapa kelompok yang bisa berdampak bagi kesehatan seseorang. Mulai dari sakit kepala, iritasi mata, kesulitan bernapas, nyeri dada, kelelahan, hingga iritasi tenggorokan. Kondisi ini pun dinilai masih bisa bertahan hingga beberapa hari ke depan.
Beberapa kelompok yang sensitif merasakan dampak tersebut, di antaranya terdapat lansia, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan.