Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Inggris di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Rishi Sunak menyatakan dukungannya terhadap Israel atas konflik Gaza. Namun, pemerintahnya juga mendukung gencatan senjata berkelanjutan sebagai jalan menuju “perdamaian berkelanjutan”.
ADVERTISEMENT
Gencatan senjata tersebut mencakup pembebasan sandera, pengiriman bantuan, dan sikap agar Hamas tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Di sisi lain, partai calon terkuat PM Inggris kali ini, Partai Buruh, juga tidak menunjukkan sikap yang kuat dalam menyikapi perang di Gaza. Mereka mengeklaim ingin mengakui kemerdekaan Palestina namun tak banyak yang diupayakan untuk gencatan senjata di Gaza.
Sikap tersebut menimbulkan kegelisahan di masyarakat, terutama bagi para pembela Palestina. Mereka merasa tidak memiliki pilihan dalam pemilu kali ini.
Seperti apa posisi masing-masing partai calon PM Inggris terhadap isu di Gaza? Lalu, bagaimana reaksi masyarakat menyikapi hal tersebut?
Posisi Partai Konservatif dan Hak Israel untuk Membela Diri
Partai Konservatif di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Rishi Sunak telah menyatakan dukungan kuat terhadap hak Israel untuk membela diri dalam konflik yang berlangsung di Gaza.
ADVERTISEMENT
“Kami terus mendukung hak Israel untuk mengalahkan ancaman teroris Hamas dan mempertahankan keamanan mereka,” kata Sunak, April 2024, seperti dikutip dari BBC.
Meski Sunak menyatakan keinginan untuk menghentikan pertempuran, sikap ini memicu kemarahan di kalangan Muslim Inggris yang merasa tidak didengar.
Sebelumnya, pemerintahan Sunak mengatakan Inggris akan secara resmi mengakui negara Palestina sebelum proses perdamaian berakhir. Namun, hingga saat ini hal tersebut belum terealisasi.
Posisi Partai Buruh dan Pengakuan Kemerdekaan Palestina
Partai Buruh merupakan partai oposisi di Inggris. Setelah 14 tahun, kali ini mereka unggul jauh dalam jajak pendapat sebelum pemilu 4 Juli.
Sama seperti partai Sunak, Partai Buruh di bawah Keir Starmer juga menyerukan penghentian pertempuran. Namun, langkah ini dianggap terlalu lamban dan tidak cukup tegas dalam mendukung Palestina.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, banyak pemilih Muslim merasa kecewa dan berpaling dari partai yang selama ini mereka dukung.
Partai yang dipimpin Starmer itu berjanji akan mengakui negara Palestina sebagai kontribusi terhadap pembaruan proses perdamaian.
“Kenegaraan Palestina adalah hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina,” kata manifesto pemilu Partai Buruh – kumpulan kebijakan yang akan diberlakukan jika mereka membentuk pemerintahan berikutnya.
“Kami berkomitmen untuk mengakui negara Palestina sebagai kontribusi terhadap proses perdamaian baru yang menghasilkan solusi dua negara dengan Israel yang aman dan terjamin serta negara Palestina yang kuat dan berdaulat,” tambahnya.
Beberapa bulan lalu, Starmer juga sempat mengatakan dirinya mendukung hak pembelaan diri Israel, namun tetap menentang segala bentuk pemberhentian pasokan sumber daya.
ADVERTISEMENT
“Saya katakan Israel mempunyai hak untuk membela diri,” jelasnya, seperti dikutip dari Guardian
“Ketika saya mengatakan ‘itu benar’, itu adalah hak untuk membela diri. Saya tidak mengatakan Israel mempunyai hak untuk menghentikan pasokan air, makanan, bahan bakar atau obat-obatan – justru sebaliknya,” jelasnya.
Para Aktivis Berusaha Redakan Kemarahan Muslim Inggris terkait Gaza
Kandidat pro-Palestina, Shanaz Saddique, berharap dapat memobilisasi suara Muslim pada pemilu Inggris 4 Juli mendatang dengan memanfaatkan ketidakpuasan terhadap posisi Partai Konservatif dan Partai Buruh terkait perang di Gaza.
Baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh kembali mendukung hak Israel untuk membela diri, meski mereka ingin pertempuran dihentikan. Sikap ini membuat marah sebagian dari 3,9 juta Muslim atau 6,5 persen dari populasi Inggris.
Sedikit kandidat pro-Palestina yang mencalonkan diri sebagai kandidat independen atau dari partai non-arus utama yang berpeluang menjadi anggota parlemen.
ADVERTISEMENT
Namun, kampanye “The Muslim Vote” berusaha memenangkan cukup suara untuk mengirim pesan kuat kepada mereka yang terpilih.
"Gaza bukan tentang argumen politik. Ini argumen hak asasi manusia," kata kandidat anggota parlemen untuk Oldham East dan Saddleworth di utara Manchester, Saddique, seperti dikutip dari Reuters.
Kampanye ini menyarankan pemilih untuk mendukung kandidat pro-Palestina yang mencalonkan diri sebagai kandidat independen atau dari partai-partai kecil seperti Partai Pekerja sayap kiri.
Dampak Sikap Partai terhadap Pemilih Muslim
Perang di Gaza telah menewaskan banyak warga sipil dan memperburuk hubungan antara partai politik Inggris dan pemilih Muslim.
Jajak pendapat Savanta, seperti dikutip dari Reuters, menunjukkan bahwa 44 persen Muslim mempertimbangkan untuk mendukung upaya independen dalam mengatasi masalah ini.
Rafit Hussain, pemilik toko di Oldham, menyatakan kekecewaannya. "Genosida terjadi di depan mata kita dan tidak ada tindakan yang diambil untuk mengatasinya," ungkapnya kepada Al Jazeera.
ADVERTISEMENT
Poppy Yousaf, warga Oldham lainnya, menyatakan akan memilih calon independen.
"Pemerintahan Tory atau Partai Buruh belum cukup menjanjikan atau melakukan hal yang sesuai dengan hati nurani saya."
Pilihan Pemilih Pro-Palestina
Banyak pemilih pro-Palestina memilih untuk mendukung Partai Hijau atau Partai Demokrat Liberal yang telah mendukung gencatan senjata dan solusi dua negara. Meskipun Partai Buruh diprediksi memenangkan pemilu, sikap Starmer yang tidak jelas mengenai konflik Gaza membuat banyak pemilih tradisional berpaling.
Namun, dikutip dari Al-Jazeera, para pengamat melihat secara keseluruhan, Muslim masih cenderung memilih Partai Buruh.