Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Presiden Tsai Ing-wen kembali memenangi Pemilu Taiwan dengan perolehan 8,2 juta suara atau 57 persen. Politikus Partai Progresif Demokratik itu menang dari lawannya, Han Kuo-yu, yang hanya meraih 39 persen suara.
ADVERTISEMENT
Suara untuk Tsai lebih tinggi 1,3 juta suara dari kemenangannya pada 2016 lalu. Dengan begitu, Tsai kembali memimpin Taiwan di periode keduanya.
Kemenangan Tsai tentu menjadi pukulan keras bagi China. Sejak memimpin, Tsai menolak Taiwan menjadi bagian China dan menganggap negaranya memiliki kedaulatan penuh, sama halnya seperti Hong Kong.
Tsai tak peduli meski China merupakan mitra dagang terbesar Taiwan. Di satu sisi, Presiden China, Xi Jinping, berkukuh akan mengembalikan Taiwan di bawah kekuasaannya.
Berbeda dengan Tsai, pesaingnya justru bersikap sebaliknya. Han mendukung hubungan harmonis dengan China. Kader Partai Kuomintang itu mengambil slogan"Taiwan aman, rakyat kaya" saat kampanye beberapa waktu lalu. Meski begitu, Han telah mengakui kekalahannya atas Tsai.
ADVERTISEMENT
Dalam pidato kemenangannya, Tsai disambut oleh ribuan pendukung yang mengibarkan bendera di luar markas partai. Mereka puas dengan hasil voting yang tampaknya akan membuat geram China.
"Hari ini kita telah membela demokrasi dan kebebasan kita, besok mari kita bersatu untuk mengatasi semua tantangan dan kesulitan," kata Tsai dilansir AFP, Minggu (12/1).
Tsai menyatakan dirinya sebagai pembela nilai-nilai demokrasi liberal terhadap bayangan otoriter Xi Jinping. Tsai mengatakan, dia berkomitmen untuk berdialog dengan para pemimpin Cina dan menginginkan perdamaian.
"Hari ini saya ingin sekali lagi mengingatkan otoritas Beijing bahwa perdamaian, paritas, demokrasi dan dialog adalah kunci menuju stabilitas," kata Tsai.
"Saya ingin pemerintah Beijing tahu bahwa Taiwan yang demokratis dan pemerintah kita yang terpilih secara demokratis tidak akan pernah menyerah pada ancaman," sambung Tsai.
ADVERTISEMENT
Terpisah, Juru bicara kantor Ma Xiaoguang memastikan Beijing terus menegakkan prinsip-prinsip dasar 'reunifikasi damai' dan 'satu negara, dua sistem' untuk Taiwan, Hong Kong, dan Makau.