Mengenal Buoy, Alat Pendeteksi Tsunami

16 Desember 2017 17:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buoy (Foto: Twitter/@HydrosphereUK)
zoom-in-whitePerbesar
Buoy (Foto: Twitter/@HydrosphereUK)
ADVERTISEMENT
Tsunami merupakan bencana yang mengiringi gempa bumi. Tsunami kerap kali terjadi di berbagai negara, salah satunya di Indonesia, yaitu di Banda Aceh pada Desember 2014 silam yang memakan banyak korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Tsunami sendiri sebenarnya bisa dideteksi kedatangannya, melalui sistem yang disebut dengan Tsunami Early Warning System (TEWS), alatnya diberi nama buoy tsunami. Pada awalnya, buoy dipasang untuk aktivitas bongkar muat kapal laut. Namun, alat ini kemudian difungsikan untuk mengamati terjadinya gelombang pasang dan tsunami yang mungkin terjadi di kawasan tersebut.
Awalnya pendeteksian dilakukan oleh alat yang diberi nama Ocean Bottom Unit atau OBU yang diletakkan di dasar laut. OBU akan secara langsung mengirim data melalui underwater acoustic modem ke buoy tsunami yang terpasang di permukaan laut. Kemudian, buoy tsunami mengirim data tersebut via satelit ke pusat pemantau tsunami Read Down Station (RDS), di Indonesia terdapat di Gedung I BPPT lantai 20.
ADVERTISEMENT
Buoy bekerja berdasarkan gelombang tsunami air laut yang dideteksi oleh sensor yang ditempatkan di OBU. Buoy dapat mengirimkan peringatan tsunami selang 10 menit setelah terjadinya gempa.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), usai peristiwa gempa dan tsunami di Aceh, sebanyak 22 buoy yang disebar di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua. Sembilan unit dimiliki oleh Indonesia, sepuluh unit milik Jerman, satu unit Malaysia, dan dua unit milik Amerika Serikat. Namun sayang, BNPB menyebutkan kini Indonesia tak lagi memiliki buoy.
Mirisnya,buoy itu rusak karena tidak dirawat sejak tahun 2012. Vandalisme dan keterbatasan anggaran, menyebabkan kerusakan buoy-buoy tersebut.
"Ada kerusakan , enggak ada biaya maintenance, karatan. Ada juga jadi tambatan kapal untuk nangkap ikan, ada yang sensor-sensornyanya diambil," kata Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho pada konpers gempa Jawa Barat, di kantor BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (16/12).
ADVERTISEMENT
Ketiadaan buoy, membuat deteksi kemungkinan terjadinya tsunami menjadi sulit. "Kondisi ini menyulitkan untuk memastikan apakah tsunami benar terjadi di lautan," ujar Sutopo.
Akibatnya, untuk mendapatkan peringatan dini tsunami, Indonesia terpaksa menggunakan buoy tsunami milik negara lain. Buoy-buoy tersebut tersebar di beberapa titik di wilayah Indonesia.
"Saat ini hanya mengandalkan 5 buoy tsunami milik Internasional di sekitar wilayah indonesia 1 unit di Aceh punya India, 1 unit di Laut Andaman punya Thailand, 2 unit di selatan Masalembo dekat Australia milik Australia, dan 1 unit di Papua milik Amerika di Pasifik," ujarnya.