Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Gaharu, yang Disebut Irjen Teddy Jadi Bahan Gelang dan Kapal Nabi Nuh
2 Maret 2023 15:06 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Mantan Kapolda Sumatera Barat, Irjen Teddy Minahasa , menjalani persidangan di PN Jakbar, Rabu (1/3) karena kasus narkotika. Dalam sidang, dia mengaku pernah mendapatkan gelang dari mantan Kapolres Bukittinggi AKBP Dody Prawiranegara.
ADVERTISEMENT
Gelang itu diklaim terbuat dari kayu kapal Nabi Nuh. Jenis kayunya merupakan kayu gaharu . Teddy mengatakan, Doddy bercerita kepadanya bahwa gelang itu muncul seketika saat dia tengah melaksanakan salat Tahajud.
"Gelang ini saya dapatkan ketika saya tahajud malam hari, tiba-tiba saat saya sujud, gelang itu ada di depan saya," ujar Teddy sambil menirukan ucapan Doddy.
"Kemudian kayu ini sepertinya dari kapal Nabi Nuh. Insyaallah jenderal ini bintang empat dan jadi Kapolri. Itu lengkapnya," pungkas Teddy.
Kapal Nabi Nuh
Di dalam kitab suci, Nabi Nuh diceritakan pernah membuat kapal raksasa untuk menyelamatkan umat manusia dari azab Tuhan berupa banjir besar yang menghantam seluruh dunia.
Bahtera Nuh itu ada yang mengatakan tergeletak di suatu tempat yang belum diketahui, atau bisa jadi kapal itu ada di dasar laut.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang pernah mengaku menemukan bahtera Nuh. Seorang pria bernama George Hagopian, misalnya, dia mengeklaim menemukan kapal tersebut di Gunung Ararat, Turki, di daerah penggembalaan domba.
Dia menyebut, bahtera itu ditemukan ketika kekeringan melanda selama empat tahun, membuat salju menipis sehingga menyingkap kapal ke permukaan.
Hagopian mengaku menaiki tangga di bagian luar bahtera, sebelum akhirnya berjalan di atasnya. Dia juga mengeklaim kapal Nuh sudah membatu meski sampai saat ini tidak ada bukti yang menyertainya.
Cerita penemuan bahtera Nuh lain datang dari seorang pilot asal Rusia bernama Letnan Vladimir Roskovitsky. Dia menemukan bahtera Nuh dan mengeklaim telah menjelajahi ruangan di sana pada 1916.
Namun tidak ada yang bisa memastikan, kapal Nabi Nuh terbuat dari kayu apa. Gaharu atau lainnya.
Lalu apa itu kayu gaharu?
ADVERTISEMENT
Dihimpun kumparan dari berbagai sumber, kayu gaharu memiliki nama latin Aquilaria malaccensis adalah sejenis pohon anggota suku gaharu-gaharuan (Thymelaeaceae). Jenis ini dapat dijumpai di Banglades, Bhutan, India, Indonesia, Iran, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Di Indonesia sedikitnya terdapat 6 spesies pohon gaharu. Dari berbagai jenis tersebut, yang paling dikenal luas adalah spesies dengan nama latin Aquilaria malaccensis. Tingginya bisa mencapai sampai 40 meter dengan diameter batang lebih dari 60 cm.
Kayu ini memiliki warna hitam dan mengandung resin (getah) khas yang biasa digunakan dalam industri wangi-wangian seperti parfum dan setanggi karena harumnya.
Sebelum dihasilkan menjadi parfum, gaharu diolah untuk dikeluarkan minyak dan senyawa aromatik. Hasil pengolahan ini yang sering digunakan untuk wewangian. Sementara kayunya biasa dijadikan furniture hingga aksesoris, seperti tasbih, gelang dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, gaharu sejak tahun 2000 sudah menjadi komoditi perdagangan ke berbagai wilayah di dunia seperti India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Di Makkah, minyak kayu gaharu dijadikan olesan pada batu Hajar Aswad sehingga batu tersebut selalu berbau harum.
Harga kayu gaharu juga terbilang mahal, baik itu bentuk gelondongan ataupun yang sudah melewati proses pengolahan. Semakin tinggi kualitas kayu gaharu, nilainya bisa semakin mahal.
Kayu gaharu dengan kualitas rendah dibanderol mulai Rp 350.000 sampai Rp 8 juta per kilogram. Sementara, kayu dengan kualitas super harga tiap kilogram bisa mencapai US$100 ribu atau setara dengan Rp 1,5 miliar.
Pada tahun 1994, Konvensi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) di Amerika Serikat menetapkan bahwa pohon gaharu spesies A. malaccensis masuk ke dalam Appendix II, yaitu tanaman yang dibatasi perdagangannya. Sebab populasi tanaman gaharu semakin menyusut di alam.
ADVERTISEMENT