Mengenal Kanselir Baru Jerman Pengganti Angela Merkel, Si 'Robot' Olaf Scholz

8 Desember 2021 18:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kanselir Jerman yang ditunjuk Olaf Scholz menghadiri konferensi pers. Foto: Fabrizio Bensch/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kanselir Jerman yang ditunjuk Olaf Scholz menghadiri konferensi pers. Foto: Fabrizio Bensch/REUTERS
ADVERTISEMENT
Jerman resmi memiliki kanselir baru, setelah Angela Merkel hengkang dari dunia politik usai 16 tahun menjabat. Ia bernama Olaf Scholz, eks deputi kanselir dan menteri keuangan di bawah Merkel.
ADVERTISEMENT
Scholz disematkan julukan tersendiri oleh masyarakat Jerman: ‘Scholzomat’, permainan kata dari ‘Scholz’ dan ‘Automat’ yang dalam bahasa Jerman berarti 'mesin'.
Penamaan ini lahir dari tindak-tanduknya yang dideskripsikan sebagai kaku dan cenderung ‘robotik’. Namun, ke-robot-an Scholz tetap mampu memenangkan hati masyarakat Jerman.
Ia resmi menjabat sebagai Kanselir Jerman mulai Rabu (8/12).
Politisi dari Partai Sosial Demokrat (SPD) ini lahir di Osnabrück, Jerman, pada 14 Juni 1958. Ia tumbuh besar di Distrik Rahlstedt, Kota Hamburg.
Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz Foto: REUTERS/Axel Schmidt
Ia memiliki dua adik laki-laki yang sukses berkiprah di bidang berbeda: Jens Scholz, seorang ahli anestesi dan pimpinan University Medical Center Schleswig Holstein; dan Ingo Scholz, seorang pengusaha di bidang teknologi.
Pria berusia 63 tahun ini adalah seorang pengacara. Ia menempuh pendidikan di bidang hukum di University of Hamburg, Jerman, pada 1978-1984. Dan sejak 1985, ia menjadi pengacara terkualifikasi.
ADVERTISEMENT

Kehidupan Politik

Scholz bergabung dengan gerakan pemuda SPD pada 1975, ketika berusia 17 tahun. Di masa mudanya, ia kerap kali terlihat di berbagai aksi unjuk rasa damai dengan rambut gondrong dan sweater wol.
Dikutip dari AFP, ia menjadi wakil presiden dari gerakan tersebut pada 1980-an. Namun sayangnya, ia gagal menjadi pimpinan akibat dirinya dianggap terlalu “sayap kiri.”
Pada 1998, Scholz terpilih menjadi anggota parlemen Jerman, Bundestag, mewakili wilayah Hamburg Altona. Ia menjabat selama empat tahun, hingga akhirnya pada 2001, ia mengambil posisi sebagai Senator Interior Kota Hamburg.
Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz Foto: REUTERS/Axel Schmidt
Namun, jabatan tersebut tidak berlangsung lama. Ia kembali terpilih menjadi anggota parlemen pada 2002. Selama 2002-2004, ia juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal SPD.
ADVERTISEMENT
Pada masa jabatan ini, ia membela reformasi pasar buruh dan pemotongan dana kesejahteraan sosial yang kontroversial di bawah eks Kanselir Gerhard Schroeder. Dukungan dan pembelaan inilah yang membuatnya memperoleh julukan “Scholzomat”.
Merespons julukan “Scholzomat”, dalam wawancara dengan majalah Jerman Bunte, ia mengakui, “Itu bukanlah deskripsi yang sepenuhnya salah.”
“Saya selalu mendapat pertanyaan yang sama dan saya selalu memberikan jawaban yang sama,” katanya. Scholz menambahkan, ia sebenarnya “sering tersenyum dan tertawa, dibandingkan dengan apa yang dipikirkan orang-orang.”
Pada 2007, Scholz bergabung dengan Pemerintahan Kanselir Angela Merkel dan menjabat sebagai Menteri Buruh dan Sosial Jerman hingga 2009.
Karyawan bekerja di tempat pembuatan bir Heller yang dikelola keluarga kecil di Cologne, Jerman, Selasa (9/2). Foto: Martin Meissner/AP Photo
Selama dua tahun ini, Scholz berhasil mencegah terjadinya PHK massal saat krisis finansial Jerman, dengan cara meminta perusahaan untuk memotong jam kerja karyawan dan negara menaikkan gaji mereka.
ADVERTISEMENT
Ia mengundurkan diri dari Bundestag pada 2011, tiga hari setelah dirinya terpilih sebagai Wali Kota Hamburg.
Ia duduk di kursi Wali Kota Hamburg selama tujuh tahun lamanya, yakni hingga 2018. Selama menjabat sebagai wali kota, Scholz mengawasi jalannya pembangunan Hall Konser Elbphilharmonie, pusat kesenian yang pembangunannya memakan dana fantastis.
Bagi Scholz, pengeluaran tersebut dapat dijustifikasi dengan situasi keuangan Hamburg yang sehat.

Peran dalam Penanganan Pandemi COVID-19

Pada 2018, Scholz dilantik sebagai Menteri Keuangan Federal Jerman dan juga Deputi Kanselir Jerman di bawah Angela Merkel. Dalam beberapa pekan, kepuasan publik terhadap kinerja Scholz mencapai 46%.
Sebagai menteri keuangan, Scholz mengatur pendanaan darurat sebesar 750 miliar Euro, atau setara dengan Rp 12.163 triliun, untuk membantu perusahaan dan karyawan di Jerman ketika pandemi mengadang.
Karyawan bekerja di tempat pembuatan bir Heller yang dikelola keluarga kecil di Cologne, Jerman, Selasa (9/2). Foto: Martin Meissner/AP Photo
“Ini adalah bazoka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan urusan ini. Kita mengerahkan seluruh senjata yang kita punya, untuk menunjukkan bahwa kita cukup kuat untuk menanggulangi tantangan ekonomi yang mungkin akan terjadi akibat masalah [pandemi] ini,” ujar Scholz, dikutip dari BBC.
ADVERTISEMENT
Ia juga memimpin rapat kabinet ketika Kanselir Merkel harus menjalani isolasi, setelah dokter yang merawat Merkel positif COVID-19 pada Maret 2020.
Meski begitu, selama menjabat sebagai menteri keuangan, ia terlibat dalam beberapa skandal. Salah satunya adalah kasus penipuan Wirecard dan tudingan bahwa otoritas anti-pencucian uang FIU di bawah pengawasannya gagal dalam melaporkan dugaan penyelewengan.
Namun, sikapnya yang cenderung tenang membantunya dalam penanganan skandal tersebut. Bahkan, politisi-politisi mulai ‘jatuh hati’ terhadap Scholz. Pimpinan Partai Demokrat Bebas (FDP), Christian Lindner, menyebut Scholz sebagai “pemimpin yang kuat.”
Kanselir Jerman yang ditunjuk Olaf Scholz menghadiri konferensi pers. Foto: Fabrizio Bensch/REUTERS

Resmi Gantikan Angela Merkel

Agustus 2021, SPD sepakat untuk mengajukan Scholz sebagai kandidat Kanselir Jerman pada pemilihan federal Jerman 2021.
Pada akhir September 2021, Partai Sosial Demokrat meraih kemenangan pada pemilihan umum. Dengan ini, ia memposisikan diri sebagai kandidat penerus Merkel. Sebab, ia telah berperan dalam pemerintahan Merkel sebagai Deputi Kanselir.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada Rabu (8/12), Bundestag menyetujui Scholz sebagai Kanselir Jerman setelah ia memperoleh dukungan 395 suara di parlemen.
Jerman akan dipimpin oleh koalisi tiga partai yang disebut sebagai “koalisi lampu lalu lintas”. Nama ini diambil dari warna tiga partai terlibat: Partai Sosial Demokrat dengan warna merah; Demokrat Bebas dengan warna kuning; dan Partai Hijau.