Mereka yang Menggantung Asa dan Harapan di SMPN 60 Rintisan Bandung

2 Oktober 2024 23:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana SMPN 60 Bandung, di Jalan Ciburuy, Kecamatan Regol, Rabu (2/10). Foto: Robby Bouceu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana SMPN 60 Bandung, di Jalan Ciburuy, Kecamatan Regol, Rabu (2/10). Foto: Robby Bouceu/kumparan
ADVERTISEMENT
SDN 192 Ciburuy Bandung, seperti berada di tengah labirin. Menuju ke sana, orang akan melewati gang-gang bercabang, dengan kisaran lebar jalan hanya seukuran dua tangan orang dewasa direntangkan.
ADVERTISEMENT
Pukul 11.45 WIB, di Jalan Ciburuy angin kering, matahari terik, muka jalan jadi serupa dipanggang. Namun cuaca itu tak menyurutkan semangat siswa SMPN 60 Bandung menimba ilmu, walau kegiatan belajar mereka mesti menumpang ke kelas-kelas milik SDN 192 Ciburuy.
Menjelang pukul 12.00 WIB itu, mereka mulai berdatangan dari cabang-cabang gang tadi. Bergerombol maupun sendiri-sendiri.
Sebagian besar dari mereka tak lantas masuk ke lingkungan sekolah. “Nunggu dulu yang lain,” kata Farhan Abdillah, di depan warung. Sementara sebagian lagi, sebelumnya terlihat memilih menunggu di dalam lingkungan sekolah yang bangunannya berkelir telur asin itu.
Siswa-siswi SMPN 60 Bandung, memang mesti bergiliran memakai kelas dengan siswa SDN 192 Ciburuy. Mereka tak punya bangunan belajar sendiri, sebab sekolahnya menjadi salah satu yang masuk dalam daftar Program Sekolah Rintisan untuk tingkat menengah di Bandung.
Suasana SMPN 60 Bandung, di Jalan Ciburuy, Kecamatan Regol, Rabu (2/10). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Konsep Sekolah Rintisan tingkat menengah di Bandung diinisiasi oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung sejak 2017 dan mulai dilaksanakan pada 2018. Hal ini bertujuan untuk mengisi blankspot SMP di sejumlah kecamatan di Kota Bandung yang terindikasi padat penduduk.
ADVERTISEMENT
“Kita tujuannya bikin sekolah rintisan itu untuk mendekatkan akses layanan pendidikan buat masyarakat. Jadi SMP Swasta tidak ada, SMP Negeri apalagi. Sementara di sana daerah padat,” kata Plt. Kadisdik Tantan Syurya Santana, saat dihubungi Rabu (2/10).
Jadi, selepas kegiatan belajar mengajar (KBM) di SD itu selesai pada siang hari, kelas yang kosong bisa dimanfaatkan oleh SMP Negeri rintisan hingga sore hari.
Di SMPN 60, pola ini berlangsung sejak berdirinya yakni di tahun 2018 dan semula tak ada hambatan. Namun seiring waktu, jumlah siswa yang terdaftar di SMPN 60 kian bertambah, tapi ruang kelas terbatas. Itu membuat rombongan belajar yang tak kebagian ruangan terpaksa belajar di luar secara lesehan.
Suasana SMPN 60 Bandung, di Jalan Ciburuy, Kecamatan Regol, Rabu (2/10). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Farhan yang duduk di kelas 8 mengalaminya juga. Namun begitu, dia bilang pada dasarnya tidak keberatan. Hanya sedikit sedih jika hujan turun pada saat belajar.
ADVERTISEMENT
“Rame, tapi sayang kalau hujan kehujanan melulu. Sedih sih, sudah mah belajar menumpang di SD. Yah, inginnya punya gedung sendiri” kata dia.
Jika begitu, rombongan yang kehujanan kata Farhan akan disatukan dengan rombongan yang dapat ruangan kelas. “Disatuin sama kelas yang lain,” kata dia.
Tak lama dari itu, kawan-kawannya berdatangan. Farhan lantas meninggalkan warung yang letaknya hanya terhalang sekitar 3 sampai 5 bangunan sampai sekolah.
Saat kumparan kembali masuk ke lingkungan SDN 192 Ciburuy, Farhan dkk tak terlihat. Maklum, saat itu sudah banyak siswa yang berdatangan.
Meski tak lagi terlihat, apa yang Farhan katakan ternyata serupa gema memantulkan bunyi yang sama. Siswa lainnya, May yang sekaligus anggota OSIS menyampaikan hal serupa Farhan.
ADVERTISEMENT
Dia mengaku tak masalah dengan kondisi sekolahnya. Malahan, dia mengaku senang karena punya pengalaman yang tidak biasa.
Suasana SMPN 60 Bandung, di Jalan Ciburuy, Kecamatan Regol, Rabu (2/10). Foto: Robby Bouceu/kumparan
"Justru seneng punya pengalaman yang enggak biasa," kata May yang juga ikut ekskul Paskibra itu.
Meski begitu, dia yang punya cita-cita kuliah pertanian lantaran melihat sang Ibu getol mengurus tanaman di rumah, mengaku punya daftar harapan terkait tempatnya bersekolah.
“May ingin lapangan basket, ingin punya lab IPA, terus ruang OSIS, lab Komputer, terus UKS,” katanya.
Tentu saja fasilitas sejenis yang disebut May berhak didapatkan seluruh siswa, guna menunjang minat serta bakat mereka. Tapi itu bisa terlaksana setelah bangunan sekolahnya sendiri ada.
Terkait hal ini, Plt. Kadis Pendidikan Kota Bandung, Tantan Syurya Santana, mengatakan pembangunan gedung sekolah untuk SMPN 60 Bandung telah menjadi prioritas pihaknya.
ADVERTISEMENT
"SMPN 60 yang kami prioritaskan. Alhamdulillah sudah ada lahan milik pemerintah Kota Bandung. Tahun depan SMP 60 dan 75, mudah-mudahan," ungkapnya.