Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mimpi Suntoro Pemulung Perawat Anjing Liar: Bertemu Putri Tunggalnya
1 Februari 2018 18:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Belasan tahun hidup sendiri, tak mudah bagi Suntoro (63) melawan rasa sepi yang kerap menghampirinya sehari-hari. Kehadiran 26 ekor anjing dan 8 kucing liar yang ia adopsi, bahkan sering tak mampu menghalau kerinduannya dengan sang buah hati.
ADVERTISEMENT
Saat ditemui kumparan (kumparan.com) di rumah semi permanennya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Suntoro bercerita ia terakhir kali bertemu anaknya, Mawarsih Utami, sekitar 19 tahun lalu, saat putrinya itu masih berusia kurang dari satu tahun.
Sejak bercerai dengan istrinya di tahun 1998, hingga kini Suntoro tak pernah lagi menjumpai putri tunggalnya itu.
“Namanya Mawarsih Utami dipanggilnya Mawar. Dulu (setelah cerai katanya) dirawat neneknya," tutur Suntoro di kediamannya, Kamis (2/1).
"Sejak itu (saya) enggak pernah jumpa lagi, sudah lupa wajahnya. Rindu berkumpul dengan keluarga, begitu juga (rindu bertemu) putri saya,” imbuhnya.
Hampir dua puluh tahun menunggu, Suntoro mengaku sama sekali tak pernah mendapat kabar tentang Mawar dari pihak keluarga mantan istrinya. Desas-desus perihal kabar pernikahan putrinya itu, malah sempat didengar Suntoro dari temannya.
ADVERTISEMENT
“Kabarnya dia (Putri) sudah menikah, tapi saya enggak dapat undangan, dengar kabar dari teman saja,” ungkap Suntoro.
Meski begitu, Suntoro mengaku tak ada rasa marah atau benci di hatinya. Suntoro justru merasa bersalah karena tak bisa menjadi sosok ayah yang bertanggung jawab.
“Enggak jadi masalah. Saya bersyukur saja, semoga dia sehat-sehat selalu. Merasa ya merasa bersalah, namanya juga ada ketidakcocokan makanya cerai. Keadaan ekonomi juga sulit. Mau bagaimana lagi," tutup Suntoro.
Bersama puluhan anjing-anjing dan kucing-kucing liar yang diadopsinya, Suntoro kini tinggal di rumah semi permanen yang ia buat dari kumpulan papan triplek dan terpal bekas. Rumah papan itu berukuran 2 kali 1,5 meter, yang dibangun di atas tanah lapang bertembok beton di antara gedung-gedung perkantoran dan apartemen yang menjulang tinggi.
Suntoro mengandalkan hidup sehari-harinya dari upah kerjanya sebagai pemulung. Sebelum bekerja sebagai pemulung, Suntoro pernah bekerja menjadi kuli bangunan dan menjajal beberapa pekerjaan serabutan lainnya. Selain penghasilannya yang tak menentu, tempat tinggal Suntoro juga kerap berpindah-pindah sebab ia beberapa kali terdampak penggusuran.
ADVERTISEMENT