Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Modernisasi Alutsista Harus Terencana dan Akuntabel
24 Juni 2021 20:07 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:13 WIB
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertahanan tengah menyusun rencana pembelian senjata baru senilai Rp 1.750 triliun. Dengan anggaran ini, Indonesia akan punya alutsista atau alpalhankam baru yang sudah direncanakan hingga 2040.
ADVERTISEMENT
Pembelian senjata terbaru ini memang sangat dibutuhkan Indonesia. Tapi, yang perlu dilakukan lebih dalam, yakni perencanaan yang sangat akurat dan akuntabel.
"Artinya dalam rencana membeli alutsista senilai 1.750 T kita harus bertanya dalam skenario apa kita membutuhkan deployment dari 3 skadron pesawat tempur baru kita, dalam skenario apa kita akan membutuhkan deployment 2 dari 6 submarine kita secara aktif, dalam skenario apa kita akan berbicara menggunakan atau men-deploy assault defend system kita," kata peneliti senior CSIS Indonesia, Evan Laksmana, dalam diskusi virtual, Kamis (24/6).
Detail perencanaan ini sangat penting agar dapat terlihat apa saja yang sebenarnya dibutuhkan Indonesia dalam modernisasi alutsista .
"Nah itu butuh justifikasi dari Menhan karena kita butuh situasinya, secara usia sudah uzur, dan diikuti juga dalam waktu 20 tahun mencegah perang di Kawasan Indochina," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Pengadaan alutsista memang punya sejumlah opsi pembiayaan. Mulai dari pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri. Atau dengan join, seperti pembangunan bersama pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan yang kini masih berjalan.
Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (LESPERSSI), Rizal Darma Putra, menilai, sambil menunggu anggaran pasti untuk pembelian alutsista secara utuh, butuh anggaran yang cukup di Kemhan untuk merawat dan membeli senjata secara berkala.
"Apakah anggaran 137,3 T pada tahun 2021 cukup atau tidak, sebagaimana informasi yang kita dapat bahwa pada umumnya anggaran tersebut mengcover untuk anggaran rutin anggaran untuk pembiayaan misalnya gaji pegawainya maupun anggota TNI dan kemudian biaya-biaya rutin lainnya," tutur dia.
"Sedangkan untuk melakukan investasi dan pembelian alutsista tidak sebesar atau lebih kecil dari biaya-biaya rutin. Oleh karena itu, dibutuhkan anggaran pertahanan yang cukup memadai tentunya dari tahun ke tahun meningkat terus," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Mindset Alutsista Modern
Pembelian senjata baru bukan hanya soal anggaran. Mindset modern juga harus ikut dalam perencanaan hingga perawatan saat nantinya senjata itu sudah ada di Indonesia.
Co-Founder Jakarta Defence Studies, Edna Caroline, menyampaikan bahwa saat kunjungannya ke latihan antar cabang tahun 2019 masih belum kelihatan alutsista modern yang digunakan saat pelatihan.
“Misalnya contoh di tahun 2019 itu masih ada meriam gunung yang jangkauannya 6 km, padahal kita punya [roket] Astros yang jangkauannya ratusan km, itu belum kelihatan.” tambahnya.
Edna juga menyoroti pola perawatan senjata yang sekarang ini belum optimal. Bila mindset modern ini tidak diubah, pembelian alutsista baru tidak akan membawa modernisasi yang maksimal dalam pemakaiannya nanti.
“Padahal kita tahu uang tuh enggak banyak. Jadi logika sederhana kalau kita enggak bisa beli yaudah rawat barang semaksimal mungkin. Jadi ini bukan masalah beli baru, barang yang adapun peralatannya enggak bagus karena mindsetnya itu enggak modern,” tutup.
ADVERTISEMENT