Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Muchlis Hanafi: TGB Bawa Misi Sebarkan Islam Moderat
16 Juli 2018 8:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nama TGB--bersama Rizieq Syihab, Prabowo Subianto, Yusri Ihza Mahendra, dan Zulkifli Hasan--bahkan masuk ke dalam daftar rekomendasi calon presiden yang disusun oleh Persaudaraan Alumni 212.
Itu dulu, sebelum TGB membuat ‘huru-hara’ dengan menyatakan terbuka dukungannya ke Jokowi awal Juli 2018. Sontak namanya dicoret dari daftar rekomendasi capres 212. Padahal, pada 2014 lalu ia Ketua Tim Pemenangan Prabowo di NTB.
Tapi, tak ada lawan dan kawan abadi dalam politik. TGB mengaku blak-blakan jatuh hati kepada Jokowi yang begitu memperhatikan pembangunan NTB, terlepas dari fakta bahwa Jokowi kalah besar di sana pada Pemilu 2014.
“Benar bahwa Bapak Presiden bukanlah manusia sempurna, tetapi upaya-upaya beliau memberdayakan ekonomi umat sangat intensif dilakukan. Itu sangat saya apresiasi,” kata TGB saat berbincang dengan kumparan usai menikmati semangkuk bakso di Senayan, Jakarta, Kamis (12/7).
ADVERTISEMENT
Hingga kini, banyak orang masih penasaran dengan sosok TGB yang memang lebih banyak bergerak di spektrum politik lokal NTB. Seperti apa sesungguhnya ia?
Setelah mewawancarai TGB , kumparan mengobrol dengan rekan satu almamater yang juga kawan karibnya, Muchlis Hanafi yang menjadi penerjemah Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, saat sang Raja berkunjung ke Indonesia, Maret 2017.
Muchlis dan TGB belajar di jurusan yang sama di Universitas Al-Azhar Kairo, yakni tafsir dan ilmu-ilmu Al-Quran. Berikut petikan perbincangan dengan Muchlis, Sabtu (14/7).
Kenal dekat dengan TGB?
Saya di Al-Azhar satu angkatan di bawah dia. Dia datang ke Kairo tahun 1991, saya 1992. Kami bertemu pertama kali itu dalam satu kegiatan tahun 1993, kemudian merasa cocok, terus sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Tahun 1994, selama satu bulan saya pernah umrah naik kapal laut bersama-sama dia. Tinggal bersama keluarga beliau saat di Mekkah.
Anda dan TGB terlihat dalam selembar foto di Aksi 411. Janjian ikut aksi?
Kami memang ada janji temu. Kebetulan saat Aksi 411 bertepatan dengan jadwal kajian saya di Masjid Istiqlal selama satu jam setelah salat Jumat.
Kemudian di tengah banyak orang, kami jalan. Kebetulan bertemu dengan salah seorang jemaah yang mengajak berfoto. Nah, foto itulah yang viral.
Jadi kami tidak ikut aksi. Kami hanya jalan di tengah kerumunan orang.
Menurut Anda, seperti apa pandangan religi TGB? Ada pengaruh Al-Azhar?
Misi alumni Al-Azhar adalah menyebarluaskan pemahaman Islam moderat. Kami, alumni Al-Azhar, dititipi amanah oleh Al-Azhar untuk mengembangkan nilai-nilai atau sisi-sisi kemoderatan dari ajaran Islam, terutama di tengah gelombang fenomena ekstremisme, radikalisme, terorisme sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Itu bisa dilihat dari statement beliau (TGB) sekarang ini. Salah satu alasan beliau mendukung Jokowi adalah, rasa keberpihakan ke situ bisa menurunkan tensi ketegangan dalam proses kontestasi nasional yang tidak lepas dari sentimen-sentimen keagamaan.
Memang pesan Al-Azhar begitu. Risalah atau misi Al-Azhar dia pegang teguh betul. Pesan Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Muhammad Ath-Thayeb, kepada beliau dan kami semua alumni Al-Azhar adalah: di mana pun Anda berada, di posisi apa pun yang Anda pegang, jangan lupa misi wasathiyah atau moderasi Islam yang harus dikedepankan.
Apa yang melatari perubahan haluan politik TGB?
Pertama, menjaga kesinambungan pembangunan yang sedang berlangsung. Keputusan yang dia ambil, dia alami dan rasakan betul di NTB.
Kedua, mengurangi ketegangan situasi politik di tengah kontestasi nasional yang tengah berlangsung. Itu terucap oleh beliau saat mengemukakan alasannya mendukung Jokowi, dan memang sudah lama kami diskusikan.
Pernah berbincang dengan TGB soal pandangan masyarakat NTB soal Pemilu?
ADVERTISEMENT
Tuan Guru Bajang ini kan memimpin ormas terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW). Jemaahnya loyal kepada pimpinan. Karena mereka terikat bukan hanya secara struktural, bahkan secara spiritual ada amalan-amalan, spirit yang rutin mereka sambung kepada pendiri organisasi tersebut, yaitu kakek beliau dan keturunan-keturunannya. Itu ikatan yang kuat sekali, dan modal sosial yang luar biasa bagi seorang TGB.
Jokowi saya kira berhasil memikat hati warga di sana. Misalnya, cukup monumental ketika tahun lalu Pak Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional untuk kakek TGB, Maulana Syekh Tuan Guru Zainuddin Abdul Madjid, pendiri NW. Dan itu tidak akan dilupakan oleh masyarakat.
Jokowi juga presiden yang pertama kali berkunjung ke Pancor (di Lombok Timur), ke makam Maulana Syekh Tuan Guru Zainudin Abdul Madjid.
TGB pernah bicara soal peralihan sikap politiknya kepada Anda?
ADVERTISEMENT
Dia orang yang sangat cerdas. Dalam artian seorang pembelajar yang cepat. Daya ingat dan daya analisisnya kuat. Ketika berbicara ke saya ya pasti hanya sekadar sounding.
Dia bilang, sudah punya keteguhan hati, sudah punya pilihan, bahwa dalam situasi yang sekarang ini, itu (mendukung Jokowi) yang dianggap terbaik.
Di samping itu, hubungan TGB dengan Prabowo kan normal-normal saja. Saya kira dia memilih jalur politik yang santun. Tidak menyinggung, tidak menginjak pihak-pihak lain.
Bisa dicermati kan itu track record-nya, semua terekam. Mana sikap beliau (TGB) yang melukai tokoh-tokoh politik nasional, silakan saja cari.
Saya kira, betul beliau sangat hormat terhadap Pak Prabowo, sangat respect kepada Pak Jokowi, dan kepada semua tokoh nasional di negeri ini.
ADVERTISEMENT
------------------------
Ikuti aksi Guru Bajang Menyeberang di Liputan Khusus kumparan.