Muhammadiyah Bertemu Grand Syekh Al Azhar: Umat Islam Harus Mencintai Ilmu

11 Juli 2024 15:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PP Muhamadiyah Haedar Nasir saat dijumpai di Kantor PP Muhamadiyah, Menteng, Jakpus, Kamis (11/7). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PP Muhamadiyah Haedar Nasir saat dijumpai di Kantor PP Muhamadiyah, Menteng, Jakpus, Kamis (11/7). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
PP Muhammadiyah menerima kunjungan dari Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayyeb di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (11/7).
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 2 jam sejak pukul 11.00 WIB itu, membahas perihal keilmuan islam hingga beasiswa.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nasir usai pertemuan yang bertajuk "Peran Al-Azhar dan Muhammadiyah dalam penyebaran Wasathiyah Islam dan mewujudkan perdamaian dunia" di lantai 6 gedung tersebut.
Haedar berterima kasih karena bisa menerima kunjungan tokoh internasional tersebut langsung di Gedung Dakwah Muhammadiyah.
Grand Syekh Al Azhar mendatangi Kantor PP Muhamadiyah. Foto: Thomas Bosco/kumparan
Dia menyampaikan bahwa dalam pertemuan itu ditekankan umat beragama harus memegang prinsip moderasi.
Dalam islam, katanya, adalah Sunnah dan Al quran, sehingga itulah yang harus menjadi rujukan dalam ilmu pengetahuan.
"Beliau menyampaikan bahwa Islamic Studies termasuk tentang hadis dalam Islam itu sangat sophisticated. Yang itu dihargai dan perlu menjadi rujukan bagi para orientalis bahwa untuk sampai pada kebenaran agama itu umat Islam punya perangkat-perangkat ilmu yang sangat kokoh dan sudah teruji dalam sejarah termasuk ilmu hadis," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Sehingga untuk sampai satu kebenaran hadis saja itu mengejar sanad dan periwayatannya itu demikian detail. Tidak ada sub ilmu yang begitu sophisticated selain dari ilmu hadis. Maka didorong agar umat Islam mencintai ilmu, umat Islam mencintai apa nilai-nilai dan orientasi kemajuan," sambungnya.
Kerja sama Al Azhar dengan Muhammadiyah pun diharapkan dapat diperkuat, khususnya demi kemajuan peradaban islam di dunia. Haedar mengatakan umat islam harus bisa menjadi problem solver di mana dia berada.
"Di mana setiap orang Islam ada, di situ dia jadi problem solver. Di mana setiap orang Islam ada, di situ dia pemecah ketertinggalan, keterbelakangan, kebodohan, dan membawa umat pada mati," jelas Haedar.
Dari pertemuan itu pun disebutkan pula bahwa Al Azhar menambah beasiswa untuk Muhammadiyah untuk sebanyak 10 orang. Totalnya, menjadi 60.
ADVERTISEMENT
"Tadi disampaikan ada tambahan lagi sehingga Al-Azhar pada setiap tahunnya itu terus menambah beasiswa untuk siswa-siswa dari Indonesia termasuk dari Muhammadiyah. Ini menunjukkan komitmen yang tinggi dan beliau juga menghendaki bahwa generasi baru baik lulusan Al-Azhar maupun dari berbagai lembaga-lembaga perguruan Islam itu harus menjadi ulama-ulama yang memang kuat ilmu dirosah islamiyah tapi juga dia harus mampu menguasai apa, kehidupan dan bisa menjadi suluk bagi kemajuan zaman," tutupnya.