Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah KH Ahmad Daroji bicara soal kasus anak diruwat hingga tewas di Temanggung. Anak berusia 7 tahun di Temanggung itu diruwat karena dianggap orang tuanya sebagai titisan makhluk gaib, genderuwo.
Daroji mengatakan, makhluk gaib itu memang ada dan mengganggu manusia. Namun tidak ada manusia yang masih satu keturunan dengan makhluk gaib, apalagi titisan genderuwo .
ADVERTISEMENT
"Jadi memang jin makhluk halus itu ada seperti manusia ada yang beriman ada yang tidak. Yang tidak beriman mengganggu orang dengan berbagai cara. Munculnya bisa genderuwo dan sebagainya, tapi kalau anak titisan gendruwo tidak ada istilah itu," ujar Daroji saat dihubungi, Jumat (21/5).
Terkait dengan ritual ruwatan, Daroji menjelaskan dalam agama Islam tidak ada istilah itu. Ia mengatakan, tanpa ruwat sekalipun seorang anak manusia merupakan ciptaan Allah yang sempurna.
Namun, ia mempersilakan jika ada orang tua yang berniat meruwat anaknya. Namun, harus sesuai dengan tuntuan yang ada, sebab ruwat adalah bagian dari mendoakan sang anak agar lebih baik lagi.
"Ruwatan ini sebenarnya hanya acara minta kepada Gusti Allah biar anak diselamatkan, isinya ya dibacakan salawat atau maulid barzanji. Memang versi Jawa ada ruwatan isinya selametan, ya monggo, tapi kalau isinya menenggelamkan sampai meninggal jelas tidak ada yang membenarkan," tegas Daroji.
ADVERTISEMENT
Daroji pun mengimbau agar masyarat hanya memohon perlindungan dan pertolongan dari Tuhan, bukan malah berkiblat pada dukun yang jelas-jelas menyimpang.
"Kita harus lebih takut kepada Allah, perbanyak dzikir dan doa agar dijauhkan dari godaan setan," kata dia.