Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mundur dari PM Selandia Baru, Jacinda Ardern Segera Menikah dan Rawat Anak
21 Januari 2023 19:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru yang akan segera turun jabatan, Jacinda Ardern , kini tampaknya telah bernapas lega.
ADVERTISEMENT
Pemimpin berusia 42 tahun itu akhirnya memiliki kesempatan untuk menikahi tunangannya dan menikmati waktu merawat sang buah hati.
Selama lima tahun menjabat sebagai PM, Ardern mengaku keluarganya telah banyak berkorban demi mendukung karier politiknya itu. Hal itu disampaikan Ardern dalam konferensi pers pengumuman pengunduran dirinya, pada Kamis (20/1).
“Saya tidak sabar untuk menghabiskan waktu bersama keluarga saya sekali lagi. Bisa dibilang, merekalah yang paling banyak berkorban,” ujarnya, seperti dikutip dari media lokal Stuff.
Keputusan Ardern mengundurkan diri dari jabatannya bertepatan dengan ulang tahun ke-5 putrinya, Neve Ardern Gayford, yang jatuh di bulan Juni mendatang.
Sementara tunangannya, Clarke Gayford, tampak duduk di antara para wartawan selama konferensi pers Ardern berlangsung.
ADVERTISEMENT
“Untuk Neve, ibu sangat menantikan kehadiranmu saat kamu mulai bersekolah tahun ini. Dan Clarke, akhirnya kita akan menikah,” ungkap Ardern.
Dia melahirkan Neve hanya kurang dari setahun usai dilantik sebagai PM pada 2017 lalu.
Sementara pernikahan Ardern dan Gayford terpaksa dibatalkan, ketika Ardern mengumumkan perubahan tingkat kewaspadaan pandemi COVID-19 di tahun lalu.
Dengan kata lain, Ardern telah banyak menunda berbagai urusan keluarganya demi menjalankan tugas sebagai PM dengan baik.
Pengunduran Diri
Hingga akhirnya, Ardern mengambil keputusan mengejutkan — dia mengundurkan diri di tahun keenamnya berkuasa di Negeri Kiwi.
Ardern secara resmi mengajukan pengunduran dirinya pada 7 Februari 2023 mendatang dan akan meninggalkan parlemen pada sekitar bulan April.
ADVERTISEMENT
Saat menyampaikan pidato pengunduran diri, Ardern beralasan tidak memiliki cukup tenaga untuk memimpin selama empat tahun lagi.
“Saya akan merugikan negara ini dan Partai Buruh jika saya terus mengetahui bahwa saya tidak memiliki cukup tenaga untuk empat tahun lagi,” ungkap Ardern.
“Saya mundur karena dengan pekerjaan istimewa ini datang pula tanggung jawab istimewa. Tanggung jawab di mana saat kalian mengetahui bahwa kamu ada orang yang tepat dan bukan orang yang tepat,” jelas dia.
Posisi Ardern kemungkinan besar akan digantikan oleh suksesornya, Menteri Pendidikan Chris Hipkins hingga masa jabatan Partai Buruh berakhir — yaitu pada 14 Oktober, ketika pemilu berikutnya digelar.
“Saya tahu akan ada banyak diskusi setelah keputusan ini tentang apa yang disebut ‘'alasan sebenarnya’,” tutur Ardern.
“Politikus adalah manusia. Kami melakukan semua yang kami bisa selama kami bisa dan kemudian, inilah saatnya. Sudah waktunya,” tutup dia.
ADVERTISEMENT
Ardern kemudian mengatakan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk mencalonkan diri lagi sebagai PM di masa mendatang. Selama bertugas memimpin Selandia Baru, Ardern menyaksikan berbagai tantangan yang signifikan.
Dia harus melahirkan dan merawat putrinya yang masih balita, sampai menghadapi pembantaian massal di dua masjid di Selandia Baru, namun dia mendapatkan pengakuan dunia atas keberhasilan negaranya dalam menangani krisis pandemi COVID-19.