Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, mengungkap isi pertemuan antara Prabowo dan Surya Paloh pada Minggu (14/1). Menurut Muzani, dalam pertemuan itu, kedua pimpinan parpol lebih banyak bernostalgia soal persahabatan mereka yang sudah terjalin enam tahun sebelum Gerindra dan NasDem berdiri.
ADVERTISEMENT
Sehingga, kata Muzani, tidak ada satu pembicaraan spesifik mengenai kemungkinan Gerindra bergabung dalam koalisi pemerintah dan soal porsi masing-masing partai di kabinet.
"Tadi malam kami tidak membicarakan, sama sekali tidak membicarakan tentang positioning apakah Gerindra masuk atau tidak. Tentang siapa yang dimasukan portofolionya apa, sama sekali tidak dibicarakan," kata Muzani di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/10).
Muzani menjelaskan, alasan utama mengapa Prabowo bersafari kepada pimpinan partai koalisi pemerintah lantaran itu bagian daripada perhatian Gerindra terhadap masalah kebangsaan. Salah satunya konsep pembangunan yang juga telah disampaikan ke pemerintah kembali disampaikan pada pimpinan parpol koalisi pemerintah.
"Tapi sekali lagi ini sebagai concern Pak Prabowo terhadap situasi bangsa dan negara, karena kita tahu persoalan yang mengemuka dalam tatanan nasional itu ada persoalan Papua ada persoalan ekonomi. Intinya Pak Prabowo merasa untuk membagi pandangannya kepada para pemimpin bangsa pemimpin parpol yang memiliki kepanjangan tangan di MPR di DPR," ungkap Muzani.
ADVERTISEMENT
Sementara, soal indikasi penolakan NasDem kepada Gerindra untuk masuk koalisi pemerintah, Muzani mengatakan pertemuan semalam justru menggambarkan adanya rasa persaudaraan yang kuat. Dan keduanya sepakat untuk tidak menyinggung persoalan di kabinet.
"Tidak, karena tadi malam kami semua sepakat tidak mau membahas itu (porsi di kabinet) karena persoalan menteri adalah hak prerogatif presiden, sehingga baik Pak Prabowo maupun Pak Surya Paloh tidak memiliki kewenangan apa pun untuk mendesak apalagi meminta kepada presiden tentang nama-nama, sehingga itu bukan kewenangan," jelas Wakil Ketua MPR itu.
"Sehingga momentum itu bisa dimaknai apa pun. Tetapi sekali lagi Pak Surya Paloh dan Pak Prabowo adalah dua pemimpin yang bersahabat, sehingga ketika keduanya bertemu mengenang masa lalu mengingat story mereka, story kedua beliau itu kemudian menjadi sebuah cara kedua beliau untuk menyamakan kembali persepsi tentang mengatasi masalah bangsa," tutup Muzani.
ADVERTISEMENT