Nepal Bebaskan Pembunuh Berantai yang Bantai 20 Backpacker Asia

22 Desember 2022 17:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembunuh berantai Prancis Charles Sobhraj (tengah) dikawal oleh polisi Nepal usai galant putusan pengadilan di Kathmandu. Foto: Prakash Mathema/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pembunuh berantai Prancis Charles Sobhraj (tengah) dikawal oleh polisi Nepal usai galant putusan pengadilan di Kathmandu. Foto: Prakash Mathema/AFP
ADVERTISEMENT
Pembunuh berantai asal Prancis yang terjerat dalam rentetan kasus di seluruh Asia pada 1970-an, Charles Sobhraj, dibebaskan dari penjara di Ibu Kota Kathmandu, Nepal, pada Kamis (22/12).
ADVERTISEMENT
Pengadilan tinggi membebaskannya lebih awal dengan alasan kesehatan. Pria berusia 78 tahun ini pernah menjalani operasi jantung pada 2007. Pembebasannya dikatakan sesuai dengan undang-undang.
UU memungkinkan pembebasan belas kasihan bagi tahanan sakit yang telah menjalani tiga perempat dari hukuman mereka.
Setelah menerima surat-surat pengadilan, penjara akan menyerahkannya kepada otoritas imigrasi. Pengadilan memerintahkan agar dia dideportasi dalam waktu 15 hari.
Sobhraj adalah seorang warga negara Prancis keturunan Vietnam dan India. Dia mulai berkeliling dunia pada awal 1970-an sebelum berakhir di Ibu Kota Bangkok, Thailand.
Menyamar sebagai penjual permata, dia berteman dengan para korban yang kebanyakannya adalah backpacker Barat. Sobhraj kemudian membius, merampok, dan membunuh mereka.
"Dia membenci backpacker, dia melihat mereka sebagai pecandu narkoba muda yang malang," ungkap jurnalis Australia pernah yang mewawancarai Sobhraj, Julie Clarke, dikutip dari AFP, Kamis (22/12).
ADVERTISEMENT
"Dia menganggap dirinya pahlawan kriminal," sambungnya.
Pembunuh berantai Prancis Charles Sobhraj (dua dari kiri) dikawal oleh polisi Nepal. Foto: AFP
Korban pertamanya adalah seorang perempuan muda asal Amerika Serikat (AS), Connie Jo Bronzich, yang tubuhnya ditemukan di pantai mengenakan bikini pada 1975.
Sobhraj membantah membunuh Bronzich. Pengacaranya menyebut tuduhan tersebut hanya berdasarkan asumsi.
Selang beberapa tahun, dia dinyatakan bersalah atas pembunuhan teman Bronzich, yakni perempuan asal Kanada bernama Laurent Carriere. Sejak saat itu, Sobhraj dikaitkan dengan lebih dari 20 kasus pembunuhan berbeda, hingga mendapatkan julukan 'The Serpent'.
Nama ini berasal dari kemampuannya menggunakan identitas-identitas palsu untuk menghindari jeratan hukum.
Tahun lalu, BBC dan Netflix bersama-sama memproduksi serial TV yang mendramatisasi kejahatannya dengan judul 'The Serpent'.
Sobhraj memiliki julukan lain di Thailand. Dia dikenal sebagai 'bikini killer' atau 'pembunuh bikini' di negara itu. Atas tuduhan membius dan membunuh enam perempuan, Thailand mengeluarkan surat perintah penangkapannya pada pertengahan 1970-an.
ADVERTISEMENT
Beberapa korban tersebut ditemukan tewas di pantai dekat resor Pattaya. Namun, dia ditangkap dan dipenjara di India—karena meracuni sekelompok turis Prancis di Ibu Kota New Delhi pada 1976—sebelum sempat diadili atas tuduhan terhadapnya di Thailand.
Sobhraj menghabiskan 21 tahun mendekam di Kompleks Penjara Tihar. Dia sempat melarikan diri dengan membius penjaga dengan kue yang dicampur obat tidur pada 1986. Beberapa hari kemudian, Sobhraj ditangkap lagi di sebuah restoran di Negara Bagian Goa.
Setelah akhirnya dibebaskan pada 1997, dia tinggal di Paris. Sobhraj menghabiskan waktunya memberikan wawancara berbayar kepada wartawan sebelum kembali ke Nepal pada 2003.
Ilustrasi pembunuhan. Foto: Shutterstock
Sehubungan dengan pembunuhan Bronzich, dia ditangkap di sebuah kasino di kawasan wisata Kathmandu pada 2003.
ADVERTISEMENT
Pengadilan setempat menjatuhkannya hukuman seumur hidup.
Satu dekade setelah itu, Sobhraj juga dinyatakan bersalah atas pembunuhan Carriere.
Dari balik jeruji besi, Sobhraj mengaku tidak bersalah atas kedua pembunuhan tersebut. Dia bahkan mengeklaim belum pernah ke Nepal sebelum penangkapannya di Kathmandu.
"Saya benar-benar tidak melakukannya, dan saya pikir saya akan dibebaskan," kata Sobhraj di Penjara Pusat Kathmandu pada 2007.
Sobhraj kerap digambarkan sebagai penipu, penggoda, pencuri, dan pembunuh. Pendapat serupa datang dari perempuan Prancis yang sempat tinggal di blok apartemen yang sama dengan Sobhraj di Bangkok, Nadine Gires.
Dalam sebuah wawancara pada tahun lalu, Gires mengaku pernah menganggapnya sebagai orang yang berpendidikan dan mengesankan. Namun, pandangan ini telah berubah drastis.
"Dia bukan hanya penipu, penggoda, perampok turis, tetapi juga pembunuh jahat," ujar Gires.
ADVERTISEMENT
Petugas polisi Thailand, Sompol Suthimai, mendorong ekstradisi Sobhraj agar dia diadili atas pembunuhannya di Thailand. Suthimai yang bekerja sama dengan Interpol berperan penting dalam mengamankan penangkapan Sobhraj pada 1976.
Kendati demikian, dia kini tidak merasa keberatan dengan pembebasan Sobhraj. Sebab, Suthimai dan penjahat yang pernah dia kejar-kejar itu sekarang sudah sama-sama terlalu tua.
"Saya tidak punya perasaan apa pun terhadapnya sekarang karena sudah begitu lama," kata Suthimai.
"Saya pikir dia sudah membayar perbuatannya," tambah pria berusia 90 tahun tersebut.