Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Obituari Eks Menlu AS Henry Kissinger: Peraih Nobel, Arsitek Polugri, Idola Hawa
30 November 2023 12:43 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Eks Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang berperan membentuk tatanan dunia pasca Perang Dingin dan peraih penghargaan Nobel Perdamaian, Henry Kissinger , meninggal di usia 100 tahun pada Rabu (29/11).
ADVERTISEMENT
Meski sudah pensiun dari kariernya sebagai diplomat, di usia sudah sepuh Kissinger bahkan masih aktif berkiprah di Gedung Putih.
Di hadapan Senat, dia bicara mengenai ancaman nuklir Korea Utara, menerbitkan berbagai buku termasuk 'World Order' pada 2014 — salah satu karyanya yang paling populer, hingga melakukan kunjungan mendadak ke Beijing untuk menemui Presiden Xi Jinping pada Juli lalu.
Di tengah-tengah era Perang Dingin, politikus asal Partai Republik ini berperan dalam banyak peristiwa global yang telah mengubah tatanan dunia hingga terbentuk seperti ini. Kelihaian berdiplomasi, intelektual yang disegani, kharisma yang dikagumi para wanita — menjadikannya sosok diplomat terkenal nan kontroversial di dunia.
Kabur dari Genosida Nazi Jerman
Berasal dari keluarga Yahudi Eropa, Kissinger yang memiliki nama asli Heinz Alfred Kissinger itu lahir di Furth, Jerman, pada 27 Mei 1923. Namun, dia bersama keluarganya bermigrasi ke AS pada 1938 untuk menyelamatkan diri dari kampanye genosida tentara Nazi Jerman.
ADVERTISEMENT
Kissinger mengubah namanya dari Heinz menjadi Henry dan menjadi warga negara AS yang dinaturalisasi pada 1943. Memiliki kecerdasan yang luar biasa, Kissinger berhasil mendapatkan beasiswa berkuliah di Harvard University, meraih gelar master pada 1952 dan gelar doktor pada 1954. Selama 17 tahun berikutnya, Kissinger mengajar di sana.
Sebagian besar waktunya saat itu, Kissinger juga bekerja sebagai konsultan untuk lembaga-lembaga pemerintahan di bawah mantan Presiden Lyndon Johnson, termasuk menjadi perantara Kementerian Luar Negeri AS di Vietnam.
Dia memanfaatkan koneksinya dengan pemerintahan Johnson, untuk memberi informasi mengenai negosiasi kepada kubu Presiden ke-37 AS, Richard Nixon. Ketika janji Nixon mengakhiri Perang Vietnam membantunya memenangkan pemilu pada 1968, Nixon menempatkan Kissinger di Gedung Putih sebagai Penasihat Keamanan Nasional AS.
ADVERTISEMENT
Arsitek Kebijakan Polugri AS
Dijuluki sebagai 'arsitek utama kebijakan politik luar negeri AS', diplomatik senior ini membuka jalur diplomasi dengan China yang terisolir saat Perang Dingin guna mengahalau pengaruh Uni Soviet.
Dari jalur diplomasi itu, terjadilah kunjungan bersejarah Nixon ke Beijing pada 1972 dan bertemu dengan Pemimpin Partai Komunis China Mao Zedong. Terjalinnya hubungan diplomatik AS-China — yang kini justru menjadi saingan, adalah salah satu warisan Kissinger.
Pada 1973, Kissinger kemudian diangkat menjadi Menteri Luar Negeri yang memberikannya kekuasaan tak tertandingi dalam urusan politik luar negeri AS. Selain warisannya dengan China, Kissinger juga hadir dalam negosiasi penting AS-Uni Soviet perihal pengendalian senjata, perluasan hubungan Israel dan negara-negara tetangganya di Arab, serta Paris Peace Accords dengan Vietnam Utara.
Pada 1973, Kissinger dianugerahi Nobel Perdamaian — yang diberikan bersama dengan Le Duc Tho dari Vietnam Utara. Penghargaan itu lalu menjadi kontroversial, setelah Le Duc Tho menolaknya.
ADVERTISEMENT
Kekuasaan Kissinger sebagai 'arsitek' memudar, berbanding lurus dengan pengunduran diri Nixon pada 1974 di tengah skandal Watergate. Namun, Kissinger terpilih untuk kedua kalinya sebagai Menteri Luar Negeri di bawah pemerintahan Presiden ke-38 AS Gerald Ford.
Ford menyebut Kissinger sebagai 'menteri luar negeri yang luar biasa', tetapi juga dia melihat sifat keras kepala dan kepercayaan diri terlalu tingginya. "Henry dalam pikirannya tidak pernah melakukan kesalahan. Dia memiliki kulit paling tipis dari semua tokoh publik yang pernah saya kenal," kata Ford dalam sebuah wawancara sebelum kematiannya pada 2006.
Realpolitik Kejam dan Dingin
Meski memiliki bakat intelektual yang menakjubkan — bahkan diakui secara berat hati oleh para kritikusnya, Kissinger merupakan sosok kontroversial yang dikenal oleh gagasan 'Realpolitik'-nya yang dingin, yakni mengejar kepentingan sendiri melalui kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Dokumen-dokumen yang telah dideklasifikasi menunjukkan, dia telah memberikan restu kepada penggulingan presiden terpilih Chile yang berhaluan Marxist, Salvador Allende, oleh Jenderal Augusto Pinochet pada 1973.
Bahkan, Kissinger menganggap Indonesia sebagai sekutu dekatnya yang anti-komunis — termasuk ketika integrasi Timor Timur terjadi pada 1975. Peristiwa yang menewaskan sedikitnya 100 ribu warga Timor Timur itu terjadi setelah Kissinger dan Ford bertemu dengan Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Kissinger menutup mata pada kekejaman massal yang dilakukan Pakistan ketika Bangladesh meraih kemerdekaannya pada 1971 — karena percaya, kepentingan AS adalah menjaga Islamabad sebagai perantara diam-diam dengan China.
Populer di Kalangan Wanita
Selain itu, Kisinger pun dipandang sebagai simbol seks di kalangan lawan jenis, acap kali tertangkap kamera dengan berbagai wanita terkenal seperti mendiang Lady Diana Spencer. Ketika ditanya soal rerputasinya ini, Kissinger menjawab: "Kekuasaan adalah perangsang utama,".
ADVERTISEMENT
Setelah bercerai dari istri pertamanya, Ann Fleischer, pada 1964, dia kemudian menikahi ajudan Gubernur New York Nelson Rockefeller, Nancy Maginnes. Nancy kemudian meninggalkan Kissinger setelah keduanya 50 tahun menikah.
Kissinger memiliki dua anak dari pernikahannya dengan Ann dan lima cucu. Menurut perusahaan konsultan Kissinger, dia meninggal dunia di rumahnya di Connecticut, AS, tanpa disebutkan penyebab kematian. Disebutkan, Kissinger bakal dimakamkan melalui upacara keluarga inti dan disusul oleh peringatan umum di New York City.