Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pahit Getir Hidup Ana, Semua demi Masa Depan Anak
5 Mei 2018 15:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Hamka pernah berkata, anak adalah untuk zaman yang akan datang, bukan untuk zaman kita. Prinsip Hamka itu tampak diterapkan oleh seorang ibu beranak 3 bernama Ana (35). Di tengah keterbatasan fisik yang ia miliki, Ana terus berjuang melawan kerasnya hidup.
ADVERTISEMENT
Setiap hari dia berangkat ke tempat peruntungannya di Jakarta Pusat dari kontrakannya yang berada di Cengkareng, Tangerang. Dia berjualan di pelataran Masjid Istiqlal dari pagi hingga malam.
Ana berjualan tisu, pulsa, hingga kantong plastik . Pendapatannya pun tak seberapa, tapi semua itu dia lakukan demi kehidupan anaknya.
“Capek ya capek, panas ya panas, hujan kehujanan, namanya hidup di jalan gini. Semua demi anak. Kita berjuang demi anak, anak berjuang demi masa depan. Yang nyemangatin hidup kan anak,” cerita Ana kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (3/5).
Kurang lebih 5 tahun lalu Ana mulai menjajal berjualan di pelataran Istiqlal. Dia sendiri tak memiliki alasan khusus, mengapa Istiqlal menjadi tempat peruntungannya.
ADVERTISEMENT
“Ya mungkin sudah rezekinya di sini. Saya sudah punya anak 3. Suami ada. Dulu dagangan, tapi pas sudah habis akhirnya ikut orang. Ya saya punya suami kayak enggak punya suami. Ya saya apa-apa sendiri, buat ngasih makan anak saya sendiri,” jelas Ana.
Dari ketiga anak Ana, dua anaknya itu merupakan anak kandungnya. Anaknya yang pertama merupakan anak bawaan dari suami terdahulunya yang telah meninggal dunia. Dengan suami sekarang, Ana memiliki seorang anak dan masih berusia 2 tahunan. Sementara itu, satu lagi anak Ana merupakan anak tiri yang dibawa suaminya dari istri terdahulu.
“Mondok kelas 1 SD. yang kedua anak tiri saya kelas 2 juga saya yang ngebiayain. Ya suami saya juga galak. Suka enteng tangan,” sebut Ana.
Saat berjualan, Ana mengaku menitipkan anaknya yang masih kecil ke ibu angkatnya. Dia tidak tega menitipkan anaknya itu kepada sang suami lantaran memiliki sifat keras. Apalagi, kini anak bungsu Ana sering sakit-sakitan. Kadang-kadang, si bungsu muntah terus menerus.
ADVERTISEMENT
“Anak saya yang 2 tahun saya titipkan ke ibu angkat saya. Soalnya kalau sama suami dia galak. Suka enteng tangan. Saya daripada kenapa-kenapa mending saya titipkan,” terang Ana.
Dalam hati kecilnya, Ana ingin sekali membawa si bungsu ke rumah sakit. Sesekali dia menabung. Namun, uang itu kemudian kandas karena digunakan untuk kebutuhan lainnya yang lebih mendesak.
Terlepas dari jalan hidup yang berat, Ana berharap anaknya kelak dapat sukses dan tak bernasib seperti dirinya.
“Saya enggak masalah mereka nanti cita-citanya apa. Tapi, saya ngajarin mereka harus punya prinsip hidup. Juga mandiri jangan tergantung sama orang lain. Ya kalau kita tergantung sama orang, orang itu tumbang kita jatuh ya kan,” ucap Ana dengan penuh keyakinan.
ADVERTISEMENT