Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Pandemi Corona Mulai Terkendali, India Buka Aktivitas Perekonomian
7 Juni 2021 15:38 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Aktivitas perekonomian kota-kota besar di India kembali dibuka pada Senin (7/6/2021). Selama dua bulan pembatasan aktivitas dilakukan demi menahan laju penyebaran COVID-19.
ADVERTISEMENT
India beberapa bulan terakhir menjadi episenter corona di dunia. Pada puncaknya dalam 24 jam 400 ribu kasus virus corona menjangkiti warga di seluruh penjuru India.
Usai berbulan-bulan mencekam, pada Senin (7/6/2021) kabar baik datang. Penambahan kasus harian hanya 100.636. Jumlah itu adalah yang paling rendah sejak 6 April 2021 lalu.
Di hari yang sama dua kota besar di India Mumbai dan ibu kota New Delhi memutuskan kembali membuka beberapa aktivitas ekonomi.
Di pusat finansial Mumbai antrean bus untuk mengantar penumpang nampak di jalanan utama.
Pemandangan serupa terjadi di New Delhi. Jalanan di ibu kota India mulai padat dengan kendaraan.
"Kami memang harus menyelamatkan diri dari infeksi, tapi kami harus pula membawa ekonomi kembali ke dalam jalur," kata Menteri Kepala New Delhi Arvind Kejriwal soal pembukaan aktivitas ekonomi, seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Arvind juga memerintahkan pembukaan toko-toko. Namun, hanya separuh yang diizinkan untuk kembali beroperasi. Nantinya toko-toko tersebut akan buka bergantian sesuai tanggal ganjil atau genap.
Kantor dan transportasi turut diizinkan beroperasi. Namun, pengoperasian dilakukan terbatas dan hanya boleh setengah kapasitas.
Walau sudah ada yang dibuka, makan di restoran, menonton bioskop, dan olahraga di gym masih dilarang sampai batas waktu belum ditentukan.
Tsunami corona di India telah menyebabkan 349 ribu orang kehilangan nyawa. Sedangkan, total yang tertular menembus 28,9 juta.
Data resmi Pemerintah India diragukan oleh berbagai ahli medis. Mereka yakin jumlah kasus atau kematian 10 kali lipat lebih besar dari laporan pemerintah.