Pasukan Koalisi Rusia Mulai Angkat Kaki dari Kazakhstan

13 Januari 2022 15:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Rusia dan kendaraan militer terlihat di Almaty, Kazakhstan. Foto: Pertahanan Rusia Ministry/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Rusia dan kendaraan militer terlihat di Almaty, Kazakhstan. Foto: Pertahanan Rusia Ministry/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Sebanyak lebih dari 2.000 pasukan koalisi Rusia mulai meninggalkan Kazakhstan pada Kamis (13/1/2022). Pasukan yang dipimpin Rusia itu dikerahkan untuk membantu keamanan Kazakhstan yang terganggu akibat demo berujung rusuh.
ADVERTISEMENT
Koalisi militer pimpinan Rusia yang dikerahkan di Kazakhstan tergabung dalam Collective Security Treaty Organisation (CSTO). Organisasi perjanjian keamanan seperti NATO ini beranggotakan negara pecahan Uni Soviet yaitu, Rusia, Armenia, Tajikistan, Belarusia, Kirgistan, dan Kazakhstan.
Pasukan CSTO sudah berada di Kazakhstan sejak 6 Januari 2022. Setelah hampir sepekan Komandan CSTO, Jenderal Andrei Serdyukov, menyatakan tugas mereka di Kazakhstan sudah selesai.
Sebuah pesawat militer yang membawa prajurit Rusia lepas landas menuju ke Kazakhstan, di sebuah lapangan terbang di luar Moskow, Rusia, Kamis (6/1). Foto: Collective Security Treaty Organisation/Handout via REUTERS
"Operasi penjaga perdamaian telah rampung. Tugas sudah terpenuhi," kata Serdyukov saat upacara pelepasan pasukan CSTO di Kazakhstan seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev dalam pernyataan jelang kepulangan CSTO mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka. Dia memastikan tanpa kehadiran pasukan koalisi Rusia maka tugas mengendalikan keamanan akan lebih sulit.
ADVERTISEMENT
"CSTO memainkan peran penting untuk mengembalikan stabilitas di negara kami," ucap Tokayev.
"Tanpa ragu, secara psikologis kehadiran mereka penting untuk memukul mundur agresi teroris dan bandit. Misi ini bisa dianggap sangat sukses," sambung dia.
Demo di Kazakhstan dipicu oleh kenaikan harga LPG. Unjuk rasa lalu melebar ke aksi kekerasan yang menewaskan belasan orang aparat.
Setelah kondisi membaik, Presiden Tokayev mengatakan apa yang terjadi di Kazakhstan pada awal 2022 adalah upaya kudeta. Senada dengan Tokayev, Presiden Rusia Vladimir Putin menduga ada campur tangan asing pada kerusuhan besar di Kazakhstan.