Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Ini adalah insiden keamanan terbaru yang dilaporkan dalam sepekan terakhir yang menyebabkan rumah dan desa dibakar, pasar dan toko dijarah, serta sejumlah infrastruktur dirusak," kata PBB dilansir Reuters, Senin (27/7).
Meski demikian, belum ada keterangan resmi dari pemerintah Sudan terkait insiden ini. Namun, kantor berita negara setempat, SUNA, melaporkan pemerintah akan mengerahkan pasukan gabungan ke Darfur untuk mengatasi bentrokan yang baru-baru ini terjadi di sana.
"Pasukan ini akan dikerahkan ke lima wilayah di kawasan tersebut untuk melindungi masyarakat dan mengamankan musim panen," kata Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok.
Pada insiden terpisah, dilaporkan 2o orang tewas dan 22 lainnya terluka saat kelompok tak dikenal menyerang sebuah desa di Darfur bagian selatan, Sabtu (25/7). Pada hari Minggu (26/7), tiga orang warga juga terbunuh dalam pertikaian antara petani dan gembala di Darfur bagian Utara.
ADVERTISEMENT
Konflik di Darfur, Sudan , sebenarnya sudah sering terjadi sejak 2003 silam. Saat itu, sebagian besar pemberontak bangkit dan melawan pemerintahan Ibu Kota Khartoum. Setidaknya, sudah ada lebih dari 300 ribu orang yang tewas akibat konflik antara pemberontak dengan pemerintah Sudan tersebut.
Mantan Presiden Sudan, Omar Al-Bashir, pada tahun 2009 juga dituding oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) karena diduga melakukan kejahatan perang dan melakukan genosida di Darfur. Menurut Majelis Pra-Peradilan ICC, milisi yang berada di bawah komando Omar Al-Bashir telah menyerang kelompok etnis Fur, Masalit, dan Zaghawa.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )