PDIP Kenang Kudatuli: Tak Ada 27 Juli, Tak Ada Anak Tukang Kayu Jadi Presiden

21 Juli 2022 12:23 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
PDIP menggelar diskusi publik dalam rangka memperingati Peristiwa 27 Juli atau yang dikenal dengan Peristiwa Kudatuli. Kudatuli merupakan peristiwa pengambilalihan secara paksa Kantor DPP PDI yang dikuasai Megawati Soekarnoputri oleh massa pendukung Ketum PDI hasil kongres Medan, Soerjadi.
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta. Komnas HAM mencatat peristiwa itu mengakibatkan 5 orang meninggal dunia, 149 orang luka-luka, dan 136 orang ditahan.
Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning bercerita dirinya merupakan saksi sejarah sekaligus korban dari Peristiwa Kudatuli. Ia bahkan mengibaratkan dirinya dan Peristiwa Kudatuli sebagai dokter dan penyakit kronis.
"Kalau komplikasi akan memperberat karena tidak ditangani sejak awal dengan baik. Baik penyakitnya, baik penderitanya. Orang yang kena juga harus ada niatan sembuh, sehingga 26 tahun penyakit kita bisa bayangkan," kata Ribka di Aula DPP PDIP, Jakarta, Kamis (21/7).
Ribka mengungkapkan hingga saat ini banyak kader PDIP yang tidak tahu soal Peristiwa Kudatuli. Ia mengaku gelisah melihat ada kader yang tidak mengetahui ada peristiwa penting pernah terjadi di PDIP.
ADVERTISEMENT
"Ada di Fraksi PDIP DPR, teman Pak Trimed [Trimedya] dia enggak tahu apa itu 27 Juli, kan, saya bingung. Ini salah siapa? Di DPR RI, lho. Apa kurang baca? Atau salah partai kita rekrut orang sembarangan? Dia tanya lagi Diponegoro 58 apa? Ini kenyataan, cuma saya enggak sebut orangnya. Jadi kegelisahan," ujarnya.
Menurutnya sebagai partai pemenang, sejarah tetap harus ditegakkan. Ia menyebut tanpa Peristiwa Kudatuli, PDIP tidak akan menghasilkan kader-kader berkualitas, salah satunya Presiden Jokowi.
"Kalau enggak ada 27 Juli, enggak ada anak tukang kayu jadi presiden, anak petani jadi jenderal. Enggak ada anak buruh jadi bupati, gubernur. Saya kirim juga ke Pak Ganjar nanti. Jadi yang gubernur-gubernur harus tahu kalau enggak ada 27 Juli, itu tonggak reformasi enggak ada, pemilu. Tapi orang-orang enggak tau, tinggal duduk, menikmati, padahal asal usulnya dari mana? Ya, 27 Juli mereka enggak tahu, sedih saya," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ribka menegaskan sejarah tidak boleh dilupakan, apalagi yang menyangkut dengan sejarah PDIP. Ia pun mengutip perkataan Ketum Megawati Soekarnoputri agar Jas Merah tidak hanya menjadi slogan semata.
"Bahkan harusnya partai beri perintah ketika [peringatan] 26 [tahun] semua DPP, ranting buat malam renungan. Pasang bendera setengah tiang. Karena itu Sabtu Kelabu dan teman kita berapa orang meninggal, hilang, luka-luka, banyak," tegasnya.
"Jangan sekarang partai menang yang lain enak-enak enggak tahu sejarahnya. Bahkan yang lama-lama nunggu di samping. Ini harus disuarakan terus jangan sampai ada yang tanya apa itu 27 Juli. Bukan hanya memalukan, tapi menyakitkan buat saya," pungkasnya.