PDM Yogya: Korban dan Pelaku Sabet Gir Sama-sama Pelajar Muhammadiyah

12 April 2022 15:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta Akhid Widi Rahmanto (tengah). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta Akhid Widi Rahmanto (tengah). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Pelajar SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta bernama Daffa Adzin Albasith (17) tewas disabet gir saat tawuran di Jalan Geodongkuning, Kota Yogyakarta, Minggu (3/4) lalu.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 5 pelaku kemudian ditangkap Polda DIY, 2 pelaku di antaranya termasuk si eksekutor diketahui masih duduk di bangku SMK swasta di Yogyakarta berinsial RS (18).
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta Akhid Widi Rahmanto mengungkapkan keprihatinannya. Terlebih korban dan pelaku merupakan sama-sama pelajar Muhammadiyah.
"Saya atas nama pimpinan Muhammadiyah Yogya merasa prihatin betul dengan keadaan seperti ini. Betul-betul tidak bisa menyangka akan terjadi seperti ini dan yang sangat saya prihatinkan antara pelaku dan korban itu adalah sama-sama pelajar meski beda sekolah, sama-sama pelajar Muhammadiyah," kata Akhid saat ditemui di Ruang Yudhistira, Pemkot Yogyakarta, Selasa (12/4).
ADVERTISEMENT
"Memang pelaku siswa aktif dan sebagiannya adalah alumni," katanya.
"Mohon ini dicatat dulu biar secara psikologis tidak kontraproduktif, sering disebut nama geng kontraproduktif karena anak-anak semakin bangga. Pakai inisial saja gengnya M," katanya.
Soal geng sekolah seperti ini, Akhid menjelaskan bahwa Muhammadiyah memiliki Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah. Selama ini, majelis telah memberikan pembinaan secara intensif untuk memutus mata rantai geng.
"Kami sudah lama menginstruksikan mata rantai yang disebut geng atau kelompok anak itu harus diputus, tapi ternyata tidak sederhana yang di geng M itu tadi," katanya.
Anak-anak yang bermasalah sebelumnya sudah dicari oleh sekolah. Mereka pernah dikumpulkan dan mendapatkan pembinaan di markas Brimob pada waktu itu.
"Bahkan pernah ada pembinaan sampai di Brimob beberapa hari," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Dengan grup WA mungkin tantang-tantangan, di situ dan sebagainya. Kami akan betul-betul mengupayakan sekolah terhindar (ada geng sekolah). Tapi bagi anak-anak ini masih menjadi kebanggaan. Kalau tahu formulasinya, monggo kami dikasih tahu," katanya.
Guru, menurut Akhid, sudah tiada henti memberikan pemahaman kepada siswa. Dia paham di usia remaja tersebut anak-anak memang sedang mencari jati diri, tapi jangan sampai mencari jati diri itu berwujud kriminalitas.
"Sekolah jadi korban paling tidak nama menjadi tercemar. Keterpercayaan terhadap sekolah pasti menurun," katanya.
ADVERTISEMENT