Peduli Lingkungan, Mayora Sabet Penghargaan Titanium BPOM

20 Juli 2023 17:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 14 Agustus 2023 11:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penghargaan Titanium yang diberikan BPOM untuk Mayora Group. Foto: dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Penghargaan Titanium yang diberikan BPOM untuk Mayora Group. Foto: dok. Istimewa
Mayora Group mendapat penghargaan Titanium, yang tertinggi,pada kategori Industri Pangan Olahan Penanaman Modal Dalam Negeri dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Senin (17/7).
Penghargaan BPOM untuk Keberlanjutan Lingkungan di Industri Farmasi dan Makanan 2023 ini diserahkan langsung Kepala BPOM Penny K. Lukito kepada Direktur Sustainability Mayora Group Ronald Atmadja.
Dalam rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day 2023 itu, Roland mengucapkan rasa terima kasih dan bangga atas penghargaan yang diberikan.
Menurutnya, BPOM selaku regulator sekaligus lembaga pengawas telah melakukan gebrakan yang sangat baik dengan melihat industri dari komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan.
“Penghargaan yang diterima Mayora Group membuktikan komitmen perusahaan yang selama ini turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan menjalankan proses bisnis ramah lingkungan dalam keseluruhan rantai nilai,” ujar Ronald.
Ronald mengatakan, di tengah sorotan dunia terhadap isu perubahan iklim, aspek keberlanjutan ini sangat penting. Hal itu demi mengakselerasi pelaku industri makanan dan minuman bisa menjalankan bisnis berbasis ekonomi sirkular.
Untuk itu, Mayora Group menjalankan konsep tersebut untuk memaksimalkan nilai penggunaan suatu produk maupun komponennya. Sehingga, tidak ada sumber daya yang terbuang, serta meminimalkan dampak pada lingkungan.
Ia mencontohkan pabrik Torabika yang menerapkan zero waste, yakni memanfaatkan ampas kopi untuk bahan bakar. Proses produksi zero waste dilakukan sebagai langkah untuk mengurangi penggunaan sumber daya energi untuk bahan bakar.
Ada pula produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Le Minerale yang telah menerapkan sistem ekonomi sirkular. Dari hulu ke hilir, sisa konsumsi kemasan ditarik dan didaur ulang menjadi bahan baku industri baru. Sistem ini tentunya tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga penguatan ekonomi masyarakat.
Perusahaan telah berkolaborasi dengan industri daur ulang untuk mengolah plastik kemasan PET (Polyethylene Terephthalate) menjadi biji plastik sebagai bahan baku industri baru untuk polyester dan dakron.
Proses pengolahan pangan yang berbasih keberlanjutan lingkungan oleh Mayora Group. Foto: dok. Istimewa
BPOM telah melakukan penilaian penilaian terhadap kinerja Mayora yang berdasarkan pada kemandirian dan kepatuhan terhadap praktek pengemasan makanan.
Hal tersebut mencakup komitmen manajemen perusahaan terhadap industri yang ramah lingkungan, pencapaian ISO, kelayakan sebagai industri hijau Kemenperin, penggunaan bahan baku secara efektif, penggunaan energi terbarukan, proses produksi yang efektif terutama manajemen limbah, pelaksanaan ekonomi sirkular, pengelolaan penggunaan air, serta upaya peningkatan literasi masyarakat melalui CSR.

Mengawal Kelestarian Lingkungan

Sementara itu, Kepala BPOM Penny K. Lukito, menyampaikan, menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan (sustainability) merupakan tanggung jawab seluruh manusia untuk mencegah bumi dari kerusakan yang semakin parah. Untuk itulah, BPOM bersama industri obat dan makanan akan menjadi yang terdepan mengawal sustainability lingkungan.
“Kami berkomitmen dalam mendukung keberlanjutan produksi, konsumsi obat dan makanan berkelanjutan untuk Indonesia Maju dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023," ungkap Penny.
Ke depan, lanjut Penny, diharapkan para pelaku industri ini tidak hanya menggunakan bahan baku dan energi yang efisien, tetapi juga mendorong untuk reuse, reduce dan recycle. Ditambah dengan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).
"Saya kira dunia industri sudah sangat harus memperhatikan aspek lingkungan sebagai salah satu yang harus dikelola dalam supply chain risk management. Karena saat ini sudah tidak lagi kita menggunakan term Corporate Social Responsibility (CSR), tapi sudah ada terminologi baru lagi, Environmentally Sustainable Social Governance (ESSG)," kata Penny
Advertorial ini dibuat oleh kumparan Studio