Pemberontak Myanmar Siap Akhiri Diktator Junta Militer

13 Desember 2023 12:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) dan Tentara Kareni (KA) di sebuah pos pemeriksaan dekat Demoso, di negara bagian Kayah timur Myanmar. Foto: STR/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) dan Tentara Kareni (KA) di sebuah pos pemeriksaan dekat Demoso, di negara bagian Kayah timur Myanmar. Foto: STR/AFP
ADVERTISEMENT
Aliansi dari tiga kelompok etnis bersenjata di Myanmar menegaskan kembali komitmen mereka mengakhiri 'kediktatoran' di negara itu, pada Rabu (13/12).
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan junta militer Myanmar telah terguncang sejak akhir Oktober lalu, saat 'Three Brotherhood Aliance' meluncurkan serangan dan merebut target-target militer di dekat perbatasan dengan China.
Serangan aliansi tersebut telah mendorong milisi pro-demokrasi untuk melakukan hal serupa di lokasi lain — yang semakin memperberat tantangan bagi junta sejak kudeta pecah pada 2021.
"Kemajuan signifikan telah dicapai, tetapi untuk mencapai tujuan lengkap kami membutuhkan lebih banyak waktu dan upaya berkelanjutan," tulis Three Brotherhood Aliance melalui platform X.
"Dedikasi kami tetap kuat dengan seluruh penduduk Myanmar," sambung dia.
Sebelumnya, junta militer Myanmar melakukan pertemuan dengan sekutu dekatnya, China, untuk membahas pergolakan dalam negeri yang terjadi saat ini.
Beijing pada Senin (11/12) dilaporkan siap menengahi konflik junta dengan kelompok pemberontak. Putaran negosiasi berikutnya bakal diadakan pada akhir Desember ini.
Anggota Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar terlihat berjalan melewati pangkalan militer yang direbut di dekat kota Laukkaing di negara bagian Shan utara Myanmar pada 28 Oktober 2023. Foto: Jaringan Informasi Kokang/AFP
Isu mengenai pergolakan pemberontak ini telah terdengar hingga ke telinga pemimpin junta Min Aung Hlaing beberapa waktu lalu. Kala itu, dia menyerukan ditemukannya solusi politik untuk mengakhiri pertikaian antara militer dan kelompok etnis.
ADVERTISEMENT
"Pemimpin Junta, Min Aung Hlaing, memperingatkan bahwa jika organisasi-organisasi bersenjata terus bertindak bodoh, penduduk di wilayah yang bersangkutan akan mengalami dampak yang buruk," bunyi laporan Global New Light of Myanmar, pada Selasa (5/12).
"Jadi, perlu untuk mempertimbangkan kehidupan masyarakat, dan organisasi-organisasi tersebut perlu menyelesaikan masalah mereka secara politis," tambahnya.
Myanmar diketahui memiliki lebih dari belasan kelompok bersenjata dari etnis minoritas — tetapi ada tiga kelompok utama yang saat ini bertikai dengan militer, yakni Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Arakan (AA), dan Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA).
Pada akhir Oktober lalu, MNDAA, AA, dan TNLA telah meluncurkan serangan gabungan di bagian utara, lebih tepatnya di Negara Bagian Shan, dan berhasil merebut pusat perdagangan penting di perbatasan Myanmar-China.
ADVERTISEMENT