Pemerintah Sudan Akan Buka Lagi Perbatasan Utama untuk Bantuan Kemanusiaan

16 Agustus 2024 17:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anak laki-laki yang mengenakan jersey Chelsea FC berjalan dengan jerigen keluar dari sungai Atbarah dekat desa Dukouli, Sudan (16/3/2021). Foto: ASHRAF SHAZLY/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak laki-laki yang mengenakan jersey Chelsea FC berjalan dengan jerigen keluar dari sungai Atbarah dekat desa Dukouli, Sudan (16/3/2021). Foto: ASHRAF SHAZLY/AFP
ADVERTISEMENT
Pemerintah Sudan menyetujui dibukanya kembali perbatasan utama untuk bantuan kemanusiaan ke negaranya pada Kamis (15/8). Itu lantaran perang kian memanas, dan semakin banyak orang di negaranya yang membutuhkan makanan, air, hingga perawatan medis.
ADVERTISEMENT
Dewan Berdaulat Sudan mengumumkan akan membuka jalur penyeberangan Adre, perbatasan negara itu dengan Chad, untuk jangka waktu tiga bulan.
Penyeberangan ditutup pada Februari lalu oleh Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) yang menuduh jalur itu digunakan untuk memindahkan senjata.
Dikutip dari CNN, keputusan itu menyusul meningkatnya seruan bantuan kemanusiaan yang lebih besar ke wilayah Darfur Sudan, imbas perang saudara antara SAF dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang pecah sejak 2023.
Orang-orang yang melarikan diri dari kota Singa, ibu kota negara bagian Sennar di tenggara Sudan, beristirahat di sebuah kamp darurat setelah tiba di Gedaref di bagian timur negara yang dilanda perang, Selasa (2/7/2024). Foto: AFP
Di pertemuan Dewan Keamanan PBB pada 6 Agustus, Amerika Serikat menuduh SAF membatasi pekerja kemanusiaan untuk mengakses pasokan lewat penyeberangan Adre.
Inggris mengatakan hal serupa, menyebut angkatan bersenjata itu menghalangi pengiriman bantuan skala besar melalui jalur kunci.
Kini kondisi kelaparan semakin merajalela di beberapa bagian negara Darfur Utara di Sudan.
ADVERTISEMENT
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), sekitar 26 juta orang membutuhkan bantuan, jumlahnya lebih dari separuh populasi negara tersebut.
Rinciannya, lebih dari 10 juta orang telah meninggalkan rumah sejak perang saudara meletus pada April 2023 dan lebih dari separuh populasi menghadapi kelaparan akut.
Pengungsi Sudan yang melarikan diri dari kekerasan di negara mereka, mengantre untuk menerima suplemen makanan dari Program Pangan Dunia (WFP) di dekat perbatasan antara Sudan dan Chad di Adre, Chad, Rabu (26/4/2023). Foto: Mahamet Ramdane/REUTERS
Pada Selasa (13/8), badan PBB untuk anak-anak, UNICEF, mengatakan bahwa krisis kemanusiaan Sudan adalah "yang terbesar di dunia" bagi anak-anak.
"Puluhan ribu anak-anak Sudan berisiko meninggal jika tindakan tidak segera diambil," ungkap juru bicara UNICEF, James Elder, seperti dikutip dari CNN.
"Ribuan anak telah terbunuh atau terluka dalam perang di Sudan. Kekerasan seksual dan perekrutan meningkat. Dan situasinya bahkan lebih buruk ketika kehadiran bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan tetap ditolak," tambahnya.
ADVERTISEMENT

Indonesia Akan Kembali Kirim Bantuan

Menlu Retno Marsudi. Foto: Dok. Kemlu
Pada Jumat (9/8), Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mengungkapkan Indonesia siap mengirimkan kembali bantuan kemanusiaan ke Sudan.
“Indonesia juga menyampaikan kesiapannya untuk memberikan bantuan kemanusiaan sesuai dengan kebutuhan,” ujar Retno di Istana Kepresidenan.
“Sejauh ini telah mengirim bantuan kemanusiaan total 22,4 ton medical aid ke Sudan dan dari sisi warga negara kita sudah mengevakuasi hampir semua warga negara kita yang ada di Sudan,” sambungnya.