Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pemilu Malaysia Digelar, Siapa Saja Calon Kandidat Perdana Menteri Berikutnya?
19 November 2022 14:28 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Penyelenggaraan pemilu dihelat usai Malaysia mengalami pergantian PM sebanyak tiga kali dalam tempo empat tahun. Dalam pemilu yang disebut para pengamat sebagai yang tersengit kali ini, terdapat tiga kandidat kuat yang digadang-gadangkan menjadi pemimpin berikutnya.
Siapa saja sosok mereka?
Ismail Sabri Yakoob
Eks PM Malaysia yang telah berkuasa sejak Agustus 2021, Ismail Sabri Yaakob, menjadi salah satu kandidat kuat dalam pencalonan ini.
Ia juga merupakan salah satu dari tiga wakil presiden partai berkuasa sejak Malaysia merdeka pada 1957, United Malays National Organisation (UMNO). Tetapi, selama berkuasa hampir satu perempat dekade, untuk pertama kalinya partai ini kalah dalam pemilu pada 2018.
Ismail membubarkan parlemen pada 10 Oktober lalu, menyusul desakan internal dari partainya sendiri yang ingin agar pemilu dapat diselenggarakan lebih awal — semula dijadwalkan pada September 2023.
Tujuannya tak lain untuk memperbaiki guncangan politik, membentuk pemerintahan yang lebih stabil, dan menghadapi ancaman resesi pada 2023 mendatang.
ADVERTISEMENT
Menurut pria berusia 62 tahun itu, pemilu dini dibutuhkan untuk mengakhiri pertanyaan atas legitimasi pemerintahannya sekaligus mengembalikan mandat kepada rakyat.
“Mandat rakyat adalah penangkal yang kuat bagi negara untuk mewujudkan stabilitas politik dan menciptakan pemerintahan yang kuat, stabil dan dihormati setelah pemilihan umum,” tutur Ismail pada Senin (10/10), seperti dikutip dari Reuters.
Ismail berharap, rakyat Malaysia akan mendukung koalisi yang ia pimpin di bawah partai utama UMNO, Barisan Nasional (BN), untuk kembali membentuk pemerintahan.
Sebelumnya, BN sempat kalah di pemilu 2018 saat menghadapi koalisi Pakatan Harapan yang dimotori politikus senior Anwar Ibrahim.
Mahathir Mohamad
Salah satu kandidat yang ikut mencalonkan diri pada pemilu dini kali ini adalah eks PM terlama Malaysia, Mahathir Mohamad. Meski di usianya yang sudah sepuh — 97 tahun itu, ia tetap memiliki kepercayaan diri untuk kembali ke panggung politik.
ADVERTISEMENT
Popularitas Mahathir masih tetap tinggi, baik di kalangan pendukung maupun saingannya. Meski, pengaruhnya mungkin sudah berkurang.
Pemimpin yang berkuasa di Malaysia selama 24 tahun dan mendominasi politik itu memegang rekor sebagai 'perdana menteri tertua di dunia saat ini' versi Guinness World Records, ketika menjadi PM untuk kedua kalinya pada 2018, menjelang ulang tahunnya ke-93.
Tetapi pemerintahannya runtuh dalam waktu kurang dari dua tahun karena pertikaian.
Sementara periode pertama Mahathir menjadi PM terlama, ia menduduki tampuk kekuasaan mulai 1981-2003 di bawah naungan partai UMNO dengan koalisinya, Barisan Nasional.
“Selama saya mampu bekerja, mampu berpartisipasi, saya pikir tugas saya membantu generasi baru untuk mengembalikan pemerintahan seperti sebelumnya yang menjadikan Malaysia disebut sebagai 'macan Asia',” ungkap Mahathir, seperti dikutip dari BBC.
ADVERTISEMENT
Berbicara kepada wartawan di Langkawi, Mahathir mengatakan ia memiliki peluang bagus untuk bisa memenangkan pemilu, seraya menertawakan saran bahwa ia harus pensiun.
“Saya masih berdiri dan berbicara dengan Anda, saya pikir membuat jawaban yang masuk akal,” tutur pria yang dijuluki 'Bapak Mordernisasi' tersebut.
Anwar Ibrahim
Meski sudah lebih dari dua dekade gagal dalam merebut kursi orang nomor satu di Malaysia, Anwar kembali mencalonkan diri sebagai PM — bahkan digadang-gadangkan dapat unggul dalam pemilu kali ini.
“Saat ini, saya pikir semuanya terlihat baik dan kami sangat percaya diri,” kata Anwar kepada wartawan., setelah menyampaikan kampanye di Negara Bagian Penang.
Kendati demikian, upaya Anwar akan mendapat perlawanan dari beberapa calon kuat lain seperti petahana Ismail Sabri, Mahathir Mohamad, hingga eks PM Muhyiddin Yasin.
Pria berusia 75 tahun itu memulai dunia politiknya dengan bergabung ke UMNO. Kala itu, kariernya langsung melejit, dengan ditunjuk sebagai menteri keuangan, kemudian wakil perdana menteri hingga dijadikan pewaris Mahathir Mohamad.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, sayangnya reputasi Anwar merosot pada 1998, saat puncak Krisis Keuangan Asia terjadi — dianggap gagal menyelamatkan perekonomian Malaysia.
Anwar dituding oleh Mahathir atas tindakan korupsi, kemudian dipecat dan dibebaskan pada 2004. Empat tahun setelahnya, Anwar kembali tersandung kasus akibat perbuatan sodomi dan kembali dijebloskan ke penjara selama lima tahun.
Pada 2018, skandal keuangan yang melibatkan miliaran dolar 1MDB di bawah pemerintahan eks PM Najib Razak pun mencuat. Sejak itu, panggung politik Malaysia mulai mengalami transformasi dan mantan musuh berubah menjadi sekutu. Anwar dan Mahathir kembali rujuk dan setuju bergabung.
Ketika Anwar masih dipenjara, Pakatan menggulingkan pemerintahan Najib atas kasus 1MDB dan kini Najib divonis 12 tahun penjara. Ia dinyatakan bersalah dalam persidangan pertama dari total lima persidangan terkait skandal keuangan 1MDB.
Mahathir dan Anwar dilaporkan telah mencapai kesepakatan bagi Mahathir untuk menyerahkan kekuasaan kepada Anwar setelah dua tahun.
ADVERTISEMENT
Tetapi, kesepakatan itu berantakan di tengah desas-desus bahwa Mahathir berubah pikiran dan manuver oleh anggota UMNO yang tidak puas karena kehilangan kekuasaan. Pada Februari 2020, pemerintahan Pakatan runtuh.
Muhyiddin Yasin
Setelah seminggu penuh ketidakpastian, Muhyiddin Yasin muncul sebagai perdana menteri baruc yang berkuasa pada Maret 2010-Agustus 2021. Muhyiddin merupakan salah satu tokoh terkemuka di UMNO yang berhenti ketika skandal 1MDB mencuat.
Blok Anwar bersifat multietnis, sementara dua blok lainnya memprioritaskan kepentingan etnis mayoritas Muslim-Melayu. Sedangkan blok Muhyiddin mencakup partai Islamis yang menggembar-gemborkan hukum syariah.
Sejumlah lembaga telah memproyeksikan hasil pemilihan berdasarkan survei sebelum pemungutan suara digelar dan hasil survei menunjukkan Anwar tampaknya unggul dalam persaingan.
ADVERTISEMENT
Anwar adalah pilihan utama untuk perdana menteri dengan pemerolehan awal suara sebesar 33 persen, diikuti oleh Muhyiddin dengan 26 persen, dan Ismail dengan 17 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara sebuah lembaga voting independen Merdeka Center memproyeksikan, pada Jumat (18/11) koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar berada di jalur untuk mengambil 82 kursi, dan aliansi Perikatan Nasional Muhyiddin di 43 kursi.
Sementara koalisi Barisan Nasional pimpinan Ismail, dilaporkan hanya akan dapat memenangkan 15 kursi — meski survei lain memperkirakan Ismail masih bisa memperoleh hingga 51 kursi.
Para koalisi partai atau partai politik harus memperoleh 112 dari 222 total kursi parlemen untuk dapat membentuk kabinet pemerintahan baru. Menurut laporan Sekretaris Suruhanjaya Pilihan Raya Malaysia (SPRM) — setara dengan Komisi Pemilihan Umum di Indonesia, terdaftar sejumlah 21 juta pemilih yang memberikan suaranya.
Angka ini meliputi 6,23 pemilih baru yang memenuhi syarat memberikan suara.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, tercakup pula kelompok pemilih usia 18-20 sebanyak 1,4 juta orang – menyusul kebijakan terbaru pemerintah Malaysia yang menurunkan batas usia ikut serta pemilu, semula dari 21 tahun kini menjadi 18 tahun untuk pertama kalinya.
Meski begitu, pemilu kali ini kemungkinan tidak akan memunculkan pemenang tunggal dari enam blok partai politik yang ada. Hal ini disampaikan oleh pengamat politik DR. Muhamad Nadzri Hj. Mohamed Noor dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
“Aktor utamanya masih tiga saja, Barisan Nasional, Pakatan Harapan dan Perikatan Nasional. Perikatan Nasional agak lemah di tingkat nasional. Kompetisi yang paling kuat antara Barisan Nasional menentang Pakatan Harapan. Persoalannya sejauh mana Perikatan Nasional bisa merebut kursi BN atau PH,” ungkap mereka.
ADVERTISEMENT