Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pemilu Paruh Waktu AS 2 Pekan Lagi, Partai Demokrat Pesimistis Raih Kemenangan
26 Oktober 2022 3:26 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kebimbangan besar terjadi Gedung Putih. Partai Demokrat yang dipimpin oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dinilai semakin pesimistis dalam mempertahankan kendali atas kedua majelis Kongres.
ADVERTISEMENT
Situasi ini terjadi dua pekan menjelang pemilu paruh waktu AS yang dijadwalkan digelar pada 8 November mendatang.
Berdasarkan hasil voting dari FiveThirtyEight baru-baru ini, kedudukan Partai Demokrat yang dulunya unggul di beberapa pemilihan anggota Kongres (Senat), justru sekarang berada di ujung tanduk.
Akibat dari meningkatnya angka inflasi di dalam negeri yang masih berlanjut, para pemilih dikabarkan lebih condong ke oposisi, yakni Partai Republik.
“Dewan Perwakilan Rakyat, yang diprediksi Biden dan beberapa sekutu serta penasihatnya dapat dikuasai Demokrat awal tahun ini, secara meyakinkan berayun untuk Partai Republik,” ungkap beberapa analis, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut seorang pejabat di Gedung Putih yang berbicara dengan syarat anonim, saat ini peluang Demokrat untuk mempertahankan kendali Senat dipandang 50:50.
ADVERTISEMENT
Persaingan Ketat Partai Demokrat dan Republik
Kehilangan kendali atas kedua ataupun salah satu majelis Kongres akan sangat berpengaruh pada kepresidenan Biden hingga dua tahun ke depan.
Apabila ini terjadi dan Partai Republik yang menggantikan posisi di pemerintahan, maka sebagian besar kebijakan yang dicetuskan oleh Partai Demokrat — seperti UU tentang cuti keluarga, legalisasi aborsi, dan program prioritas Biden lainnya akan diberhentikan.
Partai Republik kemungkinan akan mendorong terwujudnya UU baru untuk mengekang imigrasi dan angka pengeluaran negara, dengan tujuan menurunkan angka inflasi akibat utang.
Tak hanya itu, Republik juga diperkirakan akan meluncurkan penyelidikan terhadap pengeluaran internal Demokrat, urusan bisnis hingga kehidupan pribadi putra kedua Biden, Hunter, yang diisukan terlibat dalam tindak penggelapan pajak.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, pada Mei lalu Biden dan sesama anggota Demokrat memperkirakan pihaknya akan memperoleh keuntungan di DPR dan Senat. Tetapi, optimisme ini berubah ketika pada pekan lalu Biden mengaku proses persaingan ini sudah diperketat dan situasinya tidak lagi stabil.
“Sudah bolak-balik dengan mereka [Republik] di depan, kami di depan, mereka di depan,” ujar Biden.
Meski begitu, Biden dan pemerintahan Gedung Putih saat ini melihat masih ada harapan bagi pemilih untuk condong ke Demokrat lagi sebelum pemilu paruh waktu tiba.
Saat ini, menurut penasihat kepresidenan saat ini Gedung Putih sedang mempersiapkan diri untuk setiap tantangan atau penyelidikan yang mungkin akan menerpa dalam waktu dekat.
Pihaknya telah merekrut pengacara kondang Richard Sauber sebagai penasihat khusus untuk mempersiapkan penyelidikan apa pun.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikonfirmasi pula oleh seorang ahli strategi Partai Demokrat, Eric Schultz. “Gedung Putih memiliki pandangan yang jelas tentang seperti apa kontrol Partai Republik,” kata Schultz.
“Ini bukanlah misteri ke mana Partai Republik akan pergi dengan ini jika diberi palu,” pungkasnya.
Tantangan Berat bagi Biden
Biden juga tengah menghadapi perpecahan internal di dalam partainya sendiri.
Menurut ahli strategi Demokrat di beberapa negara bagian AS, pemerintahan Biden telah gagal memanfaatkan rentetan keberhasilan legislatif dalam hal iklim dan infrastruktur.
Tetapi, perluasan tunjangan sosial dan legalisasi aborsi menjadi sisi unggul yang dimiliki oleh pemerintahan Biden.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, mengatakan Biden telah sering berbicara soal keringanan utang mahasiswa, ekonomi, infrastruktur, dan aborsi menjelang pemilu paruh waktu.
ADVERTISEMENT
“Hampir setiap hari, Anda telah melihat Presiden di depan rakyat Amerika, berbicara persis seperti itu: apa yang dipertaruhkan,” kata Jean-Pierre.
Beberapa anggota Demokrat beranggapan, mereka ingin melihat Biden lebih sering turun ke jalanan, melihat langsung bagaimana kebijakan-kebijakan ini berdampak pada pemilih lokal.
Tetapi di sisi lain, tapi para kandidat dalam beberapa persaingan di wilayah kompetitif, memilih untuk berkampanye tanpa Biden.
Selain itu, beberapa analisis menunjukkan, negara-negara bagian yang dipimpin Partai Republik memiliki tingkat pembunuhan yang sama tinggi atau lebih tinggi daripada yang dipimpin oleh Partai Demokrat.
Tetapi, hasil voting Ipsos bulan ini menunjukkan, pemilih AS lebih condong mempercayakan Partai Republik daripada Demokrat untuk menanggulangi masalah kejahatan.