Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pemimpin Al-Qaeda Tewas: Dipuji Arab Saudi; Dikecam Taliban
3 Agustus 2022 7:16 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Selama akhir pekan, Amerika Serikat melakukan operasi kontra terorisme terhadap target signifikan Al-Qaeda di Afghanistan," kata seorang pejabat senior CIA dikutip dari Reuters.
Zawahiri merupakan pemimpin Al-Qaeda berusia 71 tahun. Ia menjadi buronan AS sejak 1999.
Zawahiri lahir Mesir pada 19 Juni 1951. Ia merupakan anak dari Mohammed Rabie al-Zawahiri dan Umayma Azzam. Ia lahir pada lingkungan yang baik. Semasa kecil, ia dikelilingi oleh dokter-dokter dan cendekiawan. Ia menguasai bahasa Arab, Inggris dan Prancis.
Zawahiri mulai mengenal militansi Islam ketika dia berdiri di dalam ruang sidang terkait kasus pembunuhan Presiden Mesir Anwar al-Sadat pada 1981.
Dalam sidang, Zawahiri berteriak lantang bahwa ia telah berkorban dan masih siap untuk lebih banyak pengorbanan sampai kemenangan Islam.
ADVERTISEMENT
Zawahiri kemudian menjalani hukuman penjara tiga tahun karena kepemilikan senjata ilegal. Tetapi ia dibebaskan dari tuduhan utama.
Sosok Ahli Bedah Terlatih
Sebagai seorang ahli bedah terlatih, Zawahiri sempat pergi ke Pakistan. Di sana, ia bekerja sama dengan Bulan Sabit Merah untuk merawat gerilyawan mujahidin Islam yang terluka di Afghanistan saat melawan pasukan Soviet.
Selama periode itu, ia berkenalan dengan Osama bin Laden. Dari perkenalan itu, Zawahiri lantas mengambil alih kepemimpinan Jihad Islam di Mesir pada 1993.
Zawahiri juga dikenal sebagai tokoh terkemuka pada pertengahan 1990-an di Mesir karena lantas menggulingkan pemerintah dan ingin mendirikan negara Islam murni. Ketika itu, lebih dari 1.200 warga Mesir terbunuh selama masa pemberontakan.
Pada tahun 1999, pengadilan militer Mesir menjatuhkan hukuman mati Zawahiri secara in absentia. Dalam waktu bersamaan, ia bersama Osama Bin Laden membentuk Al-Qaeda.
Arab Saudi Sambut Baik Tewasnya Pemimpin Al-Qaeda
Arab Saudi memberikan respons terkait kabar tewasnya pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri.
ADVERTISEMENT
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyambut baik kabar tewasnya Zawahiri. Saudi mengatakan, Zawahiri merupakan pemimpin teroris yang keji.
"Zawahiri dianggap sebagai salah satu pemimpin terorisme yang memimpin perencanaan dan pelaksanaan operasi teroris keji di Amerika Serikat dan Arab Saudi," kata Kemlu Arab Saudi dikutip dari Reuters.
Kata Joe Biden soal Tewasnya Ayman al-Zawahiri
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan konferensi pers di Gedung Putih terkait kematian pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri.
Biden menekankan, kematian Zawahiri merupakan bukti keadilan sudah ditegakkan.
"Sekarang keadilan telah ditegakkan dan pemimpin teroris ini tidak ada lagi," kata Biden dikutip dari Reuters.
Politikus Partai Demokrat ini menambahkan, AS akan membasmi segala bentuk ancaman bagi rakyatnya termasuk terorisme.
ADVERTISEMENT
"Tidak peduli berapa lama, di mana pun Anda bersembunyi, jika Anda adalah ancaman bagi rakyat kami, Amerika Serikat akan menemukan Anda dan membawa Anda keluar," ucap Biden.
Biden mengatakan, Zawahiri menjadi sasaran utama AS karena menjadi dalang dari serangkaian aksi terorisme. Mulai dari penyerangan Kedutaan Besar AS di Kenya dan Tanzania hingga Tragedi 9/11.
"Zawahiri terus menimbulkan ancaman aktif bagi orang, kepentingan, dan keamanan nasional AS," kata Biden.
Lebih lanjut, Biden mengatakan kematian Zawahiri akan memberikan tamparan keras bagi Al-Qaeda. Sebab kemampuan kelompok akan berkurang drastis jika tidak mempunyai pimpinan.
Taliban Kecam AS
Taliban mengutuk serangan Amerika Serikat (AS) yang menyasar pemimpin al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri. Penguasa Afghanistan itu menganggap AS melanggar kesepakatan damai antara keduanya pada Selasa (2/8/2022).
ADVERTISEMENT
Taliban merujuk kepada Perjanjian Doha yang ditandatangani pada 29 Februari 2020. Kesepakatan tersebut menyetujui penarikan pasukan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dari Afghanistan. Mereka telah menarik pasukannya pada 31 Agustus 2021.
Menurut Taliban, AS telah melanggar prinsip-prinsip tersebut. Sebab, serangan itu berlangsung di rumah Zawahiri di Sherpur.
Sherpur merupakan salah satu lingkungan paling makmur di pusat Kabul. Enklave diplomatik itu menaungi sejumlah pejabat tinggi dan komandan Taliban.
"Tindakan tersebut merupakan pengulangan dari pengalaman kegagalan selama 20 tahun terakhir dan bertentangan dengan kepentingan Amerika Serikat, Afghanistan, dan kawasan," jelas Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dikutip dari AFP, Selasa (2/8/2022).
Perjanjian Doha memfasilitasi pembicaraan antara Taliban dan Afghanistan. Kesepakatan itu turut menyatakan sumpah Taliban untuk mencegah al-Qaeda beroperasi di wilayah kekuasaannya.
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, lantas membalikkan tuduhan pelanggaran itu terhadap Taliban. Blinken menekankan, Taliban justru melanggar perjanjian dengan menampung Zawahiri.
Para ahli meyakini, Taliban tak pernah memutuskan hubungan dengan al-Qaeda. Zawahiri diduga mendapatkan perlindungan Taliban usai mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021.
"Apa yang kami ketahui adalah bahwa para pejabat senior Taliban mengetahui kehadiran [Zawahiri] di Kabul," ujar seorang pejabat senior AS.
Warga Afghanistan Ragukan AS Bunuh Pemimpin Al-Qaeda
ADVERTISEMENT
Penduduk setempat terkejut dan raguan atas laporan mengenai pembunuhan pemimpin al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, dalam serangan pesawat nirawak (drone) Amerika Serikat (AS) di Afghanistan pada Selasa (2/8/2022).
"Itu hanya propaganda," ujar seorang penduduk Kabul, Fahim Shah, dikutip dari AFP, Selasa (2/8/2022).
ADVERTISEMENT
"Kami telah mengalami propaganda semacam itu di masa lalu dan tidak pernah ada kebenaran di dalamnya. Kenyataannya, menurut saya, dia tidak terbunuh di sini," sambung warga berusia 66 tahun itu.
Warga lainnya mengatakan, dia mendengar serangan drone itu pada Minggu (31/7/2022). Tetapi, dia tetap meminta AS agar membuktikan bahwa target dari gempuran tersebut adalah Zawahiri.
"Mereka harus menunjukkan kepada orang-orang dan kepada dunia bahwa 'kami telah menewaskan orang ini dan inilah buktinya'," kata warga bernama Abdul Kabir.
"Menurut kami, mereka membunuh orang lain dan mengumumkan bahwa orang itu adalah pemimpin Al-Qaeda. Dia bisa bersembunyi di banyak tempat lain—di Pakistan, atau bahkan di Irak," lanjutnya.
Kecurigaan itu turut diungkapkan seorang mahasiswa, Mohammad Bilal. Dia menduga, Zawahiri tidak mungkin bertempat tinggal di Kabul.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah kelompok teroris dan menurut saya mereka tidak akan mengirim pemimpin mereka ke Afghanistan," terang Bilal.
"Para pemimpin sebagian besar kelompok teroris, termasuk Taliban, tinggal di Pakistan atau di Uni Emirat Arab ketika mereka berkonflik dengan bekas pasukan Afghanistan," imbuh dia.
Jajak pendapat menunjukkan, sebagian orang di ibu kota itu memilih memercayai pernyataan AS. Seorang ibu rumah tangga juga mengaku terkejut saat mengetahui pembunuhan Zawahiri.
"Sangat tidak nyaman mengetahui bahwa dia tinggal di sini," ungkap Freshta.
Seorang warga lain turut menerima klaim AS. Penjaga toko itu bahkan tidak merasa terkejut ketika mendengarnya. Menurutnya, kelompok teroris dapat dengan mudah memasuki Afghanistan.
"Kami tidak memiliki pemerintahan yang baik. Kami tidak dapat melindungi diri kami sendiri, tanah kami, dan properti kami," jelas warga yang merahasiakan namanya itu.
ADVERTISEMENT