Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pemimpin Hamas & Fatah Akan Kembali Bertemu untuk Bahas Rekonsiliasi Palestina
9 Oktober 2024 17:02 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Para pemimpin kelompok Hamas dan Fatah — dua kelompok politik utama yang bersaing dalam politik Palestina — akan melakukan pertemuan di Kairo, Mesir, pada Rabu (9/10).
ADVERTISEMENT
Agenda pertemuan itu membahas rencana rekonsiliasi pemerintahan Palestina hingga agresi Israel di Jalur Gaza.
Dikutip dari Reuters, menurut penasihat media kepala politik Hamas, Taher Al-Nono, delegasi Hamas telah tiba di Kairo pada Selasa (8/10). Delegasi tersebut dipimpin oleh kepala negosiator Hamas, Khalil Al-Hayya, dan orang kedua Hamas yang saat ini bermarkas di Qatar.
"Pertemuan tersebut akan membahas agresi Israel di Jalur Gaza, dan tantangan yang dihadapi oleh perjuangan Palestina," kata Nono, seperti dikutip dari Reuters.
Namun kelompok Fatah belum berkomentar mengenai hal ini.
Ini akan menjadi pertemuan pertama kedua faksi sejak mereka mengadakan diskusi di ibu kota China pada Juli lalu.
Pertemuan Beijing
Pada pertemuan di Beijing 23 Juli 2024, Hamas dan Fatah bersama 12 faksi lain di Palestina sepakat membentuk pemerintahan persatuan interim dalam payung Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO).
ADVERTISEMENT
Saat itu, menurut pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk, rekonsiliasi ditujukan agar Palestina bersatu di masa depan.
"Hari ini kami meneken persetujuan persatuan nasional dan kami berkata untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional," kata Abu Marzuk seperti dikutip dari AFP.
"Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukannya," sambung dia.
Israel Geram
Tentu saja, Israel geram dengan rekonsiliasi ini. Israel yang menduduki tanah Palestina mengutuk perjanjian damai oleh para faksi di Palestina, yang dideklarasikan di Beijing tersebut.
Israel kemudian bersumpah tak akan menerima peran Hamas, dalam bentuk apa pun, pascaperang di Gaza.
Tak hanya itu, Israel juga tak percaya dengan Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas dapat melakukan tugas pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Fatah merupakan faksi terbesar dari PLO sekaligus gerakan yang juga dipimpin Abbas.
Polemik pemerintahan Gaza merupakan salah satu masalah paling pelik yang dihadapi Palestina. Kedua faksi sepakat bahwa hal itu adalah urusan internal, dan menolak segala persyaratan Israel.
Sebelumnya, inisiasi pertemuan serupa di masa lalu selalu gagal menghasilkan kemajuan.
Sekilas Persaingan Fatah dan Hamas
Fatah dan Hamas bersaing dalam politik Palestina karena memiliki pendekatan berbeda terhadap konflik Israel-Palestina.
Fatah: Didirikan pada akhir 1950-an oleh pemimpin berkarisma, Yasser Arafat, Fatah adalah salah satu faksi terbesar dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Awalnya bersifat revolusioner, Fatah kemudian beralih ke pendekatan yang lebih moderat, mendukung solusi dua negara dan perundingan damai dengan Israel. Sejak kematian Arafat pada 2004, Mahmoud Abbas menjadi pemimpin Fatah dan Presiden Otoritas Palestina. Fatah menguasai wilayah Tepi Barat.
Hamas: Didirikan pada tahun 1987 selama Intifada Pertama, Hamas adalah kelompok Islamis yang memiliki sayap politik dan militer. Mereka menolak pengakuan terhadap Israel dan dikenal karena serangan roket dan kekerasan sebagai bagian dari perlawanan mereka terhadap pendudukan Isarel.
ADVERTISEMENT
Hamas menang dalam pemilu Palestina 2006 dan menguasai Jalur Gaza setelah pertempuran berdarah dengan Fatah pada 2007. Hamas mendapatkan dukungan dari beberapa negara, tetapi sejumlah negara Barat sekutu Israel menyebutnya sebagai kelompok teroris.
Saat ini Hamas dipimpin oleh Yahya Sinwar setelah pemimpin sebelumnya, Ismail Haniyeh, dibunuh Israel saat berkunjung ke Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru.
Perpecahan Fatah-Hamas: Sejak 2007, Palestina terbagi secara politik dan geografis, dengan Fatah mengendalikan Otoritas Palestina di Tepi Barat (West Bank), sementara Hamas menguasai Jalur Gaza (Gaza Strip).
Berbagai upaya rekonsiliasi dilakukan, tetapi ketegangan terus berlanjut hingga 2024. Sebagian besar disebabkan oleh perbedaan strategi terhadap Israel dan kepentingan politik yang saling bertentangan.
Hingga 2024, ketegangan antara Fatah dan Hamas tetap tinggi, meskipun ada beberapa usaha rekonsiliasi yang didukung oleh pihak internasional seperti yang dilakukan China dan sebentar lagi oleh Mesir. Pemilu umum Palestina yang direncanakan beberapa kali ditunda karena ketidaksepakatan antara kedua faksi.
ADVERTISEMENT
Kedua kelompok ini memiliki basis pendukung masing-masing.