Pemungutan Suara PM Inggris Rampung, Menlu Liz Truss Diprediksi Menang

3 September 2022 12:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. Foto: DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. Foto: DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, diprediksi akan memenangkan pemungutan suara untuk menggantikan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, yang selesai pada Jumat (2/9).
ADVERTISEMENT
Partai Konservatif telah merampungkan pemilu untuk mencari pemimpin mereka. Sebagai partai yang berkuasa, pemimpin itu akan secara otomatis dinobatkan sebagai PM Inggris.
Dua pesaing terakhir menyambangi debat televisi dan kampanye selama dua bulan untuk merenggut jabatan tersebut. Truss melawan mantan Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak.
Seorang pemenang kemudian akan diumumkan pada Senin (5/9). Sehari setelahnya, Johnson akan mengajukan pengunduran dirinya secara resmi kepada Ratu Elizabeth II.
Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak. Foto: Simon Dawson/REUTERS
Pemungutan suara itu melibatkan sekitar 200.000 anggota Partai Konservatif sejak awal Agustus. Selama pemilu antara para anggota, Truss terus menikmati keunggulan atas Sunak.
Wanita berusia 47 tahun itu berkampanye untuk memangkas pajak dan memprioritaskan pertumbuhan ekonomi. Inggris tengah menghadapi inflasi dan diperkirakan akan memasuki resesi akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Saya memiliki rencana berani yang akan menumbuhkan ekonomi kita dan memberikan upah yang lebih tinggi, keamanan bagi keluarga, dan layanan publik kelas dunia," ujar Truss, dikutip dari AFP, Sabtu (3/9).
"Bila saya terpilih sebagai perdana menteri, saya tidak akan pernah membiarkan siapa pun merendahkan kita dan saya akan mengerahkan segala daya saya untuk memastikan kesuksesan negara kita," tambah dia.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson saat menyampaikan pengunduran diri dari jabatannya di kediaman resmi, 10 Downing Street, London, Inggris, Jumat (8/7/2022). Foto: Justin Tallis/AFP
Sunak mengkritik rencana itu sebagai tindakan 'sembrono'. Dia memperingatkan, Truss berisiko meningkatkan inflasi dan melemahkan posisi negara di hadapan pemberi pinjaman dan pasar internasional.
Pria 42 tahun tersebut kemudian menyinggung pengalamannya membimbing ekonomi Inggris melewati pandemi COVID-19. Menurut Sunak, dia dapat kembali memimpin negara itu mengarungi kesengsaraan saat ini.
"Kita menghadapi tantangan besar ke depan, tetapi juga peluang besar," tutur Sunak.
ADVERTISEMENT
"Saya tahu apa yang diperlukan untuk melewati masa-masa sulit. Saya melakukannya sebagai menteri dan saya akan melakukannya lagi sebagai perdana menteri," lanjut dia.
Menteri Luar Negeri Inggris dan kandidat kepemimpinan Konservatif Liz Truss di dekat gedung Parlemen, di London, Inggris. Foto: Toby Melville/REUTERS
Persaingan ketat itu bermula sejak Johnson mengumumkan kepergiannya sebagai pemimpin Partai Konservatif pada 7 Juli. Dia terdesak mengambil keputusan tersebut menyusul rentetan skandal dan pengunduran diri 60 anggota pemerintah Inggris.
Anggota parlemen Konservatif mendorong Sunak sebagai pengganti Johnson untuk membawa mereka sampai pemilu berikutnya pada Januari 2025. Namun, jajaran partai menyalurkan dukungan mereka pada platform sayap kanan Truss.
"[Truss] adalah politikus yang lebih baik," terang profesor politik di University of Strathclyde, John Curtice.
"Sunak telah menunjukkan beberapa kualitas yang mungkin Anda harapkan dari seorang menteri yang baik. Tetapi, Truss telah menunjukkan kualitas yang Anda butuhkan dalam seorang politikus," imbuhnya.
ADVERTISEMENT