Perjalanan Mukhlis Latasi dari Sebatik Sampai Jadi Juara Lomba Salawat di Mesir

3 Maret 2025 16:46 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Mukhlis Latasi meraih prestasi membanggakan dengan menjuarai Juara Internasional Salawat Nabi yang digelar di Mesir. Perjalanan ini tidak mudah mengingat lomba salawat dikenal karena persaingannya yang begitu ketat.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Mukhlis dimulai di daerah asalnya di Desa Tanjung Aru, Pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Ia mengungkapkan, ketertarikannya terhadap salawat dimulai dari orang tuanya.
"Memang awalnya orang tua saya dari kecil itu sering memperdengarkan salawatan. Salawatan ala Indonesia, musik-musik, album Cinta Rasul, Hadat Alwi dan Sulis. Saat itu sering dengar-dengar tiap hari. Kemudian ada kesukaan dari situ," kata Mukhlis saat membagikan ceritanya di podcast DipTalk yang tayang di Youtube kumparan.
Beranjak remaja, Mukhlis mengikuti beberapa perlombaan dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Ia terakhir ikut lomba pada 2009 untuk mewakili provinsi Kalimantan Utara.
"Itu kali terakhir saya sebelum ke Mesir melanjutkan studi. Mengikuti ajang Musabaqah Tilawatil Quran. Nah, dari situ terbentuklah kebiasaan saya dan minat saya di dunia salawatan dan kirat ini," jelasnya.
Diptalk bersama Juara Sholawat Nabi Mukhlis Latasi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Mukhlis mengungkapkan, sebetulnya setiap tahun ada perlombaan salawat di Arab, tepatnya di Munshid al-Syariqah, Uni Emirat Arab.
ADVERTISEMENT
"Tapi untuk beberapa tahun terakhir mereka tidak membuka untuk selain [warga] Arab. Dulu bahkan dari Indonesia ada, dari Malaysia ada. Tetapi ada beberapa teman yang mencoba untuk ikut dan gagal lah bahasanya, enggak bisa, karena persaingan yang begitu ketat dan luar biasa. Memang di Arab seperti itu,"
Mukhlis yang menempuh pendidikan S1 dan S2 di Universitas Al-Azhar itu mengungkapkan, mahasiswa yang belajar di Al-Azhar memang sering tampil bersalawat di depan para dosen dalam berbagai kesempatan. Bahkan, penontonnya merupakan orang Mesir sendiri.
"Saya ngaji depan orang Mesir, ribuan orang Mesir. Itu biasa. Orang Indonesia, yang lahir di Indonesia, belajar bahasa Arab, belajar di Mesir, datang ngaji depan orang Mesir, tampil di depan orang Mesir dan tampil di depan orang-orang yang memang pakar seperti itu. Itu sudah terbiasa kami. Jadi dari sini membentuk karakter gitu," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Karena sudah terbiasa tampil di hadapan orang Mesir, sehingga ia bisa bersalawat dengan logat seperti orang Arab itu sendiri.
"Karakter saya bisa ngomong bahasa Arab dengan lahjah orang Arab sendiri, melantunkan salawat dengan lahjah orang Arab sendiri seperti itu. Dari kebiasaan kami itu tampil-tampil di hadapan orang Mesir dan guru-guru kami di Al-Azhar," jelasnya.
Diptalk bersama Juara Sholawat Nabi Mukhlis Latasi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Bahkan, Mukhlis mengaku sempat tidak tertarik mengikuti lomba. Ia pun ikut karena salah satu gurunya merekomendasikannya untuk ikut.
"Akhirnya, ya, udah karena guru saya minta, saya ikut. Alhamdulillah ketika datang ke studio, langsung lulus. Lulus ke audisi berikutnya. Nah dari situ keterusan," ujarnya.
Mukhlis juga berkelakar sebetulnya menargetkan jadi juara dua atau tiga selama ada hadiahnya.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya, ya, sebenarnya saya enggak minta untuk dapet juara satu. Juara dua [atau] tiga cukup lah. Yang penting ada hadiahnya. Karena, ya, berat juga kalau juara satu di mana, oh ini juara satu, tahu-tahunya ketika kita tampil tapi, kok, begini juara satu? Ya takutnya, kan, begitu," pungkasnya.