Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Perjuangan Pedagang Terminal Kalideres: Tetap di Perantauan demi Cuan Tambahan
6 April 2025 16:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Lebaran bukan cuma tentang mudik dan silaturahmi. Bagi sebagian orang, seperti para pedagang di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, momen ini adalah kesempatan mencari rezeki.
ADVERTISEMENT
Di tengah hilir mudik penumpang yang pulang kampung atau kembali ke ibu kota, para pedagang bertahan dengan lapak-lapak sederhana mereka. Ada juga yang memikul barang dagangannya, menjajakan berbagai barang kebutuhan penumpang.
Wahid (52), salah satunya. Ia tampak di sekitar terminal membawa barang dagangannya.
“Iya ini jualan penggorengan,” kata Wahid saat ditanya kumparan, Minggu (6/4).
Sudah lebih dari 10 tahun, Wahid berjualan di Terminal Kalideres. Namun baru satu-dua tahun terakhir ia fokus menjual penggorengan.
“Awalnya jualan kacang-kacangan, kanebo pernah juga, kain lap. Terus ditawarin teman jualan ini, untungnya juga lumayan, yaudah saya coba jualan ini,” ujarnya.
Setiap menjelang Lebaran, dagangan Wahid biasanya lebih laris.
“Lebaran banyak yang beli buat di sana kan (kampung). Ini pas pada balik, belum ada yang beli lagi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, ia mencatat ada enam unit penggorengan yang laku dibeli penumpang yang mudik. Harganya Rp 70 ribu per buah, “asli Tiongkok,” ujar Wahid.
Hari-hari biasa, penjualannya tak terlalu ramai. “Ya paling satu-dua. Kalau yang baru dateng jarang yang beli, biasanya yang pulang tuh biar ada yang dibawa ke kampung,” jelas wahid
Ia mengaku tinggal di kontrakan di belakang terminal, bersama istri dan anak.
“Belakangan saya mudiknya,” imbuhnya.
Di sisi lain terminal, aroma masakan rumah menyeruak dari sebuah warung sederhana yang dikelola oleh Nelly (50).
Ia menyediakan masakan khas Sunda seperti ayam, ikan, dan aneka sayur.
“Masakan rumahan aja,” katanya sembari menyiapkan piring pesanan.
Sudah lima tahun Nelly membuka warung makan di terminal itu. Ia merantau dari Garut dan tinggal di sekitar terminal bersama keluarganya.
ADVERTISEMENT
“Kadang-kadang tidur di sini juga (di dalam warung),” ujarnya.
Selama Lebaran, warungnya makin ramai pembeli. “Kan banyak yang mudik juga, mas. Tadi pagi banyak yang dateng subuh,” ucapnya.
Meski biasanya buka agak siang, saat Lebaran ia memilih buka lebih cepat.
“Soalnya kan biasanya yang dateng pagi-pagi.” kata Nelly.
Untuk seporsi makan, harganya terjangkau. “Ya kisaran Rp 10-20 ribuan, tergantung lauknya aja,” katanya.
“Tahun kemarin malem juga masih ada penumpang yang makan. Kalau sekarang ya paling pagi, siang agak ramai,” tuturnya.
Sementara itu, Aloy (28), yang masih terbilang baru di antara para pedagang lainnya, menata barang dagangannya di meja kecil. Ia menjual jam tangan, headset, hingga power bank.
“Saya dari Sumatera, tinggal di deket-deket sini sama kawan yang juga merantau,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sudah tiga tahun Aloy menjajakan barang elektronik kecil di Terminal Kalideres. Meski belum pulang kampung, ia memilih tetap berjualan saat Lebaran.
“Pulang kalau udah kekumpul aja uangnya bang, sayang kalau pulang lebaran. Di sini lagi rame,” ucapnya.
Harganya pun bervariasi. “Ada yang seratus ribuan power bank, ada juga headset kabel Rp 25 ribu, kabel casan juga ada yang Rp 10 ribuan,” sebutnya.
Menurut Aloy, pembeli biasanya penumpang jarak jauh yang butuh mengisi daya ponsel selama perjalanan.
“Kalau Lebaran gini juga banyak anak-anak yang beli headset, pakai uang THR kali ya,” tuturnya sambil tertawa.
Meski tidak selalu ramai, para pedagang ini tetap bersyukur. Di tengah naik-turunnya jumlah penumpang, mereka masih bisa bertahan, menjajakan dagangan dengan sabar, dan menanti pembeli yang mampir di sela hiruk-pikuk terminal.
ADVERTISEMENT