Persemaian Bibit Skala Besar Siap Dukung Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

9 Desember 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Persemaian Liang Anggang. Foto: dok. KLHK
zoom-in-whitePerbesar
Persemaian Liang Anggang. Foto: dok. KLHK
Persemaian Liang Anggang (PLA) di Kalimantan Selatan resmi beroperasi pada 14 Oktober 2024, bersamaan dengan empat persemaian skala besar lainnya: Persemaian Labuan Bajo (NTT), Persemaian Mandalika (NTB), Persemaian Likupang (Sulawesi Utara), dan Persemaian Toba (Sumatera Utara).
Kelima persemaian ini menyusul Persemaian Modern Rumpin di Jawa Barat dan Persemaian Mentawir di IKN, yang bertujuan mendukung Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Program ini telah mengalami evolusi, beralih dari pendekatan berbasis jumlah bibit yang ditanam menjadi fokus pada luas area yang berhasil ditanami.
Persemaian yang dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) era Presiden Jokowi, Siti Nurbaya. Foto: dok. KLHK
Peresmian dilakukan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) era Presiden Jokowi, Siti Nurbaya, bersama Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rut Krüger Giverin.
Dalam sambutannya, Siti Nurbaya menekankan pentingnya hasil yang jelas dalam rehabilitasi lahan, yang harus diukur dari luas area yang ditanami, bukan hanya dari jumlah pohon yang ditanam.
"Harus ada realisasi konkret tentang berapa luas hasil yang telah ditanam dan yang akan dicapai dari pemulihan hasil penanaman pohon," ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa pengalaman dari 2015-2016 hingga 2022-2023 menunjukkan kejelasan luas area yang berhasil ditanam adalah pendekatan yang tepat. Menurut monitoring hutan dan deforestasi pada 2022-2023, terlihat adanya hutan baru yang muncul dari hasil penanaman pohon setelah 5-6 tahun.
Kerja kolaborasi multipihak didorong oleh pemerintah dalam RHL ini. Pembangunan PLA dilakukan melalui skema Public-Private Partnership (PPP), dengan kerjasama antara KLHK dan Kementerian PUPR Ditjen Sumber Daya Air (BWS Kalimantan III) untuk penyediaan air, serta PT Adaro Energy Indonesia untuk konstruksi area produksi.
Siti Nurbaya menekankan pentingnya pola kerja PPP yang seharusnya diterapkan di seluruh Indonesia untuk mencapai lingkungan yang lebih baik. "Kerja pelestarian alam adalah tanggung jawab dunia usaha," ujarnya.
Pembangunan persemaian skala besar merupakan paradigma baru yang menggabungkan pola pembibitan berbagai jenis bibit yang biasa dilakukan pemerintah dengan pembibitan skala besar yang diterapkan oleh perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI).
"Pemerintah belajar dari perusahaan-perusahaan besar HTI untuk mendapatkan pola baru dengan skala besar dan berbagai jenis tanaman," jelasnya.

Kolaborasi dengan Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan

Persemaian Liang Anggang. Foto: dok. KLHK
Kolaborasi juga dilakukan dengan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan dalam perencanaan, distribusi, dan monitoring bibit. Bibit dari PLA diharapkan dapat mempercepat kegiatan RHL di wilayah pengelolaan BPDAS Barito, baik oleh Kementerian LHK maupun pemerintah daerah.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan menyambut baik peresmian PLA, yang mendukung Gerakan Revolusi Hijau untuk memulihkan lahan melalui rehabilitasi hutan.
"Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sangat mendukung pembangunan PLA karena akan membantu mensukseskan program Gerakan Revolusi Hijau dan target pengurangan emisi dalam NDC Indonesia," ujarnya.
Pemerintah mendorong kolaborasi semua pihak dalam percepatan pemulihan lingkungan, termasuk peningkatan tutupan hutan dan reforestasi, yang berkaitan erat dengan langkah-langkah Indonesia dalam merespon isu global seperti keberlanjutan, keanekaragaman hayati, dan ekonomi sirkuler.
Indonesia telah menegaskan agenda Indonesia’s FoLU Net Sink 2030 sebagai aksi mitigasi untuk menurunkan emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan. Penyediaan bibit berkualitas untuk RHL yang lebih masif dan terstruktur menjadi kunci untuk mencapai hal ini.
Persemaian Liang Anggang. Foto: dok. KLHK
Pembangunan persemaian skala besar juga bertujuan untuk memperbaiki lingkungan melalui rehabilitasi hutan dan lahan, terutama di lahan kritis dan daerah rawan bencana. "Indonesia memandang penting untuk memenuhi komitmen global dalam menurunkan emisi melalui Indonesia’s FOLU Net Sink 2030," tutup Siti Nurbaya.
Saat ini, KLHK memiliki tujuh persemaian skala besar yang sudah beroperasi, termasuk PLA, dengan kapasitas produksi 5 juta hingga 15 juta bibit per tahun. Pembangunan PLA juga didukung oleh dana dari Kerjasama Indonesia-Norwegia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan.
Siti Nurbaya menegaskan proses evolusi ini akan terus berlangsung, terutama dalam konteks aksi mitigasi iklim melalui RHL. Langkah-langkah selanjutnya akan mencakup sistem distribusi bibit, supervisi, monitoring pertanaman, dan pengembangan efek ganda ekonomi bagi masyarakat, yang akan menghasilkan kredit karbon berkualitas tinggi.