PKS: BRIN Harusnya Luruskan soal Pawang Hujan dan Kendi Nusantara

23 Maret 2022 17:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gedung DPR RI. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gedung DPR RI. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
DPR menyoroti sikap pemerintah terkait penggunaan pawang hujan di ajang olahraga MotoGP Mandalika dan pengumpulan tanah serta air dari 34 provinsi untuk ritual Kendi Nusantara di IKN.
ADVERTISEMENT
Menurut mereka, hal itu tidak berlandaskan pola pikir yang rasional dan berbasis ilmu pengetahuan. Anggota Komisi VII dari Fraksi PKS, Mulyanto, meminta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengedukasi masyarakat terkait hal tersebut.
"Saya minta BRIN lebih masif kepada masyarakat tentang IPTEK dan hal ilmiah. Contohnya dalam gelaran MotoGP di Mandalika, edukasi tentang teknologi modifikasi cuaca, ada BMKG. Tapi pemerintah lebih mengutamakan pawang hujan," tuturnya dalam Rapat Dengar Pendapat di DPR, Rabu (23/3).
Pawang hujan saat melakukan ritual tradisionalsaat sesi latihan untuk MotoGP di Sirkuit Internasional Mandalika di Kuta Mandalika di Lombok Tengah, Jumat (18/3/2022). Foto: Sony Tumbelaka/AFP
Menurutnya, pemerintah justru mengedepankan pola berpikir klenik dibandingkan pola berpikir ilmiah. Hal itu dianggap menghambat kemajuan negara.
"Masyarakat harus berbasis knowledge. Hal-hal ini (klenik) harus kita kurangi kalau nggak lambat kita ini jadi negara maju," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Selain pawang hujan yang digunakan saat di MotoGP, DPR juga menyesalkan ritual dengan mengumpulkan tanah dari 34 Provinsi yang dianggap sebagai mistis.
Politisi dari PKS, Tifatul Sembiring, mengungkap BRIN seharusnya memberikan klarifikasi terkait penempatan tanah di dalam kendi yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Gubernur Anies Baswedan menyerahkan tanah dan air kepada Presiden Jokowi di Titik Nol IKN, Senin (14/3/2022). Foto: Youtube/Setpres
"Tanah yang dikumpulkan dari semua provinsi, misalnya BRIN bisa bilang itu simbol persatuan kan bagus. Tapi kalau dikaitkan dengan mistis, untuk perlindungan dan sebagainya. Tidak bisa diterima secara ilmiah," tuturnya.
"Jadi BRIN itu harus melakukan tugasnya garis lurus dengan yang bisa diterima secara ilmiah," imbuhnya.