Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Setelah satu tahun menjabat, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada Jumat (3/6/2022) menyerukan dukungan yang lebih aktif dari koalisinya di parlemen.
ADVERTISEMENT
Bennet menilai koalisi pemerintahannya sangat lemah untuk mengendalikan setengah kursi di parlemen.
"Angkat suara Anda. Sebarkan pesan kami bahwa orang-orang baik dengan pandangan berbeda yang mencintai negara dapat duduk bersama dan bekerja untuk kemajuannya," seru Bennet, mendesak para pendukungnya, dikutip dari Reuters.
Dalam pamflet setebal 27 halaman yang beredar di media sosial, Bennett berusaha memamerkan prestasinya dan menangkis pandangan pendahulunya, Benjamin Netanyahu.
Netanyuhu merupakan seorang pemimpin oposisi konservatif dan mantan Perdana Menteri Israel. Dia menuduh pemerintahan Bennett bersikap lunak terhadap keamanan nasional.
Bennett telah mengakhiri rekor 12 tahun pemerintahan Netanyahu pada Juni 2021 sebagai kepala aliansi lintas-partisan langka yang mencakup partai Islam. Partai itu mewakili 21 persen anggota minoritas Arab Israel, banyak di antaranya beridentitas warga Palestina.
ADVERTISEMENT
Kerentanan Koalisi Bennet
Pada April lalu, seorang anggota parlemen dari partai Bennett mengundurkan diri dengan alasan perselisihan sektarian.
Keputusan itu telah mengakhiri mayoritas koalisi 61-59 Bennet di Knesset. Hal itu membuat koalisi rentan terhadap mosi tidak percaya dan menciptakan kekacauan di antara oposisi.
Sebuah pemungutan suara yang disiarkan oleh Channel TV 12 pekan lalu menemukan, jika pemilihan diadakan sekarang, Netanyahu akan unggul. Netanyuhu bersekutu dengan ultra-Ortodoks Partai-partai Yahudi yang terkadang menjauhkan diri dari Zionisme.
Netanyahu diprediksi akan memegang 59 kursi parlemen sementara partai-partai dalam koalisi pemerintahan saat ini akan berakhir dengan 55.
Hasil pemungutan suara itu juga mengungkap sejumlah 46 persen orang Israel menganggap Netanyahu paling cocok untuk memimpin, sedangkan 21 persen lainnya menyukai Bennett.
ADVERTISEMENT
Bahaya politik petahana itu datang pada saat-saat penting diplomatik. Bennet akan segera menjamu Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk menyusun strategi di Iran dan membahas kemungkinan pemanasan hubungan Israel dengan Arab Saudi. Pertemuan itu dikabarkan akan berlangsung akhir bulan Juni mendatang.
Penulis: Sekar Ayu.