Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
PODCASTLAB: Benarkah Deforestasi di Indonesia Dilakukan demi Sawit?
9 Agustus 2024 16:50 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Untuk melihat isu ini, perlu melihat sisi luas kawasan hutan yang dimiliki Indonesia. Pengamat lingkungan Petrus Gunarso, menjelaskan, secara keseluruhan Indonesia mempunyai total 125 juta hektare kawasan hutan, baik di daratan maupun lautan–taman nasional bawah laut. Jumlah tersebut, kata Petrus, merupakan sekitar 64 persen dari total luas wilayah Indonesia.
“Dibandingkan dengan luas Indonesia yang 187 juta hektare, artinya (kawasan) hutan 64 persen,” kata Petrus dalam program kumparan PODCASTLAB yang tayang Jumat (9/8).
“Dari 64 persen, ternyata yang tanamannya rapat hanya 50 persen. Yang lainnya hutan dalam kondisi rusak, kondisi terdegradasi, dan kondisi yang tidak terjaga. Ini yang jadi masalah bagi kita; tidak menghasilkan apa-apa, tapi seolah-olah kita punya wilayah banyak. Begitu ada orang masuk di dalamnya, menanam sawit, nah nanem di dalam kawasan hutan. Ini yang jadi masalah di luar negeri, isunya kita melakukan deforestasi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Petrus, deforestasi memang terjadi di Indonesia demi pembangunan. Penduduk yang banyak, kata dia, tentu membutuhkan lahan untuk tinggal. Sayangnya, tata ruang yang baik belum merata di seluruh daerah.
“Tutupan hutan kita masih 50 persen, di atas 50 persen. Kalau kawasan (hutan) 64 persen. Yang jadi masalah, yang sudah deforestasi ditanami enggak? Sebagian besar, yang pernah ditebang, itu jadilah sawit. Sawit ditempati di mana? Sebagian di eks-HPH (Hak Pengusahaan Hutan) yang memang sudah rusak,” ujarnya.
Lantas, bagaimana seharusnya pengelolaan hutan dan kebun sawit dijalankan? Simak selengkapnya dalam PODCASTLAB IPOSS Episode 2 bertajuk ‘Sawit Indonesia Hasil Babat Hutan? Cek Faktanya!' dengan narasumber Petrus Gunarso.