Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Porak-poranda Dihantam Banjir, Pakistan Disarankan Minta Keringanan Utang China
27 September 2022 13:06 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Mengingat skala kerusakan akibat banjir yang melanda, Amerika Serikat (AS) menyerukan agar Pakistan meminta pemutihan utang kepada China pada Senin (26/9).
ADVERTISEMENT
China adalah mitra ekonomi dan politik utama bagi Pakistan. Keduanya menyetujui proyek pembangunan Koridor Ekonomi China-Pakistan senilai USD 54 miliar (Rp 818 triliun).
Jaringan jalan tol, rel kereta api, serta pipa minyak dan gas itu akan membentang sepanjang 3.000 kilometer dari Gwadar sampai Kashgar. Koridor tersebut membangun infrastruktur bagi Pakistan, serta membuka jalur bagi Beijing menuju Samudera Hindia.
Washington kerap menuding bahwa China akan menuai seluruh keuntungan dari kerja sama dengan Pakistan. Sementara itu, Pakistan justru dikatakan akan membendung utang yang tidak berkelanjutan. Kendati demikian, Pakistan telah menepis peringatan-peringatan AS.
"Kami mengirim pesan sederhana. Kami di sini untuk Pakistan, seperti selama bencana alam lainnya di masa lalu, melihat ke depan untuk membangun ulang," ujar Menlu AS, Antony Blinken, dikutip dari AFP, Selasa (27/9).
ADVERTISEMENT
"Saya juga mendesak rekan-rekan kami untuk melibatkan China dalam beberapa masalah penting pengurangan utang dan restrukturisasi sehingga Pakistan dapat lebih cepat pulih dari banjir," sambungnya.
Banjir bandang telah menewaskan sekitar 1.600 orang di Pakistan sejak Juni. Lebih dari tujuh juta orang lainnya juga terpaksa mengungsi seiring air menenggelamkan sepertiga wilayah negara itu.
Blinken baru mengadakan pertemuan terkait dengan Menlu Pakistan, Bilawal Bhutto Zardari. Dalam kesempatan itu, dia menjanjikan dukungan AS untuk Pakistan. Sejauh ini, AS telah mengalirkan bantuan kemanusiaan sebesar USD 56 juta (Rp 838 miliar).
Bhutto Zardari kemudian membuat seruan kepada Presiden AS, Joe Biden. Menurutnya, AS juga harus menilik keadilan iklim selain mengucurkan dana untuk Pakistan. Sebab, perubahan iklim berisiko membuat bencana alam semakin sering dan intens terjadi.
ADVERTISEMENT
Sebagai negara terpadat kelima, Pakistan hanya menyumbang sekitar 0,8 persen emisi gas rumah kaca. Sementara itu, AS bertanggung jawab atas sebelas persen emisi karbon global pada 2019.
"Tidak hanya penting bahwa Anda 'membangun kembali dengan lebih baik' di sini," jelas Bhutto Zardari, merujuk pada slogan kampanye Biden.
"Peluang dari krisis di Pakistan ini adalah kita harus membangun kembali dengan lebih baik—lebih hijau, lebih tahan terhadap iklim—juga di rumah," tambah dia.
Hubungan antara AS dan Pakistan memburuk selama perang di Afghanistan. Namun, Blinken menekankan, kedua negara memiliki kepentingan bersama mengenai Afghanistan. Dia menyinggung hak bagi perempuan yang dibatasi sejak Taliban berkuasa pada 2021.
"Kami memiliki perbedaan–itu bukan rahasia lagi," ungkap Blinken.
ADVERTISEMENT