Presiden Korsel Geram: Jika Korut Gunakan Nuklir, Rezimnya Akan Berakhir

1 Oktober 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengeluarkan peringatan tegas kepada Korea Utara terkait penggunaan senjata nuklir, Selasa (1/10). Ia menyatakan rezim Kim Jong-un akan berakhir jika Korea Utara berani menggunakan nuklirnya terhadap Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini disampaikan saat Seoul menggelar parade militer untuk merayakan Hari Angkatan Bersenjata. Dalam acara tersebut, jet tempur melintas di atas kota Seoul dan tank-tank melaju di jalanan. Korea Selatan juga memamerkan rudal balistik terbesarnya, Hyunmoo-5, yang mampu menghancurkan bunker bawah tanah.

Akhir Rezim jika Gunakan Nuklir

Dikutip dari AFP, dalam pidato di hadapan ribuan anggota militer di Pangkalan Udara Seoul, Yoon menegaskan, "Jika Korea Utara menggunakan senjata nuklir, mereka akan menghadapi tanggapan tegas dan luar biasa dari militer kami serta aliansi AS dan Republik Korea. Hari itu akan menjadi akhir rezim Korea Utara."
Kim Jong Un dan senjata nuklir Korea Utara Foto: North Korea's Korean Central News Agency (KCNA)/Reuters
Yoon juga mengkritik Korea Utara yang memindahkan senjata nuklir ke perbatasan dan menyebut senjata tersebut sebagai "delusi" yang tidak akan melindungi Pyongyang.
ADVERTISEMENT
Hubungan antara kedua Korea saat ini berada di titik terendah. Korea Utara secara terang-terangan menyebut Korea Selatan sebagai musuh utama.

Payung Nuklir AS dan Peringatan Pyongyang

Washington telah menempatkan puluhan ribu tentara di Korea Selatan untuk membantu pertahanan negara tersebut dari ancaman Korea Utara.
Meski Korsel tidak memiliki senjata nuklir, negara ini dilindungi oleh payung nuklir AS, yang secara berkala mengerahkan aset strategisnya ke semenanjung Korea.
Sebuah jet tempur F-15K Angkatan Udara Korea Selatan. Foto: Kementerian Pertahanan Korea Selatan/Yonhap via REUTERS
Pada Selasa (1/10), pesawat pengebom berat B-1B Amerika terbang di atas parade militer tersebut, diapit oleh jet-jet tempur F-15K. Tindakan ini memicu reaksi keras dari Korea Utara.
Menurut pernyataan dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), Pyongyang mengutuk pengerahan B-1B dan memperingatkan akan mengambil tindakan yang sesuai terhadap apa yang mereka sebut sebagai "gertakan militer sembrono" dari AS.
ADVERTISEMENT
Militer Korea Utara mengaku siap mempertahankan negara bersenjata nuklir itu dari ancaman apa pun.

Pengembangan Nuklir Korea Utara

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi fasilitas selama kunjungan ke Institut Senjata Nuklir dan basis produksi bahan nuklir. Foto: KCNA via Reuters
Peringatan dari Presiden Yoon datang hanya beberapa minggu setelah Korut memamerkan fasilitas pengayaan uranium. Kim Jong-un terlihat mengunjungi lokasi tersebut sambil meminta lebih banyak sentrifus untuk mempercepat pengembangan senjata nuklir.
Badan mata-mata Korea Selatan menilai bahwa langkah ini merupakan pesan langsung untuk AS, mengingat kemampuan Korea Utara memproduksi senjata nuklir dalam jumlah signifikan.
Rumornya Korea Utara akan melakukan uji coba nuklir ketujuh setelah pemilihan umum di AS pada November mendatang, sebagaimana diungkapkan oleh Badan Intelijen Nasional Korea Selatan.