Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bambang sempat disebut-sebut sebagai dosen di Universitas Nahdlatul Ulama atau UNU Yogya karta. Namun belakangan diketahui Bambang hanya membantu saat ada seminar atau diskusi di kampus tersebut.
Terkait kasus Bambang ini, isu soal kelakuan tidak benar Bambang sudah terendus kampus sejak satu tahun lalu. Muncul aduan secara personal, Bambang kemudian ditegur lalu jarang terlihat di UNU.
"Setahun yang lalu kita tegur karena ada aduan dari Fatayat. Mungkin korban rata-rata sudah punya suami bukan mahasiswa. Bukan mahasiswa yang muda-muda itu, tidak ada aduan dari mahasiswa. Aduan dari Fatayat pun tidak ke saya tapi ke Prof Purwo (rektor)," ujar Wakil Rektor I UNU Abdul Ghoffar saat dihubungi, Senin (3/8).
"Karena ngadunya personal tidak institusional. Kalau institusional mengadu ke UNU. Waktu itu yang ngomong ke saya pak Purwo sebagai mantan supervisor Bambang," katanya.
ADVERTISEMENT
Ghoffar menjelaskan informasi soal tindak tanduk Bambang hanya sebatas itu. Sementara di UNU tidak terjadi apa-apa.
"Pengaduan (kepada Prof Purwo) dugaan saya iya (soal pelecehan seksual ). Disebut Fatayat itu kan institusi di luar UNU. Kenal Bambang disupervise Prof Purwo terus mengadu. Kebetulan Prof Purwo rektor di UNU," katanya.
Dia menyebut lantaran Bambang bukan dosen, maka secara formal kampus tidak bisa menindak apa-apa.
"Tapi kalau secara informal sudah kerap ditegur dia. Setahun ini dia tidak pernah muncul di UNU," ujarnya.
Soal pencatutan nama UNU oleh Bambang, Ghoffar mengaku pihak kampus akan membahasnya nanti malam.
"Nanti kita bahas lah apa yang paling baik apa. Kita juga dapat komplain dari teman NU. Tapi masuk ke mana wong dia enggak di dalam. Nanti malam akan kita bahas secara formal atau informal apa pun kita merumuskan," ujarnya
ADVERTISEMENT
Sementara untuk korban, UNU siap mendampingi. Menurutnya di kampus tersebut ada pusat studi gender yang bisa memberi pendampingan.
"Sayangya belum ada yang mengadu ke kita (kampus secara resmi)," katanya.
Sebelumnya, sebuah akun Facebook bernama Bams Utara membuat pengakuan mengejutkan bahwa dia telah melakukan pelecehan seksual. Akun yang mengaku bernama asli Bambang Arianto tersebut mengunggah tulisan dan video soal fantasinya akan seks swinger.
"Saya Bambang Arianto ingin menjelaskan bahwa pernyataan saya mengenai rencana penelitian tentang swinger kepada banyak perempuan adalah bohong, karena sesungguhnya saya lebih ingin berfantasi swinger secara virtual semata. Hal itu dikarenakan kata swinger sering menghantui saya disetiap waktu," tulis Bams Utara.
Tak hanya berfantasi, dia juga mengakui telah melakukan pelecehan secara fisik. Dia pun meminta maaf kepada para korban termasuk korban dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Tidak dijelaskan secara spesifik korban yang dimaksud apakah civitas akademika atau alumni.
ADVERTISEMENT
"Selain berfantasi secara virtual tentang swinger, saya juga pernah melakukan pelecehan secara fisik. Secara khusus saya meminta maaf kepada seluruh korban baik dari kampus UGM Bulaksumur maupun yang lain yang pernah menjadi korban pelecehan saya baik secara fisik, tulisan maupun verbal sehingga menimbulkan trauma," ujarnya.
Tak hanya itu, Bams Utara juga meminta maaf kepada NU dan UGM lantaran mengaku telah menyalahgunakan dua institusi tersebut dalam memburu target. Dia pun berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
"Saya juga minta maaf kepada NU dan UGM karena selama ini menyalahgunakan nama NU dan UGM dalam mencari target. Secara umum saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia dan berjanji tidak lagi melakukan kebohongan ini," tulisnya.
ADVERTISEMENT
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona