Profil Siti Fadilah: Menkes saat Wabah Flu Burung hingga Terseret Korupsi Alkes

22 Juli 2021 11:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
35
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siti Fadilah usai diperiksa KPK. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Siti Fadilah usai diperiksa KPK. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Nama Siti Fadilah Supari kembali ramai diperbincangkan. Menteri Kesehatan (Menkes) di era Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), itu dinilai bisa dilibatkan dalam menghadapi pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Usulan pelibatan Siti Fadilah baru-baru ini diungkapkan oleh Wakil Ketua DPD RI, Sultan B Najamudin. Sultan menilai Siti Fadilah bisa menjadi orang yang tepat dalam memberikan wawasan, pertimbangan, hingga strategi kebijakan untuk mengatasi pandemi corona.
"Saya meminta kepada Bapak Presiden RI untuk memanggil ibu Siti Fadilah Supari ke Istana dan sekaligus pemerintah untuk dapat memberikan ruang keterlibatan secara formal (kewenangan khusus) dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Indonesia," kata Sultan dalam keterangannya, Rabu (21/7).
Siti Fadilah memang tidak sekali dua kali pernah ikut mengomentari perihal pandemi COVID-19 di Indonesia. Mulai dari berbicara COVID-19 di kanal YouTube Deddy Corbuzier hingga menyatakan dukungan terhadap Vaksin Nusantara buatan eks Menkes Terawan Agus Putranto.

Bagaimana profil Siti Fadilah yang pernah dipuji atas penanganan wabah flu burung, hingga pernah masuk bui lantaran kasus korupsi?

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari saat sidang Peninjauan Kembali di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (23/7). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Siti Fadilah Supari lahir di Solo, Jawa Tengah, 6 November 1950. Ia tercatat menempuh pendidikan dokter di Universitas Gadjah Mada (UGM), kemudian melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Universitas Indonesia dan fokus pada kardiologi atau ilmu penyakit jantung. Ia juga diketahui merupakan ahli jantung di RS Jantung Harapan Kita selama 25 tahun.
ADVERTISEMENT
Wanita yang pernah menjadi seorang dosen itu kemudian ditunjuk SBY sebagai Menkes pada Kabinet Indonesia Bersatu. Jabatan Menkes diembannya sejak 2004 hingga 2009.
Ia menjabat Menkes ketika kasus flu burung melanda Indonesia. Yang diingat dari Siti Fadilah saat pandemi flu burung adalah ia dengan tegasnya mengkritik kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal flu burung. Ia melontarkan kritiknya dalam sebuah buku berjudul 'Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung'.
Seorang warga memusnahkan ayam yang diduga terinfeksi flu burung di Surabaya, Jawa Timur Foto: RIENNA / AFP
Bahkan, ia menghentikan pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada 2006. Alasannya, Indonesia bisa memproduksi vaksin flu burung sendiri pada saat itu.
Fadilah takut pengembangan vaksin saat itu akan dijual ke negara-negara berkembang oleh Amerika Serikat. Dan Indonesia pun tak akan mendapat apa-apa jika proses itu terjadi.
ADVERTISEMENT
Setelah tak lagi jadi Menkes, Siti Fadilah lanjut menjadi Dewan Pertimbangan pada periode kedua kepemimpinan Presiden SBY, yakni tahun 2010-2014.
Saat menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Presiden, Siti Fadilah terbukti terlibat korupsi pengadaan alat kesehatan. Ia kemudian ditetapkan sebagai tersangka karena penyalahgunaan wewenang dalam proyek pengadaan alat kesehatan.
Setelah jabatan Dewan Pertimbangan Presiden berakhir, Siti Fadilla ditahan KPK dan menjalani persidangan di Pengadilan Tipikor. Pada Juni 2017, Siti dijatuhkan hukuman 4 tahun penjara dan harus membayar denda Rp 200 juta subsider dua bulan kurungan.
Pada Oktober 2020, Siti Fadilah dinyatakan bebas murni dengan total empat tahun mendekam di Rutan Kelas I Pondok Bambu.
Usai lepas dari bui, Siti Fadilah mengaku tetap akan fokus di masalah kesehatan. Pengacara Siti Fadilah, Kholidin Achmad, mengatakan kliennya siap membantu pemerintah Indonesia menangani COVID-19.
Terdakwa korupsi alat kesehatan, Siti Fadilah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
"Ibu Siti kan concern sebagai dosen dan peneliti juga, terlebih saat pandemi ini, akan menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya kepada pemerintah dalam menangani virus (corona)," ucap Kholidin.
ADVERTISEMENT
Salah satu dukungannya yakni menyodorkan diri untuk disuntik sel dendritik atau vaksin Nusantara buatan Terawan pada April lalu. Alasannya ikut mendukung Terawan karena ia meyakini vaksin tersebut dapat membawa manfaat bagi banyak orang.
Namun, ia turut mengkritik penanganan COVID-19 oleh pemerintah, karena angka kematian masih melonjak tinggi. Padahal, program vaksinasi corona sudah berjalan.
Siti bahkan sampai menyarankan adanya penghitungan statistik untuk mencari tahu penyebab lonjakan kematian beberapa waktu terakhir.
"Jangan kira-kira rakyat tidak disiplin, kira-kira pada keluyuran, jangan kira-kira. Kita harus cari betul, kematian sebelum divaksin dan kematian setelah vaksinasi berjalan," ucap Siti dalam sebuah diskusi, Kamis (1/7).